"Ada apa denganmu, Red?" Ivy tertawa kecil dan memegang kedua pipinya.
"Hey, kau berpikir yang tidak-tidak, hm?"
"Bagaimana aku tidak berpikir seperti itu, kau selalu menggodaku, kak." Cicitnya.
"Wah, jadi ini salahku? Baiklah. Kau boleh melakukan apapun padaku. Bagaimana?" Ivy menawarkan diri.
"Ti-tidak perlu. A-aku mau pulang saja." Red mencoba bangkit dari tidurnya. Tapi tentu saja tidak bisa karena Ivy masih berada diatasnya.
"Kau tidak mau menginap? Apartmentmu hanya di gedung sebelah, sayang. Dan juga orangtuamu tidak ada. Bagaimana kalau menginap? Ya..?" Wajah memelas yang ditunjukkannya tidak membuat Red goyah.
"Mungkin lain kali saja, kak. Aku ingin cepat mandi." Ucapannya yang jujur membuat Ivy tersenyum dan mengecup bibirnya singkat. Lalu menariknya duduk.
"Baiklah. Kemarikan ponselmu!" Ucapannya yang lebih seperti perintah membuat Red sedikit takut. Dengan cepat dikeluarkannya ponselnya.
"Alright. Aku akan menyimpan nomorku. Begitu kau tiba di kamarmu, segera hubungi aku." Ucapnya sambil menekan-tekan layar ponselnya.
"Dan.. kemarilah!" Ivy menarik wajah Red dan mengecup bibirnya.
Click.
"Ini jadikan wallpapermu, okay?" Dikembalikannya ponsel Red dengan layar yang menampilkan bagian samping wajah mereka dengan bibir yang saling bertemu.
"Tidak mungkin." Tolaknya langsung.
"Memangnya kenapa? Kau malu karena berciuman denganku, babe?" Tanya Ivy berpura-pura sedih.
"Bu-bukan. Hanya saja aku takut ada yang melihat foto ini dan menghinamu." Paparnya.
"He. Baiklah. Terserah saja. Kalau begitu pose yang lain. Yang penting foto kita yang menjadi wallpapermu." Ungkapnya final.
"B-Boleh dengan ideku?"
"Tentu saja, sayang!"
"A-aku mau kau ada dipangkuanku."
Ivy tersenyum lebar mendengar ucapannya. "Seperti ini?" Katanya duduk menyamping.
"I-iya. Lalu tanganmu merangkul leherku," Sambungnya.
"Okay. Lalu?" Ivy merangkul lehernya dan tersenyum manis.
"Eh. Hm. Bolehkah kau mencium pipiku?" Tanyanya ragu.
Ivy ternganga mendengar ucapannya.
"You kidding me right? Pipi? Itu mengecup, sayang. Bukan mencium. Dan kenapa kau harus bertanya. Tentu saja boleh, sayang." Ivy memeluknya erat.
"Baiklah. Ayo kita kabulkan impianmu. Ayo arahkan kameranya." Ivy tersenyum membelai pipi kanan Red.
Red mengarahkan kameranya dan Ivy mengambil posisi mengecup ujung bibirnya.
Click.
Hasil yang muncul sesuai keinginan Red, diapun tersenyum puas.
"Bagaimana? Sudah bisa dijadikan wallpaper?" Ivy masih dipangkuan Red merangkul lehernya dan merebahkan kepalanya dibahu Red.
"Aku punya ide lebih baik." Ucap Red menunjukkan ponselnya. Menampilkan wallpaper dengan gambar Ivy mencium bibirnya.
Ivy mengerutkan keningnya. "Tap-..."
Red mengetuk layarnya dan layarnya terkunci. Terlihat foto mereka yang baru saja diambil. Ivy yang melihatnya tertawa kecil.
"Well, yang ini memang lebih baik."