Ryan Febrian. Seorang lelaki berumur 18 tahun dengan penampilan serba sederhana, rambut pendek serta mata sayu. berdiri di depan sebuah kristal bening, namun memancarkan hawa tak enak di badan. Sembari menelan salivanya, ia menyentuh benda tersebut.
Cahaya hangat dan setruman menggigit terlihat dan terasa di kedua mata dan telapak tangannya. Sebuah tulisan kecil muncul dari permukaan kristal. Melihat tulisan tersebut, kedua matanya berkaca-kaca, seringai kebahagiaan terlukis di bibirnya. Tanpa memperhatikan suasana di sekitar, ia berjingkrak girang.
Hari ini adalah hari yang sangat spesial baginya. Bagaimana tidak, semua jerih payah dan keringatnya terbayarkan hanya dengan melihat kristal tersebut.
Ya, hari ini adalah hari di mana seorang Ryan Febrian lulus dari sekolahnya.
Sorak-sorai para murid di bawah podium yang dipijak oleh Ryan terdengar seakan seperti memberikan ucapan selamat kepadanya. Dengan senyuman lebar, ia berbalik ke arah mereka semua dan membungkukkan badan sembari memberi salam hormat.
Sekolah Sihir Rajawali, salah satu dari lima besar sekolah sihir yang berhasil meluluskan murid-murid berpotensial dalam bidang sihir, kini telah kehilangan sekaligus berbahagia melihat Ryan Febrian, murid unggulan mereka, lulus dengan hasil yang memuaskan.
***
Satu bulan telah berlalu semenjak Ryan Febrian lulus dari Sekolah Sihir Rajawali. Kini ia telah disertifikasikan dengan legal sebagai seorang penyihir profesional. Penyihir profesional sendiri merupakan sebuah pekerjaan yang dapat dibilang sangat baru, muncul sekitar 20 tahun yang lalu. Di Indonesia pada umumnya, dan di pulau Jawa khususnya, penyihir profesional adalah hal yang lumrah.
Terdengar menarik, tetapi tugas dari penyihir profesional tidaklah mudah. Mereka adalah pelayan dan pelindung masyarakat—memenuhi kebutuhan serta menjaga dari ancaman—Bisa dikatakan, para penyihir profesional adalah sukarelawan sekaligus seorang polisi.
Sekarang, dari mana para penyihir mendapatkan penghasilan? Untuk mengatasi masalah ekonomi dari para penyihir profesional, pemerintah menerapkan sistem yang akrab dijuluki "Ruang Buletin" oleh para penyihir. Ruang Buletin sendiri dapat diakses melalui smartphone ataupun melihat langsung di kantor cabang.
Berbicara tentang kantor cabang, penyihir profesional mempunyai banyak sekali kantor cabang. Kantor-kantor tersebut berfungsi untuk menampung para penyihir dan mengelompokkan mereka menjadi tim. Tentu saja, banyaknya permintaan di Ruang Buletin kantor tergantung dari reputasi kantor itu sendiri, semakin besar reputasi mereka semakin banyak pula permintaan yang masuk.
Sialnya, Ryan terdaftar di kantor yang dapat dibilang tidak memiliki reputasi sama sekali. Secara, pembagian kantor ditentukan menggunakan pemilihan acak.
Kantor 115. Itulah nama cabang kantor yang hendak ditempati oleh Ryan Febrian sekarang ini. Dan ini adalah hari pertama baginya untuk berkujung ke kantor tersebut.
"Perlengkapan? Check!" di depan sebuah meja belajar, seorang Ryan Febrian sedang memasukkan sejumlah barang ke dalam tas ransel berwarna hitam yang dari dulu selalu ia pakai. Bahkan, tas tersebut punya nama. Ryan menamai tas itu dengan nama Noir.
Setelah diyakini semua telah dimasukkan dengan rapi, ia menenteng Noir dan segera meninggalkan kamar indekos kecil yang ditempatinya.
***
Sepanjang perjalanan, Ryan tidak dapat berhenti tertakjub dengan pemandangan kota Delima. Walau terlahir dan dibesarkan di kota ini, pemandangan spektakulernya tidak pernah berubah. Berbeda dengan kota Jakarta yang isinya kebanyakan bangunan-bangunan bertingkat dan gedung pencakar langit, kota Delima justru dipenuhi dengan keseimbangan antara alam dan infrastruktur manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Penyihir 115
FantasíaRyan Febrian, seorang lelaki yang baru saja lulus dari sekolah sihir ternama, kini telah menjadi seorang penyihir profesional. Bersama dengan kedua rekannya; Cicilia dan Renaldi Kevin, mereka bekerja di kantor cabang ke-115. Lantas, pekerjaan macam...