⏳3

117 10 8
                                    

⌚⌚⌚

Jam 06.05 Naya sudah berada di kelas. Rajin, kali ini ia memang sangat rajin hanya karna hari ini ia mendapat jadwal piket.

Saat Naya sedang menyapu di bagian koridor, Abai pun datang dengan wajah berseri.

"Lah Bai, lepas sepatu!" Perintah Naya.

"Eh iyya maap. Nai gue minjem buku tulis MTK dong. " ucap abai sambil masuk kedalam kelas.

Naya pun ikut masuk.

"Buat apaan si?" Naya menghampiri abai dengan wajah sewot.

"Yaelah nai, biasa ada pr hehe." Abai terkekeh kecil.

"ASSALAMUALAIKUM TEMEN TEMEN!"( nada opening Ria ricis) Tiba tiba saja Nisul datang membuat mereka berdua kaget.

"Waalaikumsalam." Ucap Naya yang masih mengerjakan tugas piketnya.

"Kalem napa sul masih pagi." Abai protes seperti tak mau di ganggu.

"Yaudah si jangan ngegas!" Ucap Nisul sambil meletakkan tas di mejanya.

⌚⌚⌚

Jam ke tiga pun dimulai. Saatnya Bu Ita masuk kelas 92.

"Buka buku halaman 14." Perintah bu Ita.

Siswa kelas 92 mengikuti perintah yang bu Ita lakukan.

Benua antartika adalah benua yang dan blablablabla...

2 pelajaran sudah berlalu, dan hampis seluruh siswa sudah berada dalam mimpi.

"Anak anak ibu hanya ingin memberi tahu bahwa PTS semakin dekat, jadi kalian harus banyak belajar ya." Ucap bu Ita sebelum meninggalkan kelas.

"Nay, lo mau lanjut sekolah dimana?" Naya yang sedang membaca novel hanya mengernyitkan alisnya seolah tak ingin di ganggu.

"Naya."

Naya hanya meliriknya.

"Oh lo marah sama gue tentang kemarin?"

"Menurut lo?" Ucap Naya datar.

"Yaelah lo kan teman gue, pasti tau gue gimana orangnya." Hendrik tersenyum simpul.

Iyya gue teman lo, iya cumaa teman.

"Yaudah lah gausah di bahas." ucap Naya dan meletakan novel di kolong mejanya.

"Minggir gue mau ke toilet." Naya memberikan jalan untuk hendrik.

Rapuh, patah, sakit, hal ini yang sekarang Naya rasakan ketika terjebak friendzone. Seram mendengarnya, mungkin hampir seluruh manusia tak ingin berada dalam posisi ini namun hal ini juga sering di alami setiap insan.

Bel istirahat tiba, Naya bergegas kekantin karena perutnya sudah tak bisa di ajak kompromi.

"Qil ikut ga?" Hanya Aqilla yang sedari tadi sibuk membongkar tasnya, sedangkan yang lain sudah berjejer di teras kelas untuk memakan bekal.

Suram KlepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang