20. Sakit Hati

4.4K 250 11
                                    

Every day is a new day and you’ll never be able to find happiness if you don’t move on.

***

"Dev, si Gery kenapa tuh?" tanya Havis yang melihat Gery sejak tadi bermain game di ponselnya, sesekali mengumpat.

"Ger, lo udah daritadi main game, udahan dulu aja," kata Devan memberitahu kepada Gery. Namun, Gery sama sekali tidak mendengarkan kata Devan.
Devan dengan terpaksa mengambil ponsel Gery. "Mata lo nanti rusak kalau terus-terusan! Seenggaknya lo istirahat dulu!"

"Apa peduli lo?" sentak Gery semakin emosi.

"Karena gue sahabat lo! Lo harusnya cerita bukannya malah gini!" Devan mengembalikan lagi ponsel Gery lalu melangkah keluar kamar.

Devan menelepon Fanya, ingin menanyakan sesuatu.

"Hallo? Van?"

"Fan, aku mau tanya."

"Tanya aja, kenapa pake bilang segala."

"Kamu tahu banyak gak tentang Sandra? Misalnya dia punya pacar atau nggak?"

"Gak tahu, dia gak pernah cerita soal itu. Memangnya kenapa?"

"Dulu aku udah lama gak sengaja ketemu Gery sama Sandra lagi jalan berduaan. Aku kira mereka pacaran, tapi pas nanya ke Gery katanya nggak. Terus tadi Gery tiba-tiba pendiem, pokoknya gak kayak biasanya."

"Jadi menurut kamu Gery galau gitu gara-gara Sandra?"

"Pinter deh pacar aku."

Di sebrang sana Fanya terkekeh. "Iyalah, emangnya kamu."

"Wah, wahh, aku sebenarnya jenius, tapi di sembunyiin gitu."

"Terserah kamu deh, mau jenius atau apalah."

"Oke, kamu coba telepon Sandra, pastiin dia lagi ngapain."

"Oke!"

Devan kembali ke kamarnya, Gery masih diam tidak mau bercerita. Sedangkan Havis malah sibuk dengan laptop miliknya.

Dugaan gue pasti bener deh, soalnya Gery selalu gak mau kalau di suruh bersangkutan dengan cewek lain, batin Devan.

"Nanti yang mau ikut malem ke rumah sakit, kesana aja. Gue gak bisa bareng kalian, gue mau jemput Fanya," ucap Devan sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Siap bos!" sahut Havis dengan mata masih menatap laptop.

"Gue pulang duluan!" Gery menyambar kunci motornya yang ada di lantai lalu memakai jaketnya.

"Eh, gue nanti pulang sama siapa?" tanya Havis panik.

Gery tidak menjawah pertanyaan Havis, ia langsung turun ke bawah.

"Nanti lo pake motor gue aja," kata Devan kepada Havis.

"Siapp bos!" seru Havis bersemangat.

***

"Kamu tuh gimana sih, makanya jangan pelupa deh," cecar Fanya kepada Devan. Cowok itu melupakan dompetnya di rumah, jadi mau tidak mau harus balik lagi ke rumah Devan.

"Ya kan namanya juga lupa," kata Devan sambil terkekeh pelan.

"Kamu sama dompet lupa, apalagi kalau sama pelajaran," sindir Fanya yang tahu kalau Devan jarang belajar.

Devan mencubit pipi Fanya dengan satu tangannya. "Kalau sama kamu gak bakal lupa, kok."

Fanya tidak menanggapi, ia memalingkan wajahnya lalu mengambil ponselnya di tas.

Attention [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang