1

263 6 1
                                    

BUGH!

Suara tersebut berasal dari gudang. Seorang siswa berkacamata dikepung 3 orang siswa. Satu dari mereka mencengkram kerah bajunya dengan kuat. Diapun sudah mendapat lebam biru dipipi kiri.

"You enjoyed it, Nerd? Bangga dengan nilai tertinggi seangkatan, huh?! Cheaters!" Fred, terlihat marah.

"No. I'm not cheaters!" Ringisnya, merasakan perih dipipi.

"Bullshit! Jangan buat aku tertawa, Nerd! Aku benci munafik sepertimu! Kau pikir aku seperti mereka yang tertipu penampilanmu? Don't be silly!" Fred, kembali melayangkan tinjunya.

BUGH!!

"Argh,"

Perutnya terasa perih. Kedua teman Fred hanya tertawa melihatnya.

"Ergh! Stop! It hurts!"

"Haha. Sakit? Take that!"

"Kau menyakitiku, Fred! Apa kesalahanku?!"

"Hoy, Nerd! Beraninya kau! Tidak sadar posisimu, heh?" Argon, mendorong dahinya.

Fred tersenyum sinis. Ditariknya kerahnya kuat.

"Salahmu? Kau kan yang terpintar seangkatan?! Kenapa tidak mengerti maksudku, hah?! Kau mengambil posisiku! Jerk!!"

"A-apa maksudmu? Jadi, semua ini hanya karena itu?"

"Apa maksudmu 'hanya karena itu'? Kau merebut posisiku, Nerd!" Geram Fred menepuk-tepuk pipinya.

"Fine! Aku tidak akan mendapatkannya lagi, kau janji tidak akan menggangguku?"

"Ya. Ya. Whatever. Bagus, kau sudah berjanji, Nerd! Ingat itu."

"Kau juga, Fred!"

"Ya! Kau bisa pegang janjiku. I am a man."

"Tapi tidak gentle bersaing denganku." Gerutunya pelan.

"Pardon?!!"

"Ah ya ya- Aku akan mengikuti maumu."

"Good. Aku ingat itu. Awas kau ingkar! Kau akan dapat lagi ini."

BUGH!!

Fred kembali memukul perutnya.

"Argh. Shh,"

"Cih! Come on, bro!"

Mereka meninggalkannya.

"Wait!" Mark mengambil penghapus papan tulis kapur.

"What else?!"

"A second, i wanna give a goodbye greeting." Dilemparnya penghapus itu ke arah si Nerd.

TUCK!!

"Argh. Ah. Shit!" Nerd mendesis mengelus kepalanya. Takut terdengar Fred and friends.

"Oopsie! Bye, Nerd!" Mereka tertawa meninggalkannya.



#CHOCOLATE LOVE#



Dia keluar gudang dengan marah dan penampilan yang berantakan.

Dilihatnya didekat toilet perempuan pohon sakura dengan bunga yang bertebaran, lalu bersandar disana. Yah, sudah musim semi. Tapi aku tidak pernah berbunga, desahnya. Perlahan amarahnya meluap.

"Heck! Aku selalu saja sial!"

Matanya menyiratkan kebencian. Terutama benci dengan dirinya yang lemah. Dipukulnya tanah, dan ditarik-tariknya rumput yang subur.

Chocolate LoveWhere stories live. Discover now