Sebatas Teman

295 4 1
                                    

karna aku dan kamu hanya sebatas teman yang takkan pernah menjadi kita

Mentari memancarkan senyum pagi yang penuh dengan kehangatan. Rima berjalan dengan ceria, bagaikan sebuah nada lagu yang indah. Sejuknya udara pagi membuatnya bertambah semangat berjalan menuju sekolah.
Detik berlalu menjadi menit hingga sampailah dia di sekolah. Rima langsung menuju kelas, di dalam kelas sudah ada novi yang sedang menulis sesuatu, entah apa yang di tulisnya.
"Hai, vi..."Sapa Rima sambil melontarkan senyum manisnya.
"Hai," sahut Novi tanpa menoleh.
"Lo, lagi nulis apa, vi?"
"lo lupa, ya.... Kemarin ada tugas matematika dan hari ini harus segera di serahin..."
"Oh... itu, gue udah ngerjain, nih ..!" Rima lalu menunjukkan tugasnya.
"Tumben...?" heran Novi dengan mengerutkan keningnya, "he,he... pinjem dong, pliis..." Novi memasang muka memelas berharap Rima dengan senang hati meminjamkan bukunya.
"Oke! Nih ambil aja ...." Rima lalu menyodorkan bukunya.
"Oke!makasih.."
"sama-sama.."
"Oh, ya ma, tumben lo rajin banget ngerjain tugas matematika, biasanya lo lebih suka berdiri gara-gara nggak ngerjain tugas matematika daripada harus ngerjain tugasnya."heran Novi dengan sahabatnya yang tidak seperti biasanya.
" Semua orang pasti pengen berubah, vi... jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Dan setiap orang yang berubah pasti ada yang memotivasinya buat berubah menjadi lebih baik."kata kata Rima mulai seperti orang bijak.
" Eitss... tumben pagi pagi lo kata katanya bijak banget..?!" Novi lalu menyentuh kening Rima yang ternyata tidak panas."hmmm... lo kelihtnnya nggak apa apa deh .. badan lo gak panas tapi knpa hri ni lo aneh banget sih , ma?!"
Rima hanya berdecak kesal melihat tingkah sahabatnya yang tidak peka juga dengan perkataanya barusan.
"Gue emang nggak kenapa napa, tapi hati gue yang lagi ada apa apa.." gumam Rima, namun masih terdengar jelas oleh novi.
"Hah! jangan bilang kalau lo lagi jatuh cinta, ma?!" tebak Novi.
Baru saja Rima ingin menjawab pertanyaan Novi , namun langsung disambar novi dengan deretan pertanyaan.
"Sama siapa? mana orangnya? apa dia sekelas kita? atau kakak kelas kita? siapa namanya? oooh akhirnya ya allah... sahabat ku yang polos ini kelihatan juga tanda kenormalannya..!"
"huh.." Rima mendengus kesal meliht tingkah sahabatnya yang sewotnya luar biasa itu.
"siapa sih, ma.. kasih tau gue dong, kita kan udah temenan lama banget masa lo tega sih nggak ngasih tahu gue.."
"hmm... gue jatuh cinta sama sahabat gue sendiri vi, sahabat kecil gue.."
"what?!!! jangan bilang kalau lo jatuh cinta sama iko..." tebak novi lagi.
"hmm... sayangnya iya, vi.."
"ooh pantesan lo jadi rajin gini ngerjain pr matematika, ternyata biar lo nggak keliatan bodoh dimata iko, secara Iko kan juaranya matematika.." Novi memperlihatkan senyum jahilnya, dan dibalas Rima dengan senyum malu malunya
"Tapi gue sedih juga sih liat cinta pertama lo bakalan rumit banget, apalagi lo harus kejebak di zona friendzone, zona dimana ketika lo liat sahabat alias orang yang lo suka deket sama orang lain, dan lo nggak bisa ngapa ngapain, selain tersenyum dan bilang "gue bahagia kalau liat lo bahagia"..." novi dengan gaya seolah dia yang lagi kejebak friendzone.
Rima yang mendengarkan novi jadi bingung karna perkataannya yang seolah olah mengasihaninya.
"Lo kenapa, vi? perasaan gue nyaman nyaman aja jatuh cinta sama sahabat gue sendiri, nggak sesuai sama apa yang lo katakan barusan tadi...."
"Itu karna lo belum tahu sesuatu..." baru saja novi ingin memberitahukan yang sebenarnya, tiba tiba saja bel masuk berbunyi bersamaan dengan guru mengajar jam pertama masuk. Novi pun mengurungkan niatnya untuk memberitahukan Rima yang sebenarnya, karna takut dengan ibu Desi yang paling tidak suka melihat ada anak muridnya yang berbicara saat dia mengajar.
Namun, bagi Rima kata kata novi sangat mengganggunya hingga ia kurang fokus dengan pelajaran.
"Vi!! Sesuatu apaan sih, gue penasaran nih.."kata Rima setengah berbisik dengan chairmatenya itu. Tapi baru saja Novi ingin menjawabnya tiba tiba ibu Desi yang sedang menjelaskan menegur Rima.

"Kalau mau berbicara silahkan keluar, saya tidak mau yang lain ikut terganggu karna kamu, Rima Saputri.."
Rima hanya mendengus kesal mendengar perkataan ibu desi.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang