2.MARSZELA

440 25 0
                                    

HAPPY READING

________________________

"Di sini senang..di sana senang dimana-mana hatiku senang...apalagi kalau ada Ayank Githa...hatiku makin senang..."

Cowok berambut panjang sebahu yang sedang duduk di sisi kiri sofa itu tidak henti-hentinya menghibur kurang lebih enam orang yang ada di ruangan ini. Dengan ongkos suara yang enak di dengar dan ditemani gitar kecil di pangkuannya, lagu apapun yang disukai akan terealisasikan cukup indah dipadukan alunan musik dari benda hitam itu.

Zhoi yang duduk di sofa seberang dengan mudah melemparkan satu kripik pisangnya ke arah Venus.

"G-ganti-g-ganti! Udah bos-sen, la-agu itu terus yang L-lo nyanyiin peras-s-saan," katanya, serempak disetujui yang lain.

Venus lantas menutup mulut dan mengambil kripik yang sempat dilempar Zhoi, lalu memakannya.

"Mana dulu bayaran gue, ntar gue ganti lagu." Begitu Venus selesai mengucapkannya ia langsung mendapat banyak lemparan keripik pisang dari teman-temannya. Cowok itu kemudian tertawa keras bersama yang lain karena berpikir kalau dirinya sama seperti pengamen jalanan, hanya saja Venus dibayar bukan dengan uang, melainkan keripik pisang.

"Parah...parah," gumam Venus di sela-sela tawanya. "Kalian kira gue apaan dilemparin beginian?"

"Ya-ang lebih pa-arahnya l-lagi k-keripik gu-ue yang kalian lem-mparin ke Venus!" ujar Zhoi, setengah hati. Laki-laki yang kurang lancar bicaranya itu menekuri makanannya yang tersisa sedikit.

"Ntar di ganti sama Mike, Zho. Kakeknya kan punya perkebunan pisang," sela Brigitha sambil tersenyum ke Mike sebelum Venus yang berada di sebelahnya menepuk pelan paha perempuan berlesung pipit itu.

Brigitha menoleh. "Kenapa? Aku salah?" cicitnya.

"Ya nggak salah, tapi senyum manis kamu nggak perlu dibagi-bagi ke orang lain, cuma boleh kamu kasih lihat ke aku, yang," dumel Venus. Sifat posessifnya mulai.

"Iya, maaf," bisik Brigitha.

"Nanti gue kasih sekalian sama pohonnya," kata Mike.

"Terus Lo kelola sendiri sampai jadi keripik," sambung Mike.

"Zhoi mana bisa, bisanya cuma makan," Zeus pada Zhoi.

Anak laki-laki itu menurunkan earphone yang sejak tadi menempel di telinganya. Buku bacaan yang ada di tangannya baru saja dipindah ke atas meja. Masih dalam keadaan terbuka. Zhoi hanya mengedikkan bahu acuh sambil menatap bingkai kacamata abu gelap milik Zeus.

"Re-pot, lang-sung aja gu-e jual sekalian b-batang pohon-n-nya aja."

"Gila," hardik Venus, sambil cekikikan.

"Jaman udah canggih, Zho. Lo cari ajalah tutorial bikin kripik pisang di internet," kata Brigitha, sekali lagi Venus memandangnya tidak enak agar pacarnya itu tidak lagi melempar senyum ke sembarang orang selain dirinya.

"Bagi hos-spot dong, Tha," kekeh Zhoi, bercanda.

Venus melemparnya pelan dengan bantal sofa. "Gak modal, dasar!"

"Ya kali, becanda gue. M-males kalau  ternyata yang gue tontonin o-orangn-nya banya-ak omong, bukannya banyak k-kerja," ujar Zhoi. "Mubadzir paket internet g-gue."

"Ya, kalau pengin gak banyak omong pas lagi bikin tutorialnya, Lo suruh aja Mars yang bikin. Gampang, kan?" sela Mike, enteng.

"Gue jamin ngomongnya cuma di pembukaan sama penutup," kata Venus, mantap.

MARSZELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang