TIGA

8.2K 1K 90
                                    

Dengan merengkuh kedua bahu si pemilik tubuh montok itu, Danu memaksanya masuk ke dalam apartemen pribadinya. Tak memperdulikan tatapan bingung dari sosok yang telah merampas ketenangannya dengan semena-mena selama beberapa hari belakangan itu, Danu kembali membimbingnya ke sebuah kamar, dan langsung menunjukkan dimana letak kamar mandinya.

"Masuk ke dalam sana dan bersihkan diri kamu." telunjuk Danu mengarah ke pintu yang tertutp rapat. "Setelah selesai, kamu pilih saja baju saya di dalam lemari ini yang menurutmu cocok." lalu telunjuk Danu mengarah ke lemari dua pintu yang menempel di dinding.

"Tapi, pak... "

Menyadari kecemasan yang tersirat dari kedua bola mata yang terbingkai kaca mata tebal itu, Danupun menenangkan dengan kalimat, "Saya akan tunggu di luar sambil membuatkan kamu minuman hangat. Begitu urusan kamu di ruangan ini sudah selesai, saya tunggu kamu di luar."

Melihat wanita bertubuh montok itu mengangguk dan mulai melangkah hingga pintu kamar mandi menghalangi pandangan tertutup, barulah Danu bisa menarik napas panjang. Pasalnya, pakaian yang basah dan menempel ketat di tubuh montok itu kerap kali membuat otak Danu menjadi kosong dan selalu membayangkan hal yang tidak-tidak.

Untuk mengurangi ketegangan dalam dirinya, Danu memutuskan untuk segera berlalu keluar dari kamarnya, kemudian menuju ke dapur untuk menyeduh segelas teh hangat untuk tamu dadakkannya itu.

Aksi pahlawan kesiangannya tadi saat menyelamatkan wanita bertubuh montok itu di kampus ayahnya, semata-mata hanya berupa gerakkan spontan sekaligus sebagai bentuk rasa kemanunusiaan Danu yang ingin menolong korban buli yang sedang berdiri di depannya. Tetapi, siapa yang mengira jika sosok yang penampilannya tampak mengenaskan itu ternyata adalah wanita yang segelnya ia lepas lebih dari seminggu lalu.

Berikutnya, tindakkan yang diambil Danu diambil sepenuhnya oleh hatinya yang ingin segera membawa wanita itu pergi dari sana dan menjauhkan wanita itu dari tatapan nakal dari beberapa pria yang sempat tertangkap olehnya.

                                                  
Saat di kampus tadi, siapa yang mengira, tanpa perlu mengelilingi seluruh kampus tenyata Danu bisa menemukan wanita itu dengan mudah. Ternyata takdir dan setan di dalam dirinya sedang berdamai hingga keinginan hatinya yang ingin kembali berjumpa dengan wanita itu bisa segera terwujud tanpa harus bersusah payah.

Gerakkan tangan Danu yang baru saja ingin meletakkan segelas teh di atas meja ruang tamu langsung terhenti saat mendengar ada suara langkah kaki yang perlahan mendekatinya. Dengan tatapan terpesona, Danu menatap sosok yang kini terlihat bersih dari segala kotoran yang menempelinya. Rambut basah yang terurai hingga ke punggung, mata yang tak lagi terbingkai oleh kaca mata, serta kemeja yang panjangnya mencapai lutut membuat air liur Danu hampir saja menetes jika ia tak segera merapatkan bibirnya.

Jika ada yang mengatakan ia berlebihan, Danu akan mengibaskan tangan sebagai tanda tak peduli. Akan tetapi, dengan sepenuh hati Danu mengatakan, belum pernah ia melihat wanita seseksi ini dalam balutan sebuah kemeja yang membungkusnya.

"Pak... " pelan Asya bersuara.

"Ah iya," dengan gerakkan canggung Danu kembali meletakkan segelas teh di atas meja. Lalu dengan kaku tangannya menunjuk ke arah sofa. "Silahkan duduk dan buat dirimu senyaman mungkin."

Gerakkan canggung juga pipi tembem yang bersemu merah membuat Danu harus menahan senyumnya untuk merengkah dan bersikap biasa saja saat mengambil posisi duduk di depan wanita yang beberapa malam belakangan ini menjadi bunga dalam mimpinya itu.

"Pak... sebaiknya saya permisi pulang saja. Makasih karena bapak udah berbaik hati menolong saya tadi. Dan maaf kalau saya bikin bapak repot jadinya."

Mencari Arti Bahagia [TTS #4 |SELESAI | Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang