CEMBURU (?)

48 4 0
                                    

Sepagi dan siang ini Rindu berdiam diri, tenggelam dalam kebingungan menyusun puzzle di otaknya. Awalnya Rindu memang tidak berniat untuk menceritakan fakta yang sudah dia dan Gilang temukan semalam. Meskipun mungkin sudah 70% hampir bisa dipastikan dari bukti-bukti yang ditemukan, tetapi Rindu merasa belum punya alasan yang kuat untuk menuduh Carmen lah pelakunya. Sampai akhirnya Rindu menyerah, ingin menceritakan pada Ardi apa yang semalam dia temukan. Siapa tau di otak Ardi yang sebenarnya cerdas tapi jarang dipake itu puzzle ini bisa dipecahkan. Atau semakin pecah dalam artian sebenarnya. Huft...

Rindu bergegas keluar kelas, mencari Ardi yang mungkin saja sedang main basket sama temen-temennya. Siang ini mereka ada jadwal rapat untuk acara bukber OSIS. Dan biasanya sambil menunggu sampai jamnya tiba, Ardi memilih bermain basket di lapangan yang panasnya luar biasa di jam-jam begini.

"Valdooo.... dooo... Ardi manaa???"

Teriak Rindu dari pinggir lapangan sambil menoleh ke segala penjuru lapangan. Matanya memicing saking panasnya. Barangkali Ardi nyempil di sudut sebelah mana dan nggak terlihat mata Rindu.

"Nggak tauuk. Kantin kaliik!!"

Teriak Valdo nggak kalah kerasnya dibanding suara Rindu.
Rindu berjalan menuju kantin. Berjalan cepat. Hampir berlari kecil mungkin. Rasa penasaran semakin memancingnya untuk segera menceritakan pada Ardi, siapa tau otak Ardi setelah dijemur di lapangan basket siang-siang begini jadi encer.
Siapa tau di kantin nanti Rindu menemukan jawabannya.

Rindu menghentikan langkahnya, hanya beberapa meter dari kantin. Terlihat olehnya, di meja di salah satu sudut kantin, Ardi dan Carmen duduk berdua. Terlibat pembicaraan yang sangat serius.
Seketika pikiran Rindu menjalar liar. Disusunnya satu persatu puzzle yang selama ini berantakan di kepalanya.
Hmm yaa... benar-benar telah didapatkan jawabannya di kantin. Benar dia dapatkan jawabannya dari Ardi. Bahkan sebelum dia menceritakannya. Atau mungkin beruntung dia belum membicarakannya. Semua terjawab sudah. Begitu jelas.
Batin Rindu.

Selama rapat OSIS Rindu terdiam. Tampak menjauh dari Ardi dan terkesan menghindar.
Bahkan Tomi ketua OSIS mereka sempat menegur bercanda

"Kalian berantem ya Di, Rin? Diem dieman tumben. Biasanya kalian nggak pernah bisa diem kalau deketan"

Ardi yang merasa sejak tadi ada yang aneh dari Rindu pun hanya terdiam. Tersenyum sedikit.
Tadi di kantin, sempat dilihatnya Rindu. Tapi entah kenapa, belum sampai dikantin, Rindu berbalik meninggalkan kantin. Entahlah, Ardi merasa Rindu batal menghampirinya karena melihatnya duduk bersama Carmen. Apalagi setelah Ardi balik ke lapangan, Valdo mengatakan bahwa tadi Rindu sempat mencarinya.
Ardi berpikir, mungkinkah Rindu marah karena melihatnya berduaan dengan Carmen. Karena selain Rindu, selama ini Ardi hanya dekat dengan teman laki-lakinya.
Mungkinkah Rindu cemburu?
Tapi cemburu karena apa??

"Hehh item! Lu mules? Atau jangan-jangan udah keluar di celana nih? dari tadi diem mulu"

Goda Ardi kepada Rindu. Iya Rindu paling sebal dipanggil item sama Ardi. Kalau Ardi memanggilnya dengan sebutan 'item' udah pasti akan ada peperangan Baratayuda. Keluar semua jurus tendangan taekwondo yang dipelajari Rindu.
Tapi kali ini Rindu diam.

"Heh! lu budeg apa sakit gigii! Lah gw dikacangin."

Tiba-tiba Rindu menghentikan langkahnya yang sebelumnya sangat cepat sehingga... brukkk. Ardi yang sedari tadi mengikutinya menabrak dari belakang.

"Woiii.... jangan ngerem mendadaak napahh.... reting dulu kek.!"

Protes Ardi sambil mengusap pipinya yang mungkin terkena tusuk cepol konde Rindu ketika menabraknya barusan.

"Aku mau ngomong sama kamu."

Kata Rindu terdengar ketus

"Yaudah sih ngomong aja. Gw daritadi nanya juga biar lo ngomong, ngejawab pertanyaan gw."

"Nggak disini. Aku mau ngomong serius"

"Haa? Dimana?"

"Kantin"

Ardi mengikuti langkah cepat Rindu. Ardi masih berpikir, apa yang membuat Rindu cemburu? Atau jangan-jangan diem diem Rindu naksir dia?

"Ardi aku mau kamu ngomong jujur. Kita udah kenal sejak lama. Bahkan sekarang selain Arsy dan Aurel, kamulah sahabat terdekatku. Bahkan mungkin kamu yang paling deket. Tolong bilang sama aku, apa alasannya kamu nyuruh Carmen kirim foto kita ke mas Gilang? Apa tujuanmu? Kamu pengen hubunganku sama mas Gilang berantakan? Kamu cemburu sama mas Gilang? Kamu naksir aku??"

Setelah memilih tempat duduk, Rindu langsung memberondong Ardi dengan kata kata yang sama sekali Ardi nggak pahami.

"Hahh?!?! Sek sek sebentar... kamu ngomong apa sih Rin?"

Ardi tampak gelagapan. Merasa tidak siap dengan pertanyaan Rindu. Pertanyaan yang cukup aneh buat Ardi karena Ardi sama sekali nggak paham yang dikatakan Rindu.

"Kenapa? Kamu kaget aku bisa membongkar semuanya? Ini kuasa Tuhan tau nggak. Semalem aku bukber sama mas Gilang. Bareng temen temen dikampusnya. Dan tau nggak apa? Aku kenalan sama kakaknya Carmen. Dan kakaknya Carmen bilang Carmen pernah minta nomor WA mas Gilang dengan alasan aku yang meminta untuk menghubungi mas Gilang sedangkan HPku mati dan aku nggak hapal nomornya. Dan kamu tau satu lagi... rumah Carmen itu nggak jauh dari toko kartu seluler yang mas Gilang pernah selidiki. Yang dulu aku pernah cerita ke kamu. Dan tadi dikantin, semua terjawab. Kamu sama Carmen, kalian mau merencanakan apalagi haa??!"

Rindu berbicara sambil mengendalikan nafasnya yang terasa tersengal-sengal karena menahan emosi.
Dan nggak disangka...

"Bhahahahaaa...hahahhhaaa...."

Bukannya menjawab, Ardi malahan tertawa terbahak bahak. Rindu yang melihatnya semakin terheran-heran.

"Gw pikir lo cemburuu Rin... bahahaha... tadi gw liat lu balik batal ke kantin, gw pikir lo cemburu liat gw sama Carmen duaan. Bahahahaa..."

"Whaatttt??!!! Cemburuu???"

Mata Rindu yang memang bulat semakin membulat.

"Iyaa... gw tadi ke kantin karena diajakin si Carmen. Dan tadi Carmen nembak gw. Dan katanya udah sejak awal masuk sekolah dia liat gw dan langsung naksir gw."

Ardi menjelaskan setelah tawanya terhenti.
Dan benar saja. Oleh Ardi, puzzle di kepala Rindu telah terpecahkan. Pecah dalam artian yang sebenernya.

"Tunggu dulu, lo bilang tadi Carmen yang kirim gambar ke mas Gilang kan? Kayanya bukti-bukti lo cukup kuat deh, tadi sih gw langsung tolak si Carmen. Gw bilang kalo sekarang sih gw belom suka sama dia. Trus dia keliatan emosi, dia bawa-bawa nama lo. Dia pikir gw suka lo. Dia bahkan cerita kalo lo itu udah ada mas Gilang, kalo hubungan lo sama mas Gilang udah serius dan sama sama direstuin orang tua. Ya gw bilang juga kalo gw udah tau dan bukan karena gw suka lo alasannya. Gw bilang kalo ada cewe yang gw taksir tapi bukan lo."

Ardi menjelaskan panjang lebar. Dan kini perhatian Rindu tidak lagi tertuju pada Carmen.

"Heh, kamu naksir cewe lain tapi bukan aku dan kamu nggak cerita ke aku gitu??"

Tanya Rindu menghakimi

"Kenapaa?? Lo cemburu? Kecewa karena ternyata gw ngga naksir lo? Bahahahahaa dasaaarrr ke PDan. Makanyaa gw udah bilang berkali-kali, lo jadi cewe jangan kePDan. Berasa seluruh dunia naksir lo. Tiap ada yang liat dikit langsung bilang, Di..Di.. tuh si anu naksir aku kayanya, ngeliatin muluu.. bahahahahaaa..."

"Iiiihhh.... dieeeemmm!!"

Muka Rindu memerah, malu. Tapi dia tetap mengejar Ardi yang beranjak dari kursi kantin berjalan sambil terus mengoloknya dan tertawa terbahak-bahak. Setelah dekat, Rindu mengeluarkan semua tendangan dan pukulannya. Kali ini sangat berantakan gerakannya. Se berantakan mukanya karena malu. Dan Ardi yang menjadi samsak hidupnya semakin keras tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(soul)mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang