DELAPAN

7.8K 952 135
                                    

300 vote
115 komen buat bab selanjutnya.

Dan sebelum membaca, nggak pernah bosan saya ngucapin makasih yang sangat banyak buat teman-teman yang udah mau ngasih vote juga komennya. Bahkan ada beberapa pembaca yang ngasih komennya sampai berkali-kali cuma menuhin target saya. Sungguh, vote dan komen dari kalian benar2 membuat saya senang dan semangat nulis saya semakin bertambah.

Buat teman2 yang udah mampir di lapak saya, jangan pernah bosan ya buat ninggalin jejak kalian. Tanpa kalian saya bukanlah apa-apa. Sumpah!!! Saya senang sekali karena akhirnya cerita saya nembus 100 komen. Buat pembaca di cerita saya, KALIAN BENAR-BENAR HEBAT!!!!!👍Dan saya mau ngasih pemberitahuan, bab ini ada adegan 21+. Jadi, bijak-bijaklah memilih bacaan sesuai dengan usia. Saya sudah memberi peringatan, jika masih ada yg ngeyel, dosa ditanggung masing2.

Udah ah, segitu aja cuap-cuapnya. Selamat membaca dan semoga coretan saya yang masih dalam proses belajar ini bisa selalu membuat kalian terhibur.

🍃🍃🍃

Asya yang dilema antara ingin mengangguk ataukah menggeleng langsung menghela napas lega saat mendengar suara bel yang berbunyi. Dengan gerakkan cepat ia melepaskan diri dan langsung berdiri, tak peduli dengan umpatan kasar sang pemilik apartemen yang mengutuk siapapun orang yang berada di luar sana yang sudah mengganggu momen intim yang pastinya akan berakhir di ranjang jika tak ada orang yang mengganggu di depan sana.

"Kamu ke dapur saja," ucap Danu sambil menenangkan dirinya. "Tolong kamu buatin minum sama segera siapin masakan tercepat yang bisa kamu masak. Bisa kamu tolong lakukan itu?"

Kepala Asya mengangguk cepat. Dengan sedikit berlari ia menuju ke dapur dan berniat ingin menyembunyikan diri di sana selama mungkin.

Setelah ditinggal sendiri dan sempat terkekeh miris sekaligus kesal karena mimpinya yang ingin kembali merasakan kenikmatan yang pernah dirasakan harus gagal karena tamu tak diundang, yang sekarang masih setia memencet bel apartemennya, Danu dengan terpaksa harus berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Begitu pintu di hadapannya terbuka lebar, Danu kembali mengumpat kasar saat melihat kedua sahabatnya, Alva dan Rudi, yang berdiri di muka pintu dan tersenyum sok polos di depannya.

"Sebaiknya, kedatangan kalian ke sini memiliki alasan yang penting!" ancam Danu sambil memiringkan tubuhnya untuk membiarkan kedua sahabatnya itu masuk. "Kalau sampai kalian datang ke sini hanya ingin mengganngu, aku jamin sampai matipun kalian nggak akan aku izinkan untuk masuk ke sini lagi."

Seperti di tempat sendiri, Rudi dan Alva mendudukkan diri mereka di sofa, dan tanpa sengaja mata mereka tertuju ke arah bagian bawah teman sahabat mereka itu yang melotot gusar.


Tak ayal satu senyum usil terbit di bibir mereka, apa lagi tonjolan yang tampak menggelembung di balik celana itu menjadi bukti bagwa kedatangan mereka bukanlah di saat yang tepat. Pasti sahabat mereka yang pendiam itu habis atau malah ingin melakukan sesuatu, tapi terpaksa tertunda karena kedatangan mereka.

Mencari Arti Bahagia [TTS #4 |SELESAI | Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang