Delapan

27 1 2
                                    

"Nona Ayu? Kita jadi makan siang bersama kan?" Gue membalikkan badan dan memandang orang yang berbicara barusan.

"Baiklah."

"Hei, kau mau kemana?" Tanya Wonwo.

"Maaf Wonwo, tapi aku punya janji dengan bidadari."

"Siapa?" Tanya Wonwo keheranan.

"Ayo nona Del." Ajak Mingyu.

"Hei hyung!!! Lihat Mingyu, bocah itu sudah dewasa! Dia sudah mulai berkencan," teriak Wonwo.

"Ha?" Semua yang mendengar menoleh ke arah Mingyu.

"Oh my God! Ini tidak bagus—ayo nona Del, kita harus lari dari para serigala ganas." Gue yang nggak tau apa-apa langsung terkejut saat Mingyu sudah menarik tangan gue keluar ruangan. Genggaman tangannya sungguh kuat. Membuat gue pasrah diseret olehnya.

"Ya! Dasar dongsaeng kurang ajar! Berani-berani nya kau berkencan duluan. Aku yang tertua disini! Kalian tidak boleh berkencan mendahului aku!" Teriak S.Coups. "Hei, kejar mereka!"

Tim heboh (Seungkwan, Hoshi, dan Dokyeom) pun segera bertindak mengikuti perintah S.Coups sambil berkata, "siap yang mulia!"

"Hei berhenti!" Teriak gue kepada Mingyu dengan napas terengah-engah. "Aku ini tidak bisa berlari secepat dirimu. Lagi pula untuk apa kita lari?"

Mingyu menoleh ke arah gue. "Maafkan aku. Sungguh aku minta maaf. Apalah kau tidak apa-apa?"

"Kau ini berlari sembarangan! Seharusnya kita ke kantin."

"Maafkan aku." Wajah Mingyu menunduk. Sepertinya dia sangat menyesal.

"Ayo kita ke ruang kerja ku, kali ini jangan berlari."

Mingyu mengangguk dan berjalan di belakangku sambil menundukkan kepala. Sangat manis. Seperti anak kecil yang baru saja di omeli ibu nya.

"Hei, mau sampai kapan kau berjalan seperti itu?"

Mingyu mengangkat kepala. "Lain kali aku tidak akan melakukan hal seperti ini lagi."

"Tidak apa-apa—ah Pak, bisakah bapak membawakan makanan yang ada di kantin ke ruangan saya?" Tanya gue kepada tukang bersih-bersih yang lewat.

"Tapi tidak ada makanan halal di kantin, apa sebaiknya saya keluar?"

"Tidak usah, bapak bawakan saja makanan di kantin. Ini untuk dia," kata gue sambil menunjuk bocah besar yang berdiri di belakang.

"Baiklah, saya akan mengantarkannya ke ruangan Anda dengan segera."

"Terima kasih."

"Jadi disini ruang kerja mu?" Tanya Mingyu sambil melihat sekeliling ruangan. "Ruangan yang cukup besar."

"Ya, begitulah."

"Apakah kau masih marah padaku, nona Del?"

"Tentu saja tidak. Oh iya, kau bisa memanggil ku Adeline kalau kau mau."

"Benarkah? Kalau begitu aku mau memanggilmu Ayu."

"Jangan, tidak ada yang memanggil ku begitu kecuali anak-anak di distrik itu."

"Kenapa mereka memanggil mu dengan sebutan Ayu?" Tanya Mingyu sambil melihat-lihat meja kerja gue.

"Nama ku kan Adeline Lituhayu Hart. Saat di Indonesia, aku selalu di panggil dengan nama Adel. Padahal aku sangat ingin di panggil dengan nama belakang dari Lituhayu. Yaitu Ayu. Maka dari itu aku menyuruh anak-anak di distrik itu untuk memanggil ku Ayu."

"Begitu rupanya. Kalau begitu, aku akan memanggil mu Ayu—hei, foto siapa ini?" Mingyu melihat bingkai foto yang tertera di atas meja. Foto selfie seorang wanita dengan seorang pria sambil tersenyum bahagia.

"Oh itu foto ku dan Kakak kelas ku saat masih sekolah. Kebetulan aku dan dia memang dekat sampai sekarang."

"Apakah dia pacarmu?"

"Tentu saja bukan," gue membuka pintu ruangan saat makanan Mingyu sudah datang. "Ayo kita makan."

Mingyu mengangguk. "Apa yang kau bawa hari ini?" Tanya nya sambil melihat kotak bekal yang baru mau gue buka.

"Ayam rica-rica dan tumis buncis," Mingyu yang tidak begitu paham langsung mencicipi bekal yang gue bawa. "Dasar bocah rakus."

"Hmm.. Ini pedas, tapi sangat enak. Membuat ku ingin terus memakannya. Masakan mu itu selalu enak ya," Mingyu yang langsung melahap lagi makanan di kotak bekal gue.

"Yah, bisa jadi karena aku bisa memasak. Bisa juga karena masakan Indonesia yang memang enak—hei, kalau kau makan terus, nanti aku makan apa?"

Mingyu tertawa pelan, "maaf, masakan buatan mu terlalu enak. Membuat ku tidak bisa berhenti memakannya. Lain kali kau buatkan bekal untuk ku juga ya?"

"Baiklah, tapi aku tidak janji. Kau tau kan kalau aku sibuk bekerja."

"Aku tau itu. Lain kali aku juga akan membuatkan mu sesuatu. Kau belum pernah mencoba masakan ku kan? Rasanya sangat enak," jelas Mingyu dengan percaya diri.

"Benarkah?" Tanya gue dengan wajah sedikit meremehkan.

"Hei kau jangan meremehkan ku. Aku ini sangat pintar memasak."

Gue tertawa kecil. Sebenarnya gue tau kalau Mingyu pandai memasak. Saat gue belum bekerja, gue tidak pernah absen menonton video-video Seventeen. Dimana Mingyu selalu menjadi ibu rumah tangga Seventeen dalam memasak dan bersih-bersih.

"Sejujurnya aku ingin bilang sesuatu padamu."

"Apa itu?" Tanya gue sambil menyudahi suapan terakhir.

"Kamu cantik."

Uhuk. Gue hampir saja tersedak dan mengeluarkan suapan terakhir yang ada di mulut gue. Kan nggak lucu kalau sampai tersembur ke arah Mingyu.

Mingyu menepuk bahu gue pelan, "ini minum." Katanya sambil menyodorkan botol minum.

Duh Min, kenapa pakai acara nepuk bahu? Kau membuat jantung ini jadi mulai nggak stabil.

"Terima kasih," kata gue setelah minum.

"Maaf membuat mu terkejut. Tapi serius, aku sangat ingin mengatakan itu sekarang. Kau cantik."

Gue melongo. Jadi dia serius? Wajar lah, dia memang lelaki yang baik. Pasti sudah banyak wanita yang dia puji begitu. Gumam gue.

"Kau cantik. Itu kesan pertama saat aku melihatmu. Setelah aku tau kalau kau adalah orang penting di perusahaan ini, aku berpikir betapa hebatnya dirimu. Di usia mu yang masih muda, kau bisa memiliki pekerjaan yang luar biasa. Kau juga wanita yang pintar. Tidak hanya itu, aku juga suka melihat cara mu berbicara, melihat mu tersenyum, dan aku menyukai sifat mu yang dewasa dan tegas. Tapi meskipun sifatmu tegas, kau memiliki sisi yang ramah kepada semua orang. Kau juga murah hati, dari awal sudah terlihat jelas di wajahmu. Ditambah lagi saat aku melihatmu membagikan makanan itu."

Cukup! Telinga gue sudah nggak sanggup lagi mendengarnya. Seorang idol favorit gue berbicara seperti ini, gue nggak sanggup.

"Intinya aku mengagumimu. Aku juga tertarik padamu. Bolehkah aku belajar untuk lebih mengenalmu?"

Bersambung

Sweet FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang