Part 10

410 23 9
                                    

Setelah menemukan alamat sekolahnya Fero, Nanda langsung bergegas menuju pintu belakang sekolah. Sisil membantu Nanda untuk mengelabui guru piket yang kebetulan berjaga di sekitar pintu tersebut.

Keduanya berjalan, dan sesekali sembunyi dibalik pohon rindang.

"Kalau begini caranya, gimana mau kabur nih, Sil." kesal Nanda.

Nanda melihat guru piket yang biasanya di panggil pak Jo, termasuk guru paling sadis seantreo sekolah. Melakukan satu kesalahan, akibatnya akan fatal.

"Kok apes banget ya, kenapa yang jaga pak cungkring itu." gerutu Nanda mengatai guru yang ada tak jauh darinya.

"Lo diem aja, gue punya ide," kata Sisil menjentikkan jarinya ke udara. Ia mempunyai ide cemerlang.

Lalu Sisil membisikkan ide nya itu ke telinga Nanda. Setelah itu Nanda mengangguk sambil tersenyum lebar.

Mereka menjalankan aksinya, Sisil tetap ada disitu, sedangkan Nanda beralih tempat dengan bersembunyi di balik vas bunga besar yang letakkan di samping pintu.

Setelah semua siap, giliran Sisil yang memulai aksinya duluan.

"Aduh, aduh pak, kaki saya keseleo pak," ringis Sisil yang cuma pura pura saja. Ia memegang kaki kirinya dan menampakkan ekspresi sesedih mungkin.

Mendengar teriakan itu, Pak Jo akhirnya menghampiri Sisil. Lalu ia berjongok memastikan keadaan kaki Sisil.

"Kamu kenapa?" tanya Pak Jo panik.

"Ini pak, kaki saya keseleo pak," rengek Sisil yang pura pura menangis.

"Ya udah, saya bawa ke UKS ya," ajak Pak Jo sembari memegang kaki Sisil lalu mengurutnya.

Nanda mengangguk angguk mengiyakan. Kalau ia menolak, nanti pak Jo akan curiga dan rencananya yang mereka atur sedemikian rupa akan gagal.

Melihat sahabatnya itu sedikit lagi berhasil mengelabui Pak Jo, Nanda segera melangkah keluar dari pintu belakang.

"Bisa jalan kan?" tanya Pak Jo.

"Namanya keseleo ya gak bisa jalan lah pak," omel Sisil.

"Seno sini," panggil Pak Joh kepada Seno yang kebetulan lewat disitu.

"Iya pak?" sahut Seno ketika mendengar namanya dipanggil.

"Kamu tolong gendong Sisil ya, badannya besar, tenaga bapak gak kuat kalau harus gendong dia. Kamu bisa kan?"

Dahi Sisil bergelombang, ia kaget tiba-tiba Pak Jo menyuruh Seno untuk menggendongnya. Senjata makan tuan.

Sisil jadi kesal sendiri. Ia ingin menyalahkan Seno, itu tidak mungkin. Pasalnya semua itu bukan salah Seno, karena ia hanya kebetulan lewat. Tapi! Seno juga sih, ngapain harus lewat disana disaat situasi kayak gini?

Seno ingin menjawab permintaan pak Jo, namun ia langsung mendapat pelototan mata yang mengisyaratkan agar Seno tidak mau.

"Tapi pak.."

"Udah jangan banyak alasan, ayo cepat." Titah Pak Jo.

Lalu guru itu berdiri, menyaksikan bagaimana lihainya Seno dalam menggendong Sisil tanpa mengeluh sedikitpun, maklum otot anak muda, masih kuat dibanding Pak Jo yang mulai keropos dimakan usia.

****

Langkah Seno mengantarkannya ke sebuah UKS yang jaraknya dari area belakang cukup dekat. Di belakangnya disusul oleh Pak Jo.

Seno masuk dalam ruangan itu dan menurunkan Sisil ke atas ranjang.

"Kaki kamu gapapa kan, Sil." Ucap Seno memastikan saja. Ia kemudian duduk di kursi samping Sisil.

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang