Enjoooyyy....!!!
Setelah mengantar perempuan itu pulang, sudah ada pesan masuk mengisyaratkan agar dirinya cepat pulang lalu menyusul ke kantor. Memangnya dia menganggap aku seperti apa? Robot? Kesal Khaical menelaah sikap ayahnya yang semakin hari semakin menjadi-jadi.
Khaical akan menumpahkan kekecewaan itu kepada Lisa ketika hendak berangkat ke kantor dimana sudah mengenakan pakaian formal yang dijahit sesuai bentuk tubuhnya. Namun ia urungkan meningat kalau Lisa mungkin akan mendukung ucapan suaminya.
Lisa sebenarnya tidak tega melihat Khaical yang akhir-akhir ini tertekan. Dia ingat, beberapa tahun ke belakang suaminya pernah berjanji akan melimpahkan beberapa urusan kepada anaknya setelah usainya memcukupi. Lisa tahu betul, Rendi bukan orang yang bisa dicegah hanya karena gertakan. Suaminya itu berwatak keras mengaliri darah kakeknya sedangkan sekeras-kerasnya Khaical dia tidak akan mampu melawan apa yang sudah Rendi ancangkan. Karena Khaical memiliki watak lemah lembut dibalik wajah tampan serta keras kepala dia yang kadang-kadang kumat.
Erik terjatuh kasar disofa. "Aku seperti robot yang dikendalikan."
Lisa duduk, mengambil majalah. Membolak-balik membaca halaman yang menarik. "Kau sudah bertemu dengan putrinya Hary? Mama pernah melihat foto dia waktu itu, terlihat cantik, anggun... juga pintar." Ucap Lisa jujur tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang dibaca. Dia menerawang mengingat wajah Kalila difoto keluarga Dermaga. "Kau tidak perlu menyesal untuk hal ini, nak. Papamu sudah bekerja keras selama ini, jadi wajar sekarang akan melimpahkan semua itu kepadamu."
Dengan kesal Khaical menarik tubuh melangkah keluar rumah. Dia sendiri bahkan tidak tahu pikiram mana yang akan diutamakan untuk saat ini. Semua itu sudah penuh oleh logika yang orangtuanya berikan.
♡♡♡
Sedikit mengobati ketika bertemu teman lama, Bastian juga ada disana. Tidak sendiri ada seorang perempuan disamping dengan beberapa tumpukan berkas didada.
"Bruh, kau membuatku khawatir tanpa kabar." Bastian menyenggol bahu Khaical. Pertama Khaical melihat kecut kepada Bastian yang terlihat jelas dalam mood baik. Bastian menekan bahu ke Khaical mau tidak mau Khaical membalas tepukan itu pada punggung temannya dengan tangan kiri.
"Kau menghawatirkanku? Bagaimana dengan perempuan ini?" Sindir Khaical menatap wanita yang terus menunduk.
"Kau masuk dulu, aku ada urusan dengan pria-ku."
Pluk
"Kau memukulku Kal!" Bastian mengusap dahi, melihat Khaical dengan tajam, beralih pada tubuh wanita yang sudah masuk.
"Aku pikir kau pria normal, dan aku bukan pria-mu." Menekan kata terakhir Khaical meraih daun pintu, tersenyum menggoda. "Dia kekasihmu?" Khaical menggangkat dagu menunjuk wanita yang tadi. Tatapannya terus meledek Bastian, dari raut wajah Bastian jelas ada jawaban yang sudah Khaical dapatkan.
"Ngomong-ngomong, selamat ya atas pernikahanmu minggu depan," Goda Bastian sudah duduk pada kursi yang berbaris. Meja berlapis kaca menjalar sampai kursi terakhir total 14 kursi samping kanan-kiri, satu kursi berada paling depan ditengah. Khaical yang masih berdiri menendang kaki kursi yang diduduki Bastian hingga menimbulkan bunyi. "Kabar merayap cepat, tapi kau sebagai korban baru tahu. Haha... sungguh anak yang malang bruh."
"Diamlah kau Bas!"
"Kenapa kau berteriak. Duduk." Itu Rendi. Sudah ada delapan orang termasuk dirinya, Khaical melangkah malas pada kursi sebelah kanan dari kursi kepemimpinan ayahnya. Mereka melihat ke arah Khaical sopan sedangkan Bastian masih menahan tawa alih menutup mulut dengan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED [UNEXPECTED]
Romance[YOUNG-ADULT] ⚠REVISI --------- Ibarat rumah; keluarga didirikan di atas tiang dan kasih sayang, di desain dari ukiran-ukiran indah penuh cinta, dan tentu saja di selimuti oleh atap keteduhan. Semua itu demi kenyamanan yang menempatinya, tidak hany...