BAB 2

44 11 0
                                    

**

Hari ini Hana akan menginap di rumahku, dia adalah salah satu sahabatku yang lain selain Zach. Jangan berpikir jika aku memiliki banyak sahabat karena yang benar-benar aku anggap seperti itu hanya Zach dan Hana.

Saat ini kami baru saja selesai menonton drama Korea dengan semangkuk besar popcorn di pangkuanku yang masih tersisa banyak.

Kami melakukan kebiasaan cewek pada umumnya yaitu membicarakan banyak hal terutama tentang cowok. Misalnya saja saat ini Hana sedang memperingatiku untuk melupakan perasaanku terhadap Zach.

"Ra, lebih baik lo lupain Zach deh. Lo nggak boleh mencintai dia terlalu dalam," ucap Hana serius.

"Kenapa?" sahutku.

"Karena cara dia menatap lo, sama kaya gue yang cuma memandang lo sebagai sahabat."

Aku mengalihkan pandanganku ke arah jendela tanpa membalas perkataanya.

"Ra, gue cuma nggak mau kalo nanti lo semakin sakit hati. Dengan move on dari Zach lo bisa cari cowok lain untuk buat lo bahagia," ucap Hana lagi.

"Lo nggak bisa berpikir seolah asalkan dia bahagia terus lo juga ikut bahagia. Alah, basi." lanjutnya.

"Kurela kau dengannya asalkan kau bahagiaaa..." kunyanyikan lirik lagu yang memiliki beberapa kata yang serupa seperti ucapannya.

"Ih, gue serius bege."

"Serius-serius amat,"

"Terserah lo ya, intinya gue udah ngasih tahu untuk move on. Kalo sampe nanti Zach ngehancurin hati lo, jangan salahin siapa pun karena dari sekarang gue udah peringatin lo."

"Lo telat."

"Telat, maksudnya?"

"Telat peringatin gue. Karena sekarang gue nggak bisa kontrol hati gue lagi sejak dua tahun yang lalu." Ucapku seraya menyadarkan tubuh di sofa dan menadah menatap langit-langit kamar yang terhias kupu-kupu aneka warna.

"Gila! Lo suka sama dia udah selama itu dan lo baru kasih tahu gue tentang perasaan lo minggu lalu? Sumpah Ra, lo tuh anggap gue temen atau nggak sih?!" ucap Hana dengan intonasi sedikit lebih tinggi, aku mengerti jika ia tengah merasa kesal sekarang.

"Maaf deh, tapi gue bener-bener nggak mau siapa pun tahu tentang perasaan gue ke Zach," balasku seraya menatapnya.

Hana menatapku iba, sayangnya aku tidak suka dengan tatapan kasihan yang ia tunjukkan padaku.

"Gue nggak suka lo kasihanin, so please dont look at me like that."

"Dua tahun, Ra. Lo berhasil sembunyiin perasaan lo selama itu dan nahan semua kesakitannya sendiri. Lo nggak capek?"

Aku tertawa dengan air mata yang menuruni pipiku secara perlahan, "Lo nanya apa gue nggak capek? Haha, asal lo tahu gue bahkan selalu merasa lelah di setiap waktu. Lelah karena gue nggak pernah bisa berhenti cinta sama dia."

Aku menghapus air mataku, "Lebay banget ya gue? Gini doang mewek, huft." lanjutku.

Hana terkekeh, "Sini peluk." ucapnya seraya menarikku ke pelukannya.

Hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi, kami terbiasa saling memeluk jika salah satu diantara kami memiliki konflik batin yang rumit.

*

Aku merasa hari ini adalah hari sialku, entah mengapa banyak hal terjadi yang membuat suasana hatiku menjadi benar-benar buruk! Seperti nilai ulangan kimiaku yang di bawah KKM, lalu ulat bulu yang tidak sengaja kuinjak, juga bingkai kacamataku yang patah. Padahal aku baru saja membelinya satu minggu yang lalu. Untungnya, sekarang bell pulang sudah berbunyi hingga membuatku cukup bahagia. Dengan cepat kumasukkan semua buku dan botol minumku, setelahnya aku bersama Zach langsung menuju parkiran untuk pulang.

A & Z [SLOW UPDATE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang