I. Tsukuyo

498 23 11
                                    


"Honey! Buatkan aku teh hijau!" Gintoki berteriak dari ruang tamu.

"Ya!" kata Tsuki yang sedang berada di dapur. Dia segera menuangkah teh hijau ke dalam gelas dari dalam teko di dekatnya. Dia membawa gelas tersebut dan menaruhnya di atas meja persis di depan Gintoki.

"Boleh ambilkan kiseru-ku di kamar?" pinta Gintoki sambil membaca Jump.

"Kenapa tidak merokok saja?" kata Tsuki.

"Aku sedang tidak mood untuk merokok," jawab Gintoki.

Tsuki mendengus dan berjalan ke kamarnya untuk mengambil kiseru. Tsuki kembali ke ruang tamu dan memberikan kiseru dalam genggamannya pada Gintoki.

"Kalau aku tak salah ingat, masih ada semangkuk edamame di dalam kulkas," kata Gintoki.

"Oke," jawab Tsuki. Tsuki kembali ke dapur, mengambil semangkuk edamame dari dalam kulkas, memanaskannya di dalam magic jar, dan memberikannya pada Gintoki.

"Oi, wanita," Gintoki berucap lagi di saat Tsuki berjalan kembali ke dapur. "Buka bajumu. Paling tidak, buat bagian dadamu selebar mungkin."

Sebuah kunai kecil menancap di bagian belakang kepala Gintoki. Gintoki pun ambruk ke lantai.

"Kau tidak lihat ada Kagura di depan televisi!?" bentak Tsuki dari dapur.

"Dia melihat ke televisi," Gintoki bangkit sambil mencabut kunai dari belakang kepalanya. "Lagipula, kalian sama-sama perempuan. Shinpachi juga tak ada."

"Lebih baik kau mengerjakan sesuatu di luar rumah, Gintoki" Tsuki benar-benar kesal.

"Ini hari Minggu," kata Gintoki sambil mengusap-usap belakang kepalanya. Dia melempar kunai kecil yang dia pegang ke atas meja. "Aku ingin bersantai."

"Lebih baik kau ke supermarket untuk beli beras. Nasinya habis," kata Tsuki.

"Kagura saja yang..."

Gintoki belum selesai bicara dan tangannya dengan sigap menangkap kunai kecil yang mengarah ke wajahnya. "Oke, oke. Aku berangkat sekarang."

Gintoki menggaruk kepalanya dan berjalan ke luar rumah. Dia menuruni tangga, menyalakan Vespa-nya, dan pergi ke supermarket untuk membeli beras.

"Si uban itu... Mulutnya ringan sekali," kata Tsuki.

Kagura yang sedang menonton televisi sambil menikmati sukonbu menoleh menatap Tsuki. "Dari dulu dia sudah begitu, Tsuki."

Tsuki mendengus. "Menyebalkan. Dia kadang tidak tahu tempat untuk membicarakan hal-hal yang seharusnya tidak dibicarakan di depan orang-orang."

Kagura kembali menatap layar televisi. "Tapi, kau tetap mencintainya, kan?"

Tsuki terdiam sejenak. Dia meraih kiseru milik Gintoki di atas meja dan mengisapnya.

"Ya. Sangat mencintainya," kata Tsuki pelan seraya duduk di sofa. "Entah kenapa."

Kagura kembali menoleh pada Tsuki dan tersenyum. Dia bangkit dan berjalan ke arah sofa di depan Tsuki.

"Tsuki," Kagura duduk di sofa. "Kau tidak mau memberiku wejangan pernikahan?"

 Tsuki mengembuskan asap kiseru secara perlahan. "Apa yang mau kau tahu?"

Listen 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang