BAB 5

18 3 0
                                    


Jangan lupa vote dan komen hehe😁

**

Anjas: besok jam 4, di kafe Alaska.

Arasely: oke.

Aku baru saja selesai membalas pesan dari Anjas saat Zach memasuki kamarku dan merebahkan tubuhnya di sebelahku. Bisa kutebak suasana hatinya sedang buruk, hal itu terlihat dari ekspresinya yang datar. Terlebih penampilannya yang berantakan tidak seperti biasanya. Aku penasaran, tapi aku tidak ada niat untuk bertanya. Biar saja Zach sendiri yang akan menceritakannya.

"Ra.. " panggilnya.

Aku menoleh, "Apa?"

"Gue ribut sama Sania," ucap Zach.

"She canceled our date tonight tanpa alasan yang jelas, gue mulai merasa dia berubah akhir-akhir ini," lanjut cowok itu.

"Ya, terus?" sahutku acuh tak acuh.

"Hubungan kita emang merenggang sih, but I love her, Ra. Gue masih belom siap putus."

Mendengar perkataannya membuatku cemburu hingga tanpa sadar berkata, "Kenapa harus sesayang itu sih sama dia?"

Zach langsung menatapku, "Dia cewek gue, Ra. Menurut lo gue harus sayang sama siapa lagi? Sama lo?"

Aku mengalihkan pandanganku darinya, "Apaan sih," tetapi tak dipungkiri dalam hati aku mengiyakan.

"Gue bakal pertahanin dia, Ra, I'll fucking do that."

Aku memunggungi Zach seraya memainkan ponselku asal, "Hm, terserah. Zach, menurut lo gimana sama cewek-cewek yang suka sama lo? Banyak dari mereka yang nggak kalah cantik dari Sania,"

"Entah, gue... Nggak terlalu peduli sih,"

"Tapi, Ra, lo itu cewek pertama yang gue suka." lanjutnya.

Jantungku berdebar keras saat Zach mengatakannya, benarkah hal itu? "Zach, lo-,"

Zach tertawa, "Iya gue bercanda hehehe, lo emang cewek yang gue suka, tapi suka gue ke lo itu sifatnya platonik. Kalo Sania cewek yang gue cinta beneran, hah, lama-lama jadi budak cinta nih gue."

Ara membisu, rasa sakit keberapa kali ini yang kuterima? Aku berharap setidaknya ada perlakuan kecil darinya yang bisa membuatku merasa spesial. Tapi berharap pada manusia memang selalu mengecewakan. Untuk kesekian kalinya Zach menyakitiku tanpa dia sadari. Aku memegang ponselku dengan erat untuk melampiaskannya. Air mataku sudah menggenang di pelupuk mata, siap untuk menetes jatuh.

"Ra!"

Aku tersentak lalu berbalik menatapnya, "Hei, lo nangis?" ucap Zach menatapku heran.

Aku menggeleng seraya berusaha melukis senyum di bibirku, "Zach, mau peluk."

Zach tersenyum sebelum menarikku ke pelukannya, aku memeluknya erat, menangis di dadanya. Kuresapi harum tubuhnya yang khas, berusaha merekam setiap kehangatannya dalam ingatanku. Kami akan berpisah dan aku ingin egois sekali ini saja. Aku merasa begitu pas dalam pelukannya, seolah dia lah tempatku untuk pulang. Nyaman, benar-benar nyaman. Entah kenapa bersama Zach membuatku merasa komplit. Dia seperti kehangatan dari sup di tengah malam yang dingin. Atau seperti mata air di luasan padang pasir yang meredakan dahaga.

"Absurd banget sih lo, Ra, tiba-tiba nangis. Gara-gara gue ya? Atau hal lain?"

Sakit hati gue selalu gara-gara lo anjing!

Ara kesal sekali dalam hatinya, tetapi ia menjawab sebaliknya. "Gak apa-apa. Random aja, kepengen nangis."

Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, yang kuingat mataku memberat karena menangis sebelum akhirnya semuanya gelap.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A & Z [SLOW UPDATE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang