Part 17

413 20 0
                                    

Dari kejadian kemarin, ada hikmah yang dapat diambil. Nanda mulai dekat dengan kakak kelasnya yaitu Agas. Cowok itu memulai menunjukkan perhatian sedikit demi sedikit kepada Nanda. Sedangkan Nanda masih polos. Ia tak pernah mengetahui arti perhatian itu. Iya hanya merasa jika Agas memang nyatanya baik, tidak seperti yang ia temui pertama kali di halte.

Contohnya, pagi ini dirinya dijemput
oleh Agas. Sesungguhnya Nanda ingin berangkat bersama Dika, namun kedatangan Agas lebih awal dari pada Dika. Saat itu Nanda ingin menolak, tapi ia tidak tega, pasalnya Agas datang dari rumah mendahului ayam berkokok. Agas anak rajin banget ya!

Alhasil Nanda memberitahu Dika lewat pesan bahwa ia membatalkan ajakan sahabatnya. Entah memang hari ini saja, atau hari berikutnya.

Tapi sepertinya Agas akan selalu datang lebih dulu ke rumah Nanda. Karena cowok itu sengaja bangun pagi agar tidak ke duluan sama Dika.

"Udah siap semua?" Tanya Agas kepada Nanda.

"Udah kak,"

Kemudian Agas memberikan helm pada Nanda. Namun belum sempat Nanda menerimanya, helm itu ditarik lagi oleh Agas.

"Kenapa kak?" Tanya Nanda bingung.

"Gue gak yakin lo bisa pake helm," ejek Agas, seraya memakaikan helm yang dibawanya ke kepala Nanda. Membuat gadis itu diam seperti patung.

"Karena lo gak pernah pake helm."

"Kak Agas kok tahu?"

"Tau lah, lo kan kalau berangkat sama Dika pake sepeda. Emang pernah ada orang naik sepeda pake helm?!"

"Pernah," timpal Nanda sok tahu.

"Mana?"

"Pesepeda itu," jawab Nanda harap-harap cemas.

"Beda Nda, helm khusus sepeda sama helm khusus motor."

"Enggak lah. Kan sama-sama depannya H." Ujar Nanda ngawur, membuat Agas tertawa kecil. Melihat Nanda yang agak gak penuh ini merupakan sensasi sendiri. Masalahnya ia menghadapi gadis yang tingkat pemikirannya dibawah rata-rata.

"Kenapa ketawa? Nanda gak lagi ngelawak lho." Ucapan itu semakin menjadikan Dika tertawa lebih kencang dari pada barusan.

"Udah ah, ayo berangkat. Mumpung belum panas." Ajak Nanda ketika merasakan sinar matahari menyengat ke kulitnya.

"Gitu aja takut panas, kenapa gak pindah aja."

"Pindah kemana?"

"Ke planet Pluto." Ucap Agas ngaco.

"Kak Agas mau buang Nanda ke Pluto? Ya udah buang aja. Eh, btw jangan ke Pluto deh, ke planet Jupiter aja. Biar pas Nanda disana gak sempit." Ucap Nanda ikut ngaco.

Tau sendiri lah, sifat Nanda yang kadang rada aneh. Tapi by the way, seorang Agasta Prawira bakalan ikutan aneh nih kalau lama-lama deket Nanda, tapi tidak apa-apa yang penting.....

"Beneran?" Agas menanggapinya dengan tampang serius. Seakan ia bersedia melempar Nanda sejauh mungkin.

"Oke,"

Agas langsung berancang-ancang untuk menggendong Nanda dan...

"Bentar deh," celetuk Agas.

"Kalau lo gak ada, gue sama siapa?"

Blush! Pipi Nanda terlihat ada semburat merah. Gombalan receh Agas, mampu membuat dirinya terbang. Tidak Fero tidak Agas suka yang namanya gombal.

Nanda hati lo diciptain dari apa sih? Gampang banget meleleh.

Namun detik berikutnya, ia teringat akan kata yang diucapkan Agas barusan.

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang