6

43 0 0
                                    

Ivy mengerjapkan matanya. Dia baru saja bangun dari tidur yang menurutnya moment tidur yang terbaik.

Diambilnya ponsel dimeja sebelah tempat tidurnya. Dilihatnya layar ponselnya menampilkan angka enam lewat lima belas. Dicarinya kontak yang baru disimpannya kemarin.

Sudah tiga kali ditelponnya, namun tidak ada jawaban. Mungkin masih tidur, pikirnya.

Diapun bangkit dari tempat tidurnya, merapikan selimut dan bantal. Lalu diambilnya karet rambut dan mengikat rambutnya asal.

Dibukanya tirai jendela dan pintu balkonnya. Kamar Red masih tertutup tirai, Hijau atau kuning, ya?

Dia mengambil handuk dan pakaian dari lemari. Lalu masuk kekamar mandi.



#CHOCOLATE LOVE#



Ivy keluar dari kamar mandinya dengan berpakaian lengkap dan handuk ditangan kirinya.

Saat dilewatinya balkon terlihat tirai Red sudah tersingkap. Dijemurnya handuk dijemuran handuk yang ada dibalkon.

Dia berpikir sejenak dan pergi kedapur. Membuka lemari gantungnya dan mengambil kotak bekal plastik hitam berbentuk bulat.

Diletakkannya diatas meja dan menuju lemari esnya.

Setelah menimbang-nimbang akhirnya dia mengambil botol selai rasa coklat kacang dan menutup pintu lemari esnya. Lalu mengambil plastik roti yang berada diatasnya.

Setelah selesai mengolesi tiga lembar roti dengan selai dan menumpukkannya. Dimasukkannya kedalam kotak bekal. Lalu membuat dua lembar untuknya sendiri.

Selesai memakan rotinya, dia memasukkan kotak bekal itu kedalam ranselnya. Lalu memakai sepatu bertalinya. Dia masuk kekamar dan menutup tirainya kembali.

Ivy mengambil ponselnya dan mencari kontak Red sambil mencari kunci kamarnya.

Deringan kedua Red mengangkat telponnya.



#CHOCOLATE LOVE#



Ivy mengajak Red untuk pergi bersama ke sekolah. Kebetulan Red juga baru selesai mengunci kamarnya.

Ivy menunggu di parkiran sambil memanaskan sepeda motornya.

"P-pagi, kak." Red datang sambil terengah-engah. Mungkin berlari menuju kesini, pikir Ivy.

"Masih pagi dan kau sudah berkeringat, baby." Ivy membuka ranselnya, mengambil tisu dan menyeka keringat Red.

"Terima kasih."

"Ya, sayang. Ayo kita berangkat." Ivy tersenyum manis dan memberikan helmnya. Dan seperti sebelumnya Red memakaikan padanya.

"Kenapa kau tidak mau memakainya? Aku takut kau terluka." Ivy menanyakan rasa penasarannya.

"Helmnya hanya ada satu. Dan aku lebih takut kau terluka." Red memerah mengucapkannya.

Ivy yang mendengarnya tersenyum lebar. "Dasar kau ini." Ivy mencubit lembut pipi kirinya.

Merekapun menaiki motornya dengan Ivy yang memeluk erat perut Red dan Red yang bersemu merah.

Ah. Indahnya masa muda.



#CHOCOLATE LOVE#



Sesampainya mereka di parkiran sekolah, banyak mata yang memandang aneh pada mereka.

"Banyak yang melihat kita, kak. Mungkin mereka heran kau dan aku bersama. Mungkin sangat tidak cocok dilihat."

Ivy menjelaskan bahwa pandangan orang bukan hal yang penting. Karena mereka yang tahu yang terbaik untuk mereka. Yang akhirnya kembali membuat wajah Red merah.

Chocolate LoveWhere stories live. Discover now