prolog

60 7 0
                                    

Aletta zahra : fyyyyy buruan sini
napa :(

Tristy moana : sabar aletta, otw,
bentar lagi kok.

Aletta zahra : 5 menit yaa

Tristy moana : iya iyaa :)


"Duh, ini gue yang kedinginan atau emang cuacanya dingin sih", desis aletta sambil memegangi lengannya.
Malam ini dia memang memakai baju dress maroon tanpa lengan. Warna dress yang dipakai sangat kontras dengan kulit bersihnya. Rambut curly khas dia pun tak lupa ia gerai. Flat coklat kanvas yang sering ia pakai. Mungkin menjadi saksi bisu kejadian suka duka yang sering ia alami.

Ia sangat suka melihat jalanan basah. Beberapa jam lalu memang hujan begitu deras. Jalan terlihat berkilau memantulkan cahaya lalu lalang kendaraan dan lampu kota. Kerlap kerlip menghias malam. Bintang diatas sana juga terlihat memesona, bertebaran. Ah, mood dia malam ini seperti nya akan membaik.

Dering ponsel sukses membuyarkan lamunan aletta. Terlihat nomor tidak dikenal yang akhir akhir ini sering melintas di ponsel nya. Ini nomor siapa sih sebenernya, kenapa sering  nelfon. Bikin risih aja. Entah siapa pemilik nomor itu dia tidak tau. Ada rasa penasaran didalam hati aletta, tapi disisi lain dia merasa takut dan was was. Karena memang minggu ini banyak berita tentang teror telfon dari nomor tak dikenal. Dia tidak menolak panggilan itu, hanya membiarkan sampai waktu tunggu habis. Selalu dia melakukan hal itu. Dilihatnya panggilan tak terjawab yang hampir setiap hari menelfonnya. 11 panggilan, gila apa. Terus saja pikiran tentang sak pemilik nomor membuat kepala agak pening.

"Alettaaaaa", teriak ify sembari berjalan cepat menuju aletta. Yang disambut pelukan dari aletta karena sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Iya, saat ini mereka liburan semester. "Kuy masuk fy" "kuyy"
Mereka memilih tempat andalannya yaitu dekat jendela, kata mereka supaya bisa melihat jalanan dan pengunjung yang datang.
"Tingg", suara lonceng pintu berbunyi menandakan ada pengunjung yang masuk. Saat itu lah mata aletta bertemu dengan mata hitam tajam. Dia merasa... ah, dia tidak bisa menyimpulkan perasaannya. Hanya hati yang bisa berkata apa yang dirasa. Tepat di matanya. Dia suka mata itu. Terlihat indah. Siapa dia, kenapa dia natap gue seperti itu. Batinnya terus berkata tentang cowok itu. Akhirnya dia memindahkan pandangan. Mata tidak memandang namun hati masih memikirkan. Alah, dia cuma pengunjung. Hihh lagi pula ngapain sih tadi gue natap balik kek gitu. Duhh begee banget gue. Ok tenang aletta, tenang.
"Woii, ngelamun lo. Awas kesambet", ify membuyarkan lamunan aletta. "Ehh iya, gimana fy? Sorry tadi gue kurang jelas hehe", jawab aletta sambil menggaruk tengkuk nya.
Ternyata cowok tadi duduk di bangku depan aletta. Mereka berhadapan.
Ify pun mulai menemukan sebuah topik yang  pas untuk dijadikan pembicaraan malam ini. Kakaknya. Sekali dua kali aletta ikut menambahkan obrolan. Mereka berdua tidak sadar bahwa merek telah tertawa lepas berkali kali. Ify menggebrak meja lantaran ia menceritakan suatu hal yang menurutnya sangat fantastis. Intinya, malam itu aletta merasa lebih baik. Mood nya juga membaik.

Malam, temani aku mengungkapkan luapan luapan yang sudah aku pendam.
Dan teruntuk bintang disana, kirimkan salam ku untuknya.
Walau dia yang sudah membuatku merasakan seperti ini.
Tidak lupa bulan, salah satu saksi bisu kejadian malam itu.
Aku tidak ingin lagi merasakan hal yang sama seperti dulu.
Cukup sudah.
Menutup yang dulu, membuka yang baru.
Akan kuusahakan seperti itu.
Disini aku tidak menyalahkan siapapun.
Kau dan aku.
Tidak ada yang perlu disalahkan.
Sudah jalanan takdir.
Aku harap, keadaan sekarang akan lebih baik.
Terimakasih.

Salam, aletta.

Aletta menulis kalimat tersebut di secarik kertas saat ify pergi ke toilet sebentar.
Waktu cepat berlalu aletta dan ify sudah beranjak pulang. Aletta akan pulang bersama ify, di mobil milik ify.  Aletta yang membayar total semuanya. Karena memang ia yang mengajak ify ke cafe ini. Dan tidak lama kemudian mobil ify sudah melaju membelah padatnya jalanan. Kerlip lampu melewati wajah aletta.
Di cafe itu, cowok tadi tak sengaja melihat secarik kertas yang lupa tidak dibawa oleh aletta. Kertas itu berisi ungkapan hati aletta. Dia memang suka melampiaskan sesuatu lewat tulisan. Itu akan membuat hatinya sedikit lega.
Cowok itu melihat tulisannya sekilas. Aletta rupanya, batin si cowok. Tanpa sadar ia tersenyum tipis sambil memasukka kertas tersebut ke dalam saku jaket bomber nya. Dia, Arsen Seputra.

***

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAA❤❤
TUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA
TERIMAKASIH

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang