Aku mengakhiri panggilan telpon dari Mingyu saat sadar Taeyong sudah berada disini.
"Siapa tadi?" tanya Taeyong sambil menaruh barang belanjaan dan melepaskan jaket serta masker hitam miliknya.
"Mingyu Seventeen. Kau kenal?"
"Ah ya, aku mengenalnya."
"Hei, berhentilah memanggil ku dengan sayang. Tidak baik untuk ku, juga untuk mu." Wajah Taeyong cemberut seketika mendengarnya.
"Baiklah, kalau begitu kita cerai," Taeyong masih mengerucutkan bibirnya.
"Sejak kapan kita menikah?" tanya ku tidak peduli.
"Sejak aku cerai dengan Ten."
"Terserah kau saja," kata ku sambil mengambil daging yang sudah dibeli Taeyong.
"Aku akan membantumu," katanya sambil memakai celemek hello kitty yang dia bawa sendiri.
Aku menatap celemek nya, "punya siapa itu?"
"Punya ku, memang nya punya siapa lagi," Taeyong mulai mencuci tangan sebelum mengupas bawang.
Aku tertawa kecil, "cih, dasar kau ini. Wajah seperti bad boy tapi hati hello kitty.
"Hei, hello kitty itu imut," katanya tidak terima.
"Baiklah, sekarang bantu aku kupas bawang nya. Biar aku yang memotong daging."
"Siap bos."
Aku melirik nya sekilas, "jangan nangis ya."
Taeyong menghentikan aksi mengupas bawang nya, "hei, meski aku suka hello kitty, aku bukan pria yang menangis karena mengupas bawang."
Lima belas menit kemudian.
"Huwee.. Adeline jahat. Kenapa kau menyuruh ku mengupas bawang. Sekarang mata ku pedih dan susah melihat," kata Taeyong sambil mengusap air mata dengan baju nya sendiri yang tiba-tiba berfungsi sebagai lap.
.....
Aku melihat ke jam dinding, saat ini sudah jam 22.50. Aku sudah selesai memasak rendang serta membereskan dapur. Aku melihat Taeyong sudah tertidur pulas di sofa ruang keluarga. Dia cukup banyak membantu, tadi.
Aku ingin membangunkannya, tapi ada perasaan tak tega. Tidurnya benar-benar pulas. Sepertinya kelelahan.
Sebenarnya tidak masalah jika dia tidur disini sampai pagi. Lagi pula ini di Korea, bukan Indonesia yang mempunyai pandangan buruk saat ada laki-laki dan perempuan tidur dalam satu rumah. Meski kenyataannya tidak satu ruangan.
Tapi tetap saja aku tidak terbiasa saat ada laki-laki yang tidur di rumah ku. Aku menepuk-nepuk pelan badan Taeyong, berusaha membangunkannya.
Faktanya, membangunkan Taeyong tidak semudah membangunkan orang seperti di dalam drama atau FTV.
"Dasar kebo," aku berjalan mengambil selimut untuk Taeyong. Seperti ada yang merasa ketinggalan, aku kembali berbalik badan
menatap Taeyong, "tapi kebo kok seganteng ini ya?"Aku menyelimuti Taeyong dan bergegas tidur di kamar. Sebelum mematikan lampu tidur, aku merasa seperti ada yang terlupakan. Tapi aku tidak bisa mengingatnya. Akhirnya aku tidak ambil pusing dan memutuskan mematikan lampu tidur.
Disisi yang berbeda.
"Hoah.." ini sudah ke dua puluh lima kalinya Mingyu menguap. Tapi dia masih menunggu seseorang yang berkata akan menghubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Fate
FanfictionPacaran dengan idol? Merupakan impian semua orang. Tidak terkecuali gadis muda asal Indonesia ini. "Mengingat bahwa kita masih berada di bawah langit yang sama pun sudah cukup bagiku." Tapi bagaimana jika bisa lebih dari sekedar itu? Disaat mimpi ny...