Ini benar-benar terjadi. Apa yang diucapkan oleh layar itu benar adanya. Ruangan di hadapan Adam terbakar. Ia duduk bersender saking terkejutnya, Adam terdiam tak bisa berkata apa-apa. Empat orang sudah tewas terbakar api, kini pintu sudah kembali normal. Beberapa orang mencoba keluar dan melihat keadaan sekitar, Keila dan Giza mengetuk pintu ruangan Adam. Sesaat kemudian Adam bangkit dari tempatnya dan membuka pintu. Keila menangis di pelukan Giza, Adam melihat sekeliling, nampak kosong, bahkan layar di tengah ruangan pun tidak ada. Mayat-mayat dari orang yang terbakarpun tidak terlihat bekasnya, semuanya nampak bersih, tidak ada juga bekas dinding terbakar atau terkelupas. Sepertinya ruangan ini di rancang dengan sangat canggih.
Keila, Giza dan Adam mendekati kerumunan orang-orang. Rupanya Adi sedang di interogasi oleh para peserta lain. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari orang-orang tentang: apa sebenarnya 29F, tempat apa ini, dimana mereka berada, game selanjutnya, bahkan sampai cara untuk keluarpun mereka tanyakan secara bertubi-tubi.
"Aku sudah bilang, kalau aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya melihat ini sekali di Youtube. Aku tidak tahu ini di mana, game selanjutnya apa, bagaimana keluar dari sini, dan pertanyaan lainnya. Percuma kalian bertanya kepadaku, karena sekarang berbeda dengan game yang pernah aku saksikan sebelumnya," Adi nampak semakin kesal. "Sepertinya kita memang harus mengikuti peraturan yang ada di sini."
"Mengikuti, kau bilang? Aku tidak sudi mengikuti permainan ini dan melihat satu per satu diantara kita mati!" kata seorang pria berbadan atletis, berambut cepak, beralis tebal dan berhidung mancung bernama Dinar. "Nyawa kita bukan untuk dijadikan permainan, orang bodoh macam apa yang membuat acara seperti ini dan senang melihat orang lain mati?"
Semuanya nampak diam menunduk, tak ada yang bisa berkata apa-apa.
"Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kalau kita hanya diam dan bicara terus pun tidak akan ada hasilnya, apa anda punya solusi lain?" Seorang gadis berambut cokelat berbicara.
Dinar kini terdiam. Adam, Kelia dan Giza menjauh dari kerumunan. Mereka duduk di samping pintu berwarna merah. Adam melihat layar di atas pintu itu, kini sudah bukan angka tiga puluh lagi. Kini angkanya berganti menjadi dua puluh enam, sama dengan jumlah orang yang ada di ruangan ini. Bisa dipastikan angka di layar itu adalah jumlah orang-orang yang ada di sini.
"Memang tidak ada yang bisa kita perbuat di sini. Kita ikuti saja kemana akan berakhir. Mau marah juga tidak akan membuahkan hasil, banyak bicara juga, sama." Giza angkat bicara.
Adam melirik ke arahnya. "Dan, kau juga sama, terlalu banyak bicara."
Giza tersenyum. "Dari tadi aku perhatikan, sepertinya kau tidak menyukaiku. Kalau aku boleh tahu, apa sebabnya?" katanya dengan nada yang tenang.
Adam tersenyum sinis. "Aku mengenalmu, kau adalah Giza Ismail, penulis novel best seller itu, kan?"
Giza terkejut. "Dari mana kau tahu namaku?"
Adam menatapnya sesaat dengan tatapan menjijikkan. "Kita pernah bertemu sebelumnya, aku membeli buku karyamu itu. Kau pernah datang ke toko buku tempatku bekerja. Kukira kau adalah orang baik dan menyenangkan, rupanya kau hanya penulis yang sombong."
"Apa maksud dari perkataanmu itu?"
Adam menarik nafas panjang. "Ketika kita bertemu, aku ingin sekali mendapatkan tanda tanganmu di buku yang aku beli, tapi kau mengacuhkanku, kau melihatku dengan tatapan yang sangat memuakkan. Padahal sengaja aku membeli buku itu, karena aku tahu kekasihku menyukai karya-karyamu dan ia ingin sekali mendapatkan tanda tanganmu di bukunya."
"Saat itu mungkin aku sedang sibuk, jadi aku tidak bisa memberikan tanda tanganku padamu."
"Aku melihatmu sedang berjalan bersama anggotamu, aku menghentikan langkahmu hanya untuk meminta tanda tangan saja, ya, saat itu aku mengenakan seragamku, seragam kerjaku, dan kau menatapku seolah aku ini adalah orang yang sangat menjijikkan."
YOU ARE READING
29F
Misterio / SuspensoAdam dan ke dua puluh sembilan orang lainnya tiba-tiba berada di sebuah ruangan besar. Ia tak mengerti mengapa ia bisa berada di sana. Lambat laun semuanya mulai mengetahui tempat apa sebenarnya. 29F. Sebuah simbol yang tak ia mengerti, tapi kini ia...