09:43 KST.
"Kookie, bangun sayang. Ini sudah sampai Korea. Mingyu ayo bangun."
Somi sedang sibuk membangunkan kedua bocah itu. Pesawat yang mereka tumpangi sudah berhenti di bandara Korea dan mereka belum juga berniat untuk bangun.
"Kookie, bangun atau Appa tak akan membelikan es krim."
Jurus Wonwoo lebih tangguh dibanding siapapun. Hanya es krim yang mampu membuat Jungkook bangun dikala bocah itu sulit dibangunkan.
"Ne Appa." katanya.
.
.
.
Perjalanan jauh yang mereka tempuh mampu membuat perut kedua bocah itu meraung minta diisikan sesuatu, alhasil rombongan Wonwoo kini berhenti di sebuah restaurant.
"Ayo, pesanlah." Jonging menyodorkan buku menu yang baru saja dibawa oleh seorang pelayan. Membuat candaan kedua anak itu menjadi terhenti.
"Aku mau ini." tunjuk Jungkook pada salah satu gambar di dalam buku menu.
"Aku juga." ikut Mingyu.
"Terus yang ini."
"Aku juga."
"Dan yang ini."
"Aku juga."
Setelahnya, mereka berdua akan tertawa keras seperti menertawakan hal yang tak diketahui siapapun. Intinya, jika Jungkook bertemu Mingyu, maka dunia hanyalah milik mereka berdua.
Disela waktu menunggu hidangan, ketika Jungkook dan Mingyu sedang bercanda, tiba-tiba dari kejauhan ada anak seperti seusia mereka meneriakkan nama Mingyu.
"Mingyu!" teriaknya.
Candaan Jungkook dan Mingyu tiba-tiba berhenti. Dari kejauhan dapat Mingyu lihat temanya yang bertubuh kurus itu sedang tersenyum padanya.
"Minghao!" Mingyu menyambut Minghao. "Sedang apa disini?" tanya nya.
"Makan bersama keluarga. Kau sendiri?" Minghao menanyai balik.
"Ah ne. Perkenalkan ini keluargaku. Ini ayahku, ibuku, pamanku dan sepupuku." Mingyu memperkenalkan keluarganya satu per satu.
"Kamu?"
Minghao sejenak berhenti memandangi Jungkook. Sepertinya dirinya pernah bertemu anak yang mirip dengannya. "Apa kita pernah bertemu?" tanya Minghao.
"Ahahaha." Mingyu segera menengahi. Mingyu adalah anak yang pintar. Sejak kecil dirinya sudah diberitahu rahasia terbesar milik Jungkook dan Wonwoo. "Dia sepupuku yang baru saja pulang dari Swiss, baru hari ini bersamaku." ucap Mingyu.
Minghao kemudian hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Mungkin aku salah." katanya.
Setelah sedikit bercengkramah, minghao kemudian pamit kembali ke tempat keluarganya.
.
.
.
.
Perut kenyang, hati senang, fikiran tenang, dan tidur merupakan simbol dari kedua bocah berbeda warna kulit tersebut. Setelah pulang dari restaurant, rombongan Jungkook memilih singgah terlebih dahulu di apartemen milik Jongin.
"Dimana lokasi yang kau inginkan?" Jongin membuka percakapan setelah kedua anak ribut itu dimasukkan kedalam kamar. Percakapan yang dimaksud Jongin adalah apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Jungkook
FanfictionNamanya Jungkook. Kelahirannya tak diinginkan dikeluarganya. "Namaku Jeon Jungkook. Anak bungsu Tuan dan Nyonya Kim."