BAB 3

38 9 0
                                    

Selamat membaca! Sorry kalo typo hehew 💗

**

Lusa, malam harinya, aku sedang asik menonton film action yang baru kuunduh dengan semangkuk puding cokelat dengan limpahan fla kesukaanku, saat tiba-tiba jendela balkonku terbuka membuatku tersentak karena terkejut. Itu Zach yang datang, dengan celana joger berwarna abu gelap dan hoodie polos berwarna maroon, cowok itu menatap kearahku sambil tersenyum lebar.

"Kaget gue, astagfirullah... " ujarku seraya mengubah posisi menjadi duduk.

"Kaget karena tiba-tiba kedatengan cowok ganteng kayak gue?" sahutnya.

Aku memutar bola mataku, "Pede banget lo kaleng sarden,"

Zach tertawa lalu mendekat untuk duduk di sebelahku. Dengan santainya ia mengambil laptopku dan mematikannya. "Ih, kok dimatiin?" tanyaku agak melotot menatapnya.

"Lagian nonton mulu, sampai chat gue nggak dibales-bales,"

"Ah, chat lo nggak penting-penting banget kok," balasku. Padahal bukan sekali dua kali aku menunggunya untuk mengirimiku pesan walaupun kerap kali berakhir ketiduran karena tak juga ada pesan masuk darinya. Cih, ternyata aku benar-benar munafik.

"Oh, nggak penting nih? Yaudah deh,  banana nuggetnya gue bawa pulang lagi." ucapnya seraya berdiri dan bersiap pergi sebelum aku menahan hoodienya.

Mataku berbinar menatap bungkusan yang berada di tangannya, "Nggak! Lo itu penting, chat dari lo juga penting. Pokoknya lo itu hal terpenting buat gue! So, banana nuggetnya jangan dibawa pulang oke?"

Zach berbalik membuat peganganku terlepas, "Mau ini?" tanyanya yang aku angguki dengan cepat.

"Kalo bisa, ambil dari tangan gue." Zach langsung mengangkat tinggi-tinggi bungkusan itu membuatku segera berjinjit untuk mencapainya. Karena perbedaan tinggi kami, membuatku kesulitan meraihnya. Baru saja ingin melompat, dia menarik tangannya ke belakang tubuh, hingga akhirnya aku berhasil meraih bungkusan itu. Tetapi, aku baru sadar dengan posisi kami yang sangat dekat. Posisi ini membuatku seperti memeluknya, jantungku yang sejak tadi sudah berdebar kini berdebar semakin cepat seolah berusaha untuk membuat Zach  mendengarnya agar ia tahu bahwa debaran cepat ini hanya bisa disebabkan olehnya. Tetapi, itu sepertinya hanya anganku saja.

"Hoi!" Aku tersentak dan langsung menjauh darinya.

"Ra? Kenapa?" tanya Zach.

Aku tersenyum paksa yang membuatku jadi tampak aneh, "Nggak pa-pa," kataku sebelum mengambil isi dari bungkusan yang dibawa Zach. "Ayo makan bareng-bareng,"

Sebelum itu, pandanganku beralih pada kotak kacamata yang berada didalam bungkusan, "Zach? Ini punya lo?"

Cowok itu terkekeh, "Ya nggak lah, memang gue pakai kacamata?"

Aku menggeleng, "Itu buat lo, kacamata lo patah kan?" lanjutnya.

Aku tersenyum senang lalu membuka kotak kacamata itu, "Lo tahu ukuran minus gue?"

"Tahu dong, semua tentang lo juga gue tahu."

Dalam hati aku membantah ucapannya, karena jika Zach tahu semua tentangku tidak mungkin dia tidak menyadari perasaanku.

"Thanks, Zach. Gue ke dapur dulu ambil sendok sama minuman."

Aku keluar kamar meninggalkan Zach sendiri di kamarku, sesampainya di dapur ternyata ada Mama yang sedang membuat susu vanilla.

"Loh, kamu ngapain ke dapur? Mama baru mau antar susu ini ke kamar kamu,"

"Ambil sendok sama minum, Ma. Ada Zach di kamar aku, dia bawain banana nugget. Mama mau?"

A & Z [SLOW UPDATE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang