17. Keputusan

662 74 4
                                    

(Bintang yang dipojok dikilik dulu yaaa)

***
Jefri sekarang sangatlah bingung harus bagaimana, setelah mendengar pernyataan dari ayahnya bahwa ia harus dijodohkan dengan seseorang yang tidak Jefri kenal.

Dan tiba-tiba Jefri berfikir ini semua karena perusahaan ayah Eunwoo. Jika perusahaan itu tidak menurunkan saham perusahaan ayahnya, maka ini tidak akan terjadi.

Damn, ini semua gara-gara perusahaan ayahnya Eunwoo” monolog Jefri sambil mengepalkan jari-jarinya.

Akhirnya, Jefri memutuskan untuk pergi ke rumah Eunwoo. Entahlah ia kesana bertujuan apa. Tetapi ia ditemani Dika. Setelah mengetahui Jefri sedang dibawah kendali emosi, Dika khawatir akan terjadi sesuatu di rumah Eunwoo sehingga ia memaksa untuk ikut.

Sesampainya di rumah Eunwoo. Jefri langsung menggedor pintu rumah tersebut.

“HEH, EUNWOO. KELUAR LO. GUE PERLU NGOMONG SAMA LO!!!” emosi Jefri sudah tidak dapat dibendung lagi.

“Jef, tahan emosi lo. Gue udah bilang kita selesein pake kepala dingin” ujar Dika menenangkan Jefri.

“Ngga bisa, dik. Gue udah terlanjur emosi. Gara-gara mereka gue dijodohin. HEH, EUNWOO KELUAR LO”

Eunwoo yang mendengar kegaduhan di luar, langsung menuju sumber kegaduhan tersebut dan membuka pintu.

“NAH, INI DIA ANAKNYA” rupanya emosi Jefri belum mereda.

“Ini ada apa ya? Kok rame?” tanya Eunwoo kepada Jefri dan Dika.

“NGGA USAH SOK NGGA TAU DEH LO. BOKAP LO KAN YANG BUAT SAHAM PERUSAHAAN BOKAP GUE TURUN? GUE NGGA TERIMA YA!” bentak Jefri.

“Bentar, bentar. Saham? Perusahaan ayahku? Mending kita omongin di dalem deh. Ngga enak sama tetangga” kata Eunwoo sembari memerintahkan Jefri dan Dika untuk masuk ke dalam rumahnya.

Setelah ketiganya memasuki rumah Eunwoo dan duduk di ruang tamu. Jefri kembali ke topik sebelumnya.

“Oke, gue coba buat ngomongin ini baik-baik” ujar Jefri.

“Maksud kamu apa? Kok bawa-bawa nama ayahku?” tanya Eunwoo.

“Hah, tadi kan udah gue bilang di depan. Harusnya lo udah nangkep dong apa maksud gue.”

“Saham perusahaan ayah kamu turun gara-gara perusahaan ayahku?”

“Iya, dan lo harus tanggung jawab”

“Aku? Tanggung jawab? Tapi kan itu perusahaan ayahku bukan perusahaanku. Ngga mungkin lah.”

“Mungkin aja. Gara-gara perusahaan bokap lo gue harus dijodohin sama cewe yang gue ngga tau. Ini semua gara-gara LO.”

“Dijodohin? Jaman sekarang masih ada kayak gitu? Haha”

“HEH LO NGETAWAIN GUE?”

“Iya iyaa, maaf ngga bermaksud.”

“Udahlah, jef. Ini bukan salah Eunwoo. Dia ngga tau apa-apa” ujar Dika.

“Tapi kan, dik-“ belum sempat Jefri melanjutkan kata-katanya tiba-tiba ayah Eunwoo yaitu Jaehyun Adhitama mengintrupsi obrolan mereka.

“Nak, ini ada apa? Loh ada temenmu. Kok ngga bilang sama ayah” kata Jaehyun.

“Iya ayah. Ini mereka tiba-tiba kesini tanpa bilang ke Eunwoo” ujar Eunwoo.

“Eh, om. Saya dika dan ini temen saya Jefri” Dika menjabat tangan ayah Eunwoo tetapi tidak dengan Jefri.

“Ih, ngga sopan banget sih, jef. Salim kek” ujar Dika tidak tahan dengan sikap Jefri yang menurutnya sedang kekanak-kanakan.

Pluviophile & Pluviophobia | jjh >< jcyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang