RINDU

34 6 0
                                    

    Siang itu di salah satu resto paling nyaman, langganan Rindu dan Gilang, mereka menghabiskan waktu. Mereka memilih duduk di meja sebelah luar, di area tidak ber AC. Cuaca siang itu memang tidak terlalu panas. Cenderung mendung. Ditambah lagi pepohonan yang cukup rindang berjajar rapih di pinggiran sebelah ruangan berbentuk joglo itu. Angin semilir, lagu-lagu jazz mengalun.
   Sungguh seperti sebuah kejutan manis bagi Rindu. Sudah cukup lama Rindu tidak menikmati suasana seperti ini. Bersama Gilang tentu saja. Apalagi memang hampir seminggu lebih Rindu tidak bertemu Gilang sama sekali. Biasanya setidaknya malam minggu atau hari minggu ketika ibadah atau pelayanan di gereja mereka bertemu. Minggu kemarin mereka tidak bertemu, Gilang pergi meninjau lokasi KKN nya nanti. Iya. Sebulan lagi Gilang KKN di Tangerang. Daerah kota industri.

"Yiing, kamu gak kangen aku?"
" nggaakk!... ya kangen lah maas. Pake ditanyaa"
"Haha...kirain. kamu sibuk banget sih kliatannya"
"Lahh...kok jadi aku yang sibuk sih??"
"Hehe aku yaa?"
"Aukk!"

Rindu menyeruput ice lemon yang dipesannya. Cukup nyaman di tenggorokannya.

"Yiing, Ardi apakabar?"
"Baik"

Jawab Rindu cuek sambil melahap sisa red velvet di piringnya.

"Makin deket aja ya kalian semenjak SMA?"
"Iyalaah... namanya jugak temen sebangku"
"Bukan apa apa yiing. Aku cuman ngingetin, namanya cewe sama cowo itu nggak bisa sahabatan. Salah satunya pasti ada yang akhirnya baper."
"Yakaliiii aku baper sama si Ardi"
"Bukan kamunyaa, bisa aja Ardinya"
"Aduh mas, kamu tu nggak ngenal Ardi deh. Dia itu nggak mikir yang baper baperan cinta cintaan. Hidupnya dia itu udah cukup sibuk dengan bantuin bisnis orang tuanya. Dia udah cukup repot sama kalkulator di tokonya. Tiap hari yang dipikirin gimana caranya toko keluarganya berkembang. That's it."
"Kayanya kamu ngenal banget si Ardi. Baru beberapa bulan duduk sebangku"
"Ya iyaalahh mas. Dia cerita jugak kalii. Aku juga banyak cerita kok tentang hidup aku ke dia"
"Wah jadi sekarang posisi ku tergantikan nih?"
"Haah?? Tunggu dulu deh... ini kayanya obrolanmu mengarah kemana gitu ya?"

Rindu mulai tidak nyaman dengan obrolan mereka. Dan benar saja. Ternyata Gilang mengajak Rindu bertemu karena kemarin malam, tengah malam lebih tepatnya, dia mendapat kiriman foto Rindu dan Ardi dari nomor tidak dikenal. Pagi tadi ketika Gilang membuka hpnya, setelah membaca, beberapa kali Gilang mencoba menghubungi nomor tersebut tapi tidak aktif.

    Sebenarnya hanya foto biasa. Gilang duduk di pinggir lapangan basket. Dibawah, menghadap ke arah Rindu. Sedangkan Rindu duduk di bangku pinggir lapangan tepat di hadapan Gilang. Menyodorkan botol minum kepada Gilang. Dan di sekitarnya pun ada beberapa teman-teman Gilang bergerombol disana. Bahkan di sebelah Rindu ada Arsy, Aurel dan beberapa teman ecomapping nya.
Pemandangan yang sangat wajar bukan?
    Hanya saja chat selanjutnya memang menggiring ke arah cerita yang melenceng dari kejadian aslinya.
Dahi Rindu mengernyit membaca chat dari nomor tidak dikenal itu.

"Dijaga mas ceweknya. Sebaik-baiknya cewek kalau nggak pernah ditemenin, diperhatiin akhirnya tetep aja lebih menang yang setiap hari ada. Yakan?"

Rindu menggelengkan kepalanya. Mengusap jidatnya yang tiba tiba saja terasa panas setelah membaca chat tanpa identitas tersebut.

"Yaudah sih mas, kalo kaya gini aku nggak tau harus ngomong apa, harus njelasin apa. Kamu juga kenal Ardi sejak lama. Kamu harusnya tau persis hatiku. Kalau kamu tanya gimana perasaanku, gimana cita-cita dan mimpiku, aku masih sama seperti dulu. Foto ini bener. Bukan editan. Cuman keterangannya yang nggak bener. Itu botol minum Ardi yang kebetulan ada dibelakangku. Dia minta aku ambilin. Dan kamu lihat gimana sekitarku. Kami nggak berdua. Atau kalaupun suatu hari nanti kamu dapet kiriman foto aku sama Ardi berdua, aku juga nggak bisa njelasin yang lebih dari ini. Aku sama Ardi murni bertemen. Kami cocok ngobrol. Udah itu aja."

    Panjang lebar Rindu menjelaskan perasaannya kepada Gilang. Rindu sendiri heran, apa tujuan pengirim tak ber identitas itu. Pengecut sekali dia. Apa maunya? Apakah orang-orang yang menginginkan hubungan Rindu dan Gilang hancur?
Tapi kenapa? Apa alasannya?
Bahkan tidak banyak teman Rindu di SMA itu yang mengenal Gilang. Hanya beberapa dan itupun hanya kenal nama.

"Tapi kalo kalian terlalu deket, trus Ardi juga sepertinya selalu ada buat kamu, aku khawatir Yiing..."
"Kamu sendiri yang bilang mas, atas dasar apa hubungan kita ini? Percaya kan? Iman kan? Lalu kalau itu udah nggak ada lagi, gimana kita bisa bertahan?"
"Iyaa... tapi..."
"Aku Rindu mas, Rindu yang kamu kenal dulu. Rindu yang nggak gampang jatuh cinta. Rindu yang butuh waktu yang cukup lama dan cara tertentu untuk kamu bisa menaklukkan hatinya. Aku berharap kamu masih mengenal Rindu."

Rindu menghela nafasnya...

Seharusnya aku yang marah, seharusnya aku yang cemburu, seharusnya aku yang menuntutmu mas.  Aku cemburu pada jadwalmu, cemburu pada tugas dan kesibukanmu. Bahkan aku cemburu pada setiap teman-temanmu, dosenmu, kampusmu atau bahkan ibu kantinmu yang setiap hari kamu temui. Yang setiap hari bisa mendengar suaramu. Harusnya aku...
Batin Rindu.
Tapi di sisi lain hatinya berkata,
Diamlah Rindu. Tenanglah. Kali ini kamu yang harus bersabar. Kali ini kamu yang mengambil peran. Demi masa depannya. Supaya semua berjalan baik.
Dewasalah Rindu, ini saatnya...

(soul)mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang