Adam masih menatap tabung kotak tempat ketiga peserta itu mati. Ketiga orang yang gugur tadi kini hanya menyisakan tulang-belulang dan gelembung air keras yang memerah oleh darah. Beberapa orang yang tersisa tak sanggup melihat bahkan sampai ada yang muntah.
Ini bukanlah mimpi, orang-orang yang ia lihat benar-benar mati secara mengenaskan. Tak lama dari dinding samping kamar salah satu peserta muncul sebuah besi kotak. Dan dari atas muncul sebuah besi besar yang menjulang sehingga membentuk sebuah jembatan panjang. Semua peserta menatap ke arah yang sama.
"Selamat bagi kalian yang berhasil hidup sampai detik ini. Permainan selanjutkan akan segera di mulai. Kalian semua naiklah ke atas melalui besi yang menempel di dinding. Setelah semuanya naik. Lantai akan berubah menjadi tempat yang mengerikan, semuanya wajib mengikuti permainan ini kalau ingin selamat. Untuk naik ke atas akan diberi waktu sepuluh menit dari sekarang!"
Semua peserta berlari ke arah dinding dan berebut untuk cepat-cepat naik ke atas. Adam masih terpana dengan mayat yang sudah tak berbentuk itu. Giza menarik lengan Adam agar segera ikut memanjat ketika hampir semua peserta sudah mulai sampai di atas. Mereka berdiri berbaris, ada yang jongkok karena takut ketinggian bahkan ada yang pergegangan terus ke teman sebelahnya.
Ketika semuanya sudah berada di atas. Sebuah intruksi kembali terdengar.
"Permainan kali ini dinamakan dangle. Besi yang kalian pijak ini akan bergeser dan kembali masuk ke dalam dinding. Semua peserta harus bertahan menggantung di atas tali besar yang akan segera tiba. Lihatlah ke bawah," ujar suara itu. Semua peserta menengok ke bawah dan dari bawah dinding munculan sebuah benda-benda runcing yang bila orang terjatuh ke sana akan mati tertusuk. Kaca-kaca dinding tempat mereka bermain tadi pun sudah mulai lenyap tanpa ada yang menyadarinya. "Waktu kalian adalah sepuluh menit. Tidak ada batasan berapa orang yang harus mati, bila waktu belum usai dan semua peserta telah jatuh makan game ini pun berakhir. Semoga beruntung."
Tali dari atas sudah mulai tiba dan beberapa orang sudah mulai berpegangan ke arah tali tersebut. Adam dan beberapa orang yang ia kenal sudah sedemikian berusaha agar tangannya kuat menahan beban tubuh mereka. Besi besar tempat mereka berpijak mulai bergerak dan mereka sudah harus memulai permainan ini.
Selama sepuluh menit ini mereka benar-benar menggantungkan nyawa mereka kepada kekuatan tangan individu. Dua menit berlalu semuanya masih kuat bergelantungan ditali. Adam nampak sudah berkeringat. Ia takut tangannya licin dan ia terjatuh.
Ke 23 peserta sudah mulai tak kuat. Keringat mulai bercucuran di wajah mereka. Adam sendiri merasa kualahan karena ia jarang sekali olah raga. Ia menatap Keila yang nampak berusaha bertahan. Saat semuanya sudah mulai berkeringat dan kelelahan, tiba-tiba seorang perempuan yang tubuhnya sedikit berisi berteriak.
"Tolong aku, aku tidak kuat, tanganku licin, bantu aku... aku moho.... Aaaakkkkkkkkkk" perempuan itu pun terjatuh dan tak lama tubuhnya langsung tertancap besi runcing yang tepat berada di bawahnya.
Semuanya mulai panik, beberapa perempuan yang tersisa nampak histeris. Adam mencoba untuk tenang. Bila ia panik tangannya akan berkeringat dan ia bisa terjatuh kapanpun.
"Kei, jangan panik, jangan melihat ke bawah," perintah Adam.
Keila mengangguk sambil matanya berlinang.
Enam menit telah berlalu.
Tak dapat dipungkiri semua peserta mulai pegal dan mulai tidak kuat menanggung beban tubuhnya. Saat seperti itu sangat rentan untuk jatuh. Tak lama seorang perempuan yang menggantung di samping seorang pria bernama Dina terjatuh. Lagi-lagi perempuan, keadaan kini mulai semakin kacau.
Disaat semuanya sedang bertahan, Adam melirik ke arah Dinar yang sepertinya sedang berusaha untuk berayun. Ia salut dengan kekuatan pria itu, Adam melihat Dinar yang sedang mencoba untuk meraih tali bekas perempuan terjatuh lagi dan melilitkannya di tangannya yang lain. Itu mungkin satu-satunya acara agar ia bisa bertahan.
Di menit ke delapan.
Semua peserta sudah mulai memucat. Banyak yang sudah pasrah dengan keadaan dan tinggal menunggu tangannya terlepas dari tali.
"Aku sudah tidak kuat, sempertinya aku akan mati di sini," ujar Keila dengan bibir yang membiru dan wajah penuh dengan keringat.
"Jangan, tunggu, tinggal satu menit lagi. Berusahalah lebih lama lagi," ujar Giza.
Keila menggeleng, "tidak, tanganku sudah mati rasa. Sepertinya aku benar-benar sudah tidak mampu untuk bertahan."
"Apa kau tidak ingin pulang? Suamimu menunggu di rumah," ujar Adam.
"Percuma saja Adam, karena di sini hanya akan ada satu orang yang selamat. Kesempatanku untuk bertahan sangat kecil," Keila nampak sudah benar-benar pasrah dengan keadaan.
"Kita bisa menemukan cara lain, game ini tidak melulu tentang kekuatan fisik, bahkan di game sebelumnya posisimu berada di posisi ke dua. Kau hebat Kei," puji Adam agar Keila terus semangat.
"Aku tidak bisa membayangkan permainan selanjutnya, ini gila. Aku akan mati dengan kegilaan ini."
"Tidak, kau akan hidup!" bentak Adam.
Beberapa orang yang dekat dengan mereka memerhatikan.
"Kalau kau mau mati, mati saja. Itu lebih bagus agar permainan bodoh ini cepat selesai," ujar Roy. Adam menatap pria bertato itu dengan tatapan yang sangat kesal. Tapi untuk saat ini percuma meladeni orang seperti itu.
Adam melirik Keila. Ia tak tega dengan gadis berambut keriting itu.
Tinggal hitungan detik. Semuanya nampak tegang. Tapi sayang di detik ke dua puluh seorang pria tak mampu lagi menahan bobot tubuhnya dan tangannya terlepas dari tali. Sontak pria tersebut langsung mati tertancap.
"Lima... Empat... tiga... dua... satu..." Adam menghitung mundur. Kemudian ia melihat besi-besi di bawahnya masuk ke dalam dan sebuah lantai baru muncul. Saat ia mulai melirik ke arah Keila, kesadaran gadis itu sudah menghilang dan ia langsung jatuh.
Anehnya saat Keila terjatuh justru tubuhnya terpental dan tergeletak tanpa luka. Beberapa perempuan yang sama-sama tidak kuat akhirnya menjatuhkan diri dan saat mereka di bawah mereka langsung duduk.
"Ini trampolin besar, kita aman!" ujar perempuan tersebut.
Sontak semuanya langsung melepaskan pegangan di tali tersebut dan mulai berjatuhan.
Adam memantul kemudian berbaring lemas di sana. Semuanya nampak lelah dan mulai tergeletak sambil memburu nafas. Game kali ini benar-benar gila. Setidaknya kali ini ia masih bisa bersyukur karena masih hidup.
YOU ARE READING
29F
Mystery / ThrillerAdam dan ke dua puluh sembilan orang lainnya tiba-tiba berada di sebuah ruangan besar. Ia tak mengerti mengapa ia bisa berada di sana. Lambat laun semuanya mulai mengetahui tempat apa sebenarnya. 29F. Sebuah simbol yang tak ia mengerti, tapi kini ia...