•••
"Kok bulshing?"
Naya memegang pipinya dengan kedua tangan.
"Udah sana pulang." Ketus Naya.
"Jangan kangen." Ucap Hendrik.
"Gak bakal ada yang kangen, lagian ngapain kangen sama lo kayak gaada yang lain aja. Kangen kok sama orang ngeselin kayak lo, cuk---" Ucapan Naya terhenti karena telunjuk Hendrik yang berada di bibirnya.
"Gak usah bacot,Iya gue balik." Hendrik berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Naya.
"Drik" Panggil Naya.
"Hm?"
"Makasih." Hendrik membalas senyuman Naya dan meninggalkan rumah Naya.
Naya tak bisa berhenti tersenyum setelah Hendrik pulang dari rumahnya. Naya sangat bahagia. Rasanya ia ingin loncat-loncat di kasur, tetapi kondisi kakinya tidak memungkinkan. Sekarang yang ingin Naya lakukan adalah cepat pulih dan kembali lagi ke sekolah. Ia rindu dimana harus memperhatikan Hendrik jika sedang pelajaran olahraga.
'ya tuhan tolong aku' batin Naya.
•••
Hari ini Naya sudah bisa sekolah seperti biasa. Dengan wajah ceria Ia memasuki gerbang, namun saat di depan gerbang Naya melihat motor ninja hitam masuk. Naya hapal betul siapa pria itu, Hendrik. Dan dibelakangnya? Aura?
'Jadi Hendrik sama Aura?' Batinnya selalu bertanya, apa mungkin Aura tega? Padahal Naya selalu meminta pendapat kepada Aura tentang perasaannya terhadap Hendrik. Tak hanya itu, ia melihat Hendrik membawakan tas tentengan Aura.
Naya berlari kedalam sekolah melewati koridor yang ramai,Hatinya hancur. Dengan Air mata yang sudah tak bisa di bendung, Naya masuk kedalam kelas. Ia langsung duduk di kursinya dan menenggelamkan wajahnya di tangan.
"Lah Nay kenapa?" Tanya Dimas menghampiri Naya. Dimas sangat peduli kepada Naya karena ia telah menganggap Naya dan Aqilla sebagai Adiknya. Tidak hanya Dimas tetapi sama dengan Zulfan, Imam, Kevin, Giovan, dan Rifat.
"Naya kenapa ihh?" Tanya Aqilla panik.
Air mata Naya benar benar terbuang. Tiba-tiba ia memeluk Aqilla, tangisannya makin menjadi jadi.
"Hendrik." bisik Naya.
"Iya Ian kenapa?" tanya Aqilla, ian adalah panggilan yang biasa Aqilla panggil untuk Hendrik.
Belum sempat menjawab, Tiba-tiba Hendrik dan Aura masuk ke kelas. Hendrik melihat Naya yang menangkup wajah mungilnya dengan tangan. Ia mengisyaratkan Aqilla untuk pidah dari dari sebelah Naya.
"Cengeng!" Ucap Hendrik membuat Naya menoleh.
"Bacot!" Ketusnya dan kini ia menenggelamkan wajahnya dengan tangan yang berada di atas meja.
"Lo harus denger. " Hendrik mengacak-acak rambut Naya. Seketika Naya menepis tangan Hendrik.
Tiba-tiba saja bel masuk berbunyi. Hendrik menyuruh Aqilla pindah tempat duduk, dan Aqilla harus nurut demi sahabatnya.
"Ngapain lo masih disini? Pindah sana!" Naya mengeluarkan novel miliknya.
"Suka suka gue lah. " Jawab Hendrik membuat Naya membuang napasnya kasar.
5 menit setelah bel berbunyi bu Ratna masuk kekelas. Ya memang guru itu selalu datang tepat waktu.
Bla bla bla bla...
Satu jam pelajaran telah berlalu.
"sekarang kalian kerjakan soal di halaman 214 bab6 tentang listrik statis ya, ibu mau ada acara jadinya harus duluan." Jelas bu Ratna.
"Yes!" Celetuk Adit.
"Eh itu siapa yang ngomong 'Yes'?" tanya bu Ratna.
"Adit bu Adit."
"Aditya pratama putra bu, Absen 2"
"Adit bu, kelompok 5."
"Adit pokoknya ibu gak mau tau, niai kamu harus seratus!" Ucap bu Ratna. Tak menunggu jawaban Adit,bu Ratna langsung keluar kelas.
"Siap bu." teriak Adit agar bu Ratna dengar.
Seisi kelas menatap Adit bingung.
"Dit, lu yakin nilai lu seratus?" Tanya Riski membuat Seisi kelas tertawa ringan.
"Tenang, buat apa punya temen gak di gunain? selama masih ada Naya, Nisul, Fidal, sama Gege Hidup tugas gua akan sejahtera." Kali ini semua dibuat tertawa kembali karena ucapannya yg ceplas ceplos.
Naya mengerjakan Tugasnya sementara Hendrik sibuk memperhatikan Naya yang kebingungan.
Naya yang sadar dirinya sedang di perhatikan, seketika menoleh.
"Ngapain lo liatin gue?"
"Ngapain banget gue liatin lo." Jawab Hendrik.
"Terus ngapain?"
"Gue bukan liatin lo,tapi lagi liatin masa depan gue." Sadar tak sadar ucapan Hendrik membuat Naya bahagia.
"Najis!" Cicit Naya.
"Emang gue bilang masa depan gue itu lo ya?" Jawab Hendrik asal.
JLEBB!
sepertinya hari ini Naya akan toxic seharian. Ucapan Hendrik sering kali membuat Naya bahagia, tetapi juga sering membuatnya jatuh.
"Bangs---" Ucapannya terpotong ketika telunjuk Hendrik berada di bibirnya.
"Bacot!" Naya menyingkirkan tangan Hendrik. Entahlah, hari ini moodnya benar benar hancur. Sifatnya memang seperti ini, tetapi ia akan menjadi penurut ketika moodnya sedang baik.
"Batu!" Ucap Hendrik.
"Kenapa si?mulut mulut gue!" jawab Naya.
"Denger." Hendrik menghadapkan duduknya ke Naya.
"Apa?"
"Gue gak mau mulut mungil yang nantinya bakal jadi milik gue juga, ternodai sama kata kata kasar." jujur saja, kalimat itu tak terpikirkan oleh Hendrik.
"Mesum!" Naya memukul Kepala Hendrik.
🍃🍃🍃
--Happy Reading--
Maaf di chapter ini agak garing ya gais.
author lagi ga mood hehe(: bikin aku mood lagi dongg(:jangan lupa vote dan comment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suram Klep
HumorCerita RECEH dibikin KECEH. Menceritakan kehidupan anak SMP yang labil, absurd, dan penuh drama. HAPPY READING?