"Sayang," suara Sougo membuyarkan lamunan Kagura. "Kenapa menangis?"
Kagura tersenyum. Dari ujung matanya, dia bisa melihat Sougo sudah melepaskan penutup matanya. Tangan Sougo menyentuh punggungnya, dan rasanya hangat.
"Tidak apa-apa," kata Kagura sambil menyeka air matanya. "Hanya... Aku sangat berterima kasih padamu."
"Karena?" tanya Sougo.
"Karena kau telah menguatkan aku selama ini, Sougo," ucap Kagura. "Kau selalu berada di dekatku dan mengajarkanku banyak hal. Aku bersyukur kau mau meluangkan waktumu untuk itu."
Sougo tidak menjawab. Dia hanya memandangi Kagura.
"Entahlah, mungkin kau akan kesal ketika aku mengatakan ini," kata Kagura seraya menghela napas panjang. "Aku tahu kau sangat mencintaiku. Dan kau juga tahu bahwa aku juga sangat mencintaimu. Dan aku senang dengan hubungan kita yang tidak seperti orang-orang kebanyakan."
"Aku bersyukur menjalani hubungan yang seperti ini denganmu. Kita saling mendidik, dan aku benar-benar terpengaruh dengan didikanmu selama ini. Kau mendidikku agar aku tidak menjadi perempuan yang manja. Kau mengajarkanku untuk menjadi seorang perempuan yang kuat dan mampu berdiri dengan kakinya sendiri dalam keadaan apa pun."
"Tanpa aku sadari, peranmu di hidupku sangat besar, Sougo. Terlalu besar. Itu yang membuatku tak bisa melepasmu, meski hanya sebentar saja. Dari pagi hingga malam, aku terus memikirkanmu, tanpa aku sadari. Sepenting itu sosok Okita Sougo di hidupku."
Kagura kini menatap Sougo. "Kau tak pernah membuatku merasa kesepian. Aku tidak pernah merasa sendirian karena kamu selalu ada di dekatku. Bagaimana caraku untuk membalas itu semua?"
Sougo tersenyum tipis. Dia mengelus punggung Kagura dengan lembut. "Dengan menjadikan nama keluargaku sebagai nama belakangmu, Okita Kagura."
Kagura tersenyum sambil mengusap-usap poni Sougo. "Kamu menggemaskan, anak kecil kesayangan Kagura."
Sougo kini terduduk dan merangkul Kagura. "Kau janji akan tetap menikahi Okita Sougo, kan?"
Kagura mengangguk. "Tentu saja. Siapa yang akan membelikanku sukonbu nanti?"
"Ada Danna," ujar Sougo.
"Gin-chan tidak akan membelikanku sukonbu sebanyak Sougo," kata Kagura.
Sougo tersenyum. Dia mencium dahi Kagura. Matanya beradu dengan mata Kagura. Kepala Sougo pun mendekati kekasihnya itu. Bibir mereka kini bersentuhan, dengan pemandangan langit yang kian memerah dan tenangnya aliran sungai di hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Listen 2
FanfictionJika kamu sudah mendengar suara hati Hijikata Toshirou, Okita Sougo, dan Sakata Gintoki, sekarang saatnya kamu mendengar suara hati cinta mati mereka; Okita Mitsuba, Kagura, dan Tsukuyo.