Si Ketos.

4.9K 618 14
                                    

Seorang pemuda dengan wajah yang kelewat tampan tengah berjalan cepat menyusuri koridor kelas untuk menuju ruang kerja organisasi di sekolahnya, tangan besar dan lentik miliknya memegang sebuah map besar berwarna biru dan beberapa kali terdengar helaan napas dari dirinya.

"Oh, syukurlah Jim kau ada disini,"

Jimin menoleh pada pemuda itu, keningnya merengut, "Kau terlihat tergesa-gesa, ada apa?"

Pemuda itu mendengus kesal, lalu menyerahkan map besar yang sedaritadi ia bawa kepada Jimin, "Lihatlah sendiri"

Jimin membuka dan melihat isi dari map besar yang pemuda itu bawa, matanya membulat, isi map itu adalah daftar nama anak-anak yang sering kali melanggar tata tertib di sekolahnya.

"Ini..banyak sekali,"

"Ada anak kelas 1 yang sering melanggar, Jim. Coba kau perhatikan baik-baik,"

Jimin meneliti tiap daftar nama dan kelas anak-anak yang ada di kertas yang sedang ia pegang.

Pemuda Itu mengusap wajahnya kasar, "Jeon Jungkook"

"Ya?"

"Anak berandalan itu, namanya Jeon Jungkook,"

"Jeon Jungkook?"

Pemuda itu mengangguk, "Beberapa hari yang lalu ia mengantarkan tumpukan berkas milikmu,"

Mata Jimin kembali fokus kepada kertas yang ia pegang, mencoba mencari nama siswa yang disebutkan oleh rekan kerjanya itu.

"Astaga, banyak sekali hal yang sudah ia langgar,"

"Ya begitulah,"

"Kupikir ia anak baik-baik, dia sering sekali datang terlambat sebelum Ahn ssaem menasehatinya. Bukannya Jungkook sudah berubah, Tae?"

Pemuda itu terkekeh geli, "Jangan bercanda, anak itu tidak akan ingin berhenti berbuat onar sampai ia merasa puas,"

Pemuda yang menjabat sebagai ketua OSIS itu kemudian menghela napas panjang, "Aku akan menemuinya, tolong jika kau ingin keluar dari sini jangan lupa kunci ruangannya, mengerti?"

Sebelum Jimin menjawab pertanyaannya, pemuda itu segera berlari keluar untuk mencari Jungkook.

Jimin mengerutkan keningnya, "Kenapa kau terlihat marah hanya karena anak bernama Jungkook itu?" Gumamnya sambil menatap punggung pemuda itu yang semakin lama jauh dari penglihatannya.

-----

BRAK!

"Jeon Jungkook, saya perlu bicara dengan anda sekarang juga,"

Suara pukulan tangan seorang pemuda pada meja itu menginterupsi kegiatan 4 pemuda lainnya, mereka menatap penuh dengan keterkejutan, kecuali satu orang pemuda yang hanya menatap datar kearahnya. Ya, hanya satu pemuda, yaitu Jungkook.

"Apa?" Tanya Jungkook yang terlihat tak suka dengan kedatangan pemuda yang tak diundang tersebut.

"Saya perlu bicara empat mata dengan anda, saudara Jeon Jungkook,"

"Bicaralah,"

"Huh?"

"Bicara saja, disini,"

Pemuda itu menghela napas panjang, berusaha menahan emosinya ketika berhadapan dengan Jungkook.

"Kau ingin pembicaraan kita terdengar oleh teman-temanmu yang berandalan itu juga? Baik, tak masalah, mari kita bicara di sini,"

Jungkook berdecak, jengah dengan sikap pemuda di hadapannya ini, "Kau ingin kita bicara dimana?"

Pemuda itu tersenyum puas, "Ikut aku,"

Dengan berat hati Jungkook melangkahkan kakinya mengikuti pemuda yang menjabat sebagai ketos itu, sementara ketiga temannya hanya menatap satu sama lain dan berharap tak ada hal buruk yang menimpa Jungkook.

---

"Ingin bicara apa?" Tanya Jungkook.

Mereka berdua sekarang sedang berada di halaman belakang sekolahnya, dengan Jungkook yang berdiri di belakang pemuda yang memunggunginya.

Pemuda itu hanya diam dan tak berbalik untuk berhadapan dengan Jungkook.

"Katakan apa yang ingin kau bicarakan, Kim Taehyung. Aku tak punya waktu untuk berbasa-basi denganmu,"

Pemuda yang dipanggil Taehyung itu perlahan memutar arah tubuhnya, menatap manik hitam kelam milik Jungkook, "Kau sadar kan jika kau itu masih siswa baru di sekolah ini? Kau baru berada disini selama 6 bulan, terlebih lagi kau itu siswa kelas satu."

"Ya, aku sadar sepenuhnya,"

"Lalu? Kenapa kau melanggar banyak peraturan sekolah?"

Jungkook tertawa kecil, mengejek Taehyung, "Memang apa urusanmu?"

Taehyung naik pitam, diraihnya kerah baju milik Jungkook. Mata elangnya yang tajam menatap Jungkook dengan kilatan amarah yang sangat besar, tangan besarnya mencengkram kuat kerah Jungkook,

"Kau tahu? Kau itu tak pantas hidup di dunia ini, Jeon. Kau hanya bisa melakukan hal-hal yang bahkan tak ada gunanya, tak pernahkah kau berpikir sekali untuk membuat orang tuamu bangga padamu? Setidaknya pikirkan bagaimana jika ayahmu akan kecewa besar padamu, Jungkook"

Jungkook menyunggingkan smirk tipisnya, "Memang tak ada yang dapat dibanggakan dari diriku,"

"Tapi ibuku bangga memiliki anak tak tahu untung sepertimu, sialan"

"Aku bukan anak kebanggaan seperti dirimu, Kim. Sejauh apapun aku berlari untuk mengejar apa yang ingin ku capai, sekuat apapun aku berusaha meraihnya dan membuat mereka bangga, apa yang mereka lakukan? Membanggakanmu di depan mataku sendiri, membandingkan betapa sempurnanya dirimu di mata mereka, tidak kah kau pernah berpikir bagaimana sulitnya menjadi diriku?"

Taehyung terdiam, cengkraman tangannya pada kerah baju Jungkook melemah, ditatapnya mata adik tirinya itu dan masih sama, mata bulat hitamnya hanya menatap datar mata miliknya.

Jungkook menghela napas, memalingkan wajahnya dari Taehyung yang menatapnya dengan tatapan yang sarat akan rasa bersalah.

"Mereka hanya ingin mengatur hidupku, tapi tidak denganmu. Mereka ingin aku selalu patuh pada mereka, tapi membiarkanmu bebas untuk merasakan bagaimana kehidupan yang sebenarnya. Apa itu adil hyung? Katakan padaku, apa itu adil?

Jungkook tersenyum tipis, tangannya merapikan seragamnya yang sempat lusuh karena cengkraman Taehyung. Taehyung menundukkan kepalanya, matanya terpejam. Semua yang dikatakan Jungkook memang benar, ia tak pernah tau bagaimana rasanya berada di posisi Jungkook sekarang.

Taehyung mendongak, menatap tajam mata Jungkook yang tengah menatapnya juga, Taehyung tetap berdiri dengan perspektifnya, menganggap itu semua memang salah Jungkook, Jungkook tak pernah berperilaku dengan baik, itu sebabnya ada ketidakadilan dalam perlakuan orang tuanya.

"Jangan memanggilku hyung, aku tidak sudi menjadi kakakmu,"

Jungkook terkekeh, "Aku pun sebenarnya tak sudi memanggil dirimu dengan sebutan hyung atas apa yang telah kau perbuat dengan hidupku. Sadarlah Kim, kau dan ibumu adalah sumber kehancuran hidupku dan juga keluargaku,"

Taehyung ingin membuka suara, namun Jungkook telah berbalik arah dan berlari meninggalkannya.

























Tatapan Taehyung menyendu, menatap punggung Jungkook yang kian menjauh, "Kau salah jika menganggapku dan ibuku sebagai sumber kehancuran hidupmu, Jungkook. Kau belum paham betul tentang itu,"










Tbc.



Jadi, Taehyung itu sebenarnya jahat atau ngga ya?kkk.

Delinquents [극민]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang