Enjoooyyyy...!!
Rumah bernuansa Bali dengan menggunakan desain American Calssic terlihat begitu natural dan homie. Sebelum masuk ada dua tangga yang saling bertemu didepan pintu masuk utama. Kalila mendorong pintu kaca yang sedikit terbuka, menatap seisi rumah sepanjang pandangan yang bisa ia lihat, menghela nafas panjang. Kakinya terayun untuk memasuki ruangan demi ruangan, dimana ruangan yang juga berisi kamar satu-satunya bagi Kalila merupakan area publik. Tempat penerimaan tamu, ada pantry, ruang santai yang kecil.
Setelah mengambil minum dan menyimpan tas, Kalila mengikat rambut menuju pintu untuk bangunan belakang. Berdiri di Balkon melihat kolam renang yang berada tepat saat keluar dari bangunan utama. Ada semacam plaza dibawahnya, rumput-rumput hijau mengelilingi paving juga batu kotak yang sekarang Kalila injak untuk menuju pintu disebrang. Tiga bangunan yang menjadi satu.
Diujung kanan pojok ada taman, di tepian kolam kursi malas berjejer yang berhadapan dengan gazebo. Ujung yang lain ada pondok bambu tempat menikmati suasan bunga-bunga taman. Sejuknya bunga-bunga di taman.
Gemricik air mancur dari kolam begitu menenangkan ditambah udara yang segar.
Sampai didepan pintu, Kalila mengetuk pintu terlebih dulu. Pelayan rumah yang membuka, bibirnya membentuk garis melengkung mempersilahkan Kalila masuk.
Ruangan berdominan warna putih, abu-abu, krem serta aksen barang berwarna keemasan jelas mendominan yang langsung menampilkan ruang santai yang hangat. Tempat ini lebih luas dari ruangan yang pernah ia lewati dimana fungsi utama sebagai bagunan rumah begitu terasa. Lalu-lalang penghuni rumah akan selalu hadir disana berbeda dengan rumah depan yang berpenghuni jika ada tamu datang. Atau suara berisik dari tv jika Kalila sedang menonton.
Kalila sangat tahu kenapa dia terpisah sendiri. Sangat tahu posisi dia di rumah ini.
Kalila menutup pintu mempersilahkan pelayan itu masuk terlebih dulu. "Kau baru pulang?" Pintu kamar dari arah samping tangga terbuka, sudah berdiri sosok laki-laki dewasa bersandar pada kusen pintu.
Dia Will. Anak pertama dari Harry. Usianya menginjak kepala tiga.Kalila sedikit panik melihat tatapan dari Will, tatapan yang ingin tahu sesuatu. "Iya. Aku baru pulang." Kalila mendekat. Will menggunakan bathrobe menyisakan rambut pirang gelapnya yang basah.
Dia merentangkan kedua lengan membiarkan Kalila mendekap didadanya. Mencium bau Vanilla ciri khas adiknya. Kalila mengeratkan lengan disekitarnya, dia sungguh merindukan Willy.
Will menjauhkan tubuh Kalila agar bisa berhadapan. "Are you okey?" Kalila mengangguk. Will menurunkan alis matanya menyipit.
"Kemana yang lain?" Kalila menyusuri dengan mata ruangan itu tapi tidak melihat anggota keluarga yang lain. "Ibu, Karin, Nessa..."
Will mengusap rambut hitam adiknya. "Mereka ada di atas mungkin berada di ruang tengah menonton tv. Kau bisa menemuinya,"
Ketika Kalila tidak bergerak, Will meraih bahunya. "Maaf, mereka sudah membuat keadaanmu tidak baik." Will berkata setelah melihat Kalila kosong dengan matanya. Kalila tetap Kalila setelah mendengar itu dari kakaknya ia memilih tersenyum lembut.Will tahu Kalila akan begitu ekspresif dalam menggunakan hatinya, dia orang yang mudah tersentuh hatinya sejak masih kecil. Memiliki sikap lembut tapi tetap ceria. Namun sekarang dia harus dipaksakan menggunakan otak rasionalnya untuk keluarga.
"Kau ini bicara apa..." Kekeh Kalila mengusap matanya. "Aku baik-baik saja. Bahkan dengan pernikahan itu." Sambungnya.
"Tapi matamu tidak menunjukan sebaliknya." Tambah Will.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED [UNEXPECTED]
Romance[YOUNG-ADULT] ⚠REVISI --------- Ibarat rumah; keluarga didirikan di atas tiang dan kasih sayang, di desain dari ukiran-ukiran indah penuh cinta, dan tentu saja di selimuti oleh atap keteduhan. Semua itu demi kenyamanan yang menempatinya, tidak hany...