Seseorang dimasa lalu

66 7 2
                                    

"Ah, akhirnya selesai juga." Ucapnya sambil melirik ke arah jarum jam yang menunjukan pukul 23:00 WIB.

"Sama seperti malam-malam sebelumnya, aku selalu merindukan kamu dalam diam dan hampir tiap malam aku ke ingat kamu maupun kita yang dulu. Aku selalu ngelakuin hal ini untuk melampiaskan semua perasaan yang belum sempat aku jelasin sama kamu." Ia mulai bermonolog lalu dengan cepat ia langsung menggelengkan kepalanya pelan.

"Mending tidur deh, dari pada gue jadi gila gara-gara keterusan mikirin dia." Ia pun memutuskan untuk pergi tidur dan berharap mimpinya lebih indah dari kenyataan.

🥀🥀🥀

Paginya ia menghabiskan waktu weekend untuk pergi jalan-jalan ke kota sendirian, maklum jomblo.

"Mau kemana kamu?" Tanya seorang wanita paruh baya dari arah dapur.

"Mau cari makan diluar, boleh ya?" Ucapnya meminta izin.

"Pulang jam berapa?"

"Nanti Rani kabarin lagi."

"Yaudah jangan pulang kemaleman."

"Gimana mau pulang malem? lagian gue pergi sendirian." Batinnya lalu ia tersenyum tipis.

"Oke, aku berangkat yaa." Pamitnya kepada wanita itu.

"Duh gue mau kemana? Udah tau jomblo malah pergi keluar sendirian lagi keliatan banget gue jomblonya." Ucapnya miris kepada diri sendiri.

"Ran, Rania!" Ia pun menoleh ke sumber suara.

"Eh? Lo kok ada di sini?"

"Gue lagi jalan-jalan aja sekitaran sini, gak sengaja gue ngeliat lo yaudah gue samperin." Jelasnya.

Rani mengangguk.

"Lo sendirian aja?" Sambil celingak-celinguk.

"Seperti yang lo liat."

"Oh gue kira bareng doi."

Rani hanya diam karena malas menanggapi.

"Lo masih stuck di dia?" Tanyanya hati-hati.

Lagi-lagi Rani diam, ia ingin menjawab tidak tapi hatinya tidak bisa berbohong. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak menjawab.

Sampai akhirnya suasana menjadi canggung, keduanya tidak ada yang membuka suara. Mereka dulu bersahabat sejak sd, namun karena selalu beda sekolah. Jadinya mereka jarang bertemu.

"Hm, Ran gimana kalau kita ke tempat biasa aja? Udah lumayan lama kita gak ketemu. Lo gak kangen sama gue gitu?" Tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Oke, sekalian gue cerita ya." Jawab Rani.

Saat sampai disebuah cafe, mereka memilih tempat paling pojok dan memesan menu.

"Jadi gimana, sampai detik ini lo masih belum jelasin ke dia? Padahal kalian satu sekolah, pasti ketemu tiap hari." Tebaknya tanpa celah.

"Lo gampang ngomongnya, gue yang ngelakuin susahnya setengah mati." Keluh Rani.

"Dia emang orangnya keras kepala sih, jadi gue maklum." Jedanya "Tapi kalau lo sungguh-sungguh buat ngelurusin semuanya, lo pasti bisa kok lakuin 1001 cara buat dia dengerin penjelasan lo. Jadi tetap semangat Rania." Ucapnya tulus sambil tersenyum.

Rani yang mendengarkan nasehat sahabatnya itu hanya tersenyum tipis. Hati dan pikirannya sekarang tidak menentu, di satu sisi ia ingin menyerah tapi disisi lain ia ingin mencoba menjelaskan.

Seorang pelayan datang membawa dua porsi es krim dengan dua rasa yang berbeda.

"Ran, btw gue bingung sebenarnya lo itu kenapa sih masih terus-terusan stuck sama dia? Kan kasihan hati lo juga. Yang salah itu dia, tapi dia seolah-olah jadi korban. Dan lo yang ngerasa bersalah sampai segininya, sedangkan dia peduli sama kehadiran lo dulu dihidupnya aja gak." Ucap sahabatnya kesal sendiri.

TemporaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang