Bagian 7

12.6K 374 5
                                    

Maaf lama Updatenya 😣😁😁

Selamat membaca ❤❤❤

Zany Malik Ft. Sia - Dusk Till Dawn ❤

Your Playlist ???



" Gue nanya sama loe,... Loe pake kondomkan ?? "  Tanya lagi Rebecca.

" Hmmm, Maaf Aku lupa ... "  Jawab polos Peter sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Oh My God ! Trus kalo gue hamil gimana ?? Loe enggak mikir kesana ya ?! "  Bentak Rebecca, merasa di permainkan oleh sahabatnya ini.

" Aku mau tanggung jawab ! "  Tegas Peter, sangat bersedia malah ! Tambah Batinnya.

~~~

Jangan lupa VOTE nya ya :)




Di dalam hati Rebecca mengerutuki sikap bodoh Peter. Apa menikah dan merasa bertanggung jawab itu hal yang mudah menurutnya ?? Batin Rebecca.

Dan bagaimana jika orang tuanya tau ? Bisa habis Peter oleh Daddy-nya...

Rebecca bingung, bagaimana kelanjutan hal ini. Kesalahannya ini bukan hal biasa yang bisa Ia hilangkan. Bagaimana jika dirinya Hamil ? Dan Peter tidak mau bertanggung jawab ? Pikirannya berkecamuk.

Sedangkan Peter, Ia juga sedang memikirkan sesuatu. Memikirkan bagaimana caranya agar Rebecca selalu di sisinya. Apapun caranya Ia harus mempertahankan Rebecca. Mungkin benihnya sudah menuju rahim Rebecca. Peter sangat yakin karena Ia sudah menghitung masa subur wanita yang berada di depannya ini.

" Pete.... Nikah itu enggak semudah yang ada di otak loe sekarang.... "  Terang Rebecca pasrah.

" Emang.. Dan aku serius dengan ucapanku barusan... "  Jawab Peter serius.

Rebecca tidak ingin menikah. Apa lagi dengan sahabatnya ini, akan aneh jika Ia menerima ide gila Peter. Toh, mereka melakukannya sekali. Mana mungkin jika dirinya hamil secepat itu kan... ?  Batin Rebecca.

Rebecca memiliki ide.

" Loe enggak perlu tanggung jawab . "  Putusnya final.

" Apa kamu gila ? "  Jawab Peter kaget matanya melotot tajam menatap gadis di depannya, aneh dengan keputusan spontan Rebecca. Apa yang akan dilakukan gadisnya ini ?? Apa Ia akan meng-aborsi anaknya !? 

" Apa Kamu mau aborsi anak itu Rebecca ?! "  Tanya Peter langsung.

Rebecca sekarang yang kaget, Ia belum hamil. Tapi, Peter seolah-olah menganggap ada kehidupan lain di perutnya. Dia tidak segila itu untuk membunuh orang apalagu jika itu anaknya.

" Loe yang gila Pete ! Inget, gue enggak hamil ! Jadi, loe enggak perlu tanggung jawab. Dan kenapa omongan loe melenceng segala coba ?? Dan mana mungkin sampe gue lakuin hal gila yang ada di otak loe itu...---  "  Terang Rebecca tidak terima dengan tuduhan Peter barusan kepada dirinya.

" Jadi... Lupain aja hal ini ... "  Ucap Rebecca lagi.

" Enggak bisa Rebecca... "

" Kenapa ??? Toh gue juga bukan cewek pertama yang loe tidurin kan ? "  Tanya Rebecca telak.

Pertanyaan yang di ajukan Rebecca membuat Peter terdiam. Tidak, kamu yang pertama.... Batin Peter sedih. Pertanyaan Rebecca membuat hatinya sakit. Peter mencintai Rebecca dengan tulus.

Ruangan itu menjadi hening. Mereka terhanyut demgan pemikiran masibg-masing.

Rebecca berdiri. Membawa piringnya dan membawanya ke wastafel cuci piring. Mencucinya dengan pelan. Setelah selesai, Ia kembali duduk di depan Peter yang masih sedang berfikir.

" Loe tau menurut gue, aneh jika sahabat saling menikah. "  Tanya Rebecca.

" Apanya yang aneh ? Jika mereka saling mencintai, takdir siapa yang tau ? "  Balas Peter tidak mau kalah dengan pernyataan Rebecca.

Mereka kembali terdiam.

Peter, rasanya sangat aneh jika mereka memiliki hubungan. Mereka saling mengenal sejak kecil, saling mengetahui masalah satu sama lain. Berbagi kisah sedih, senang, dan apapun itu bersama. Rebecca hanya menganggap Peter adalah sahabat sekaligus kakaknya yang melindungi dirinya. Toh, hati Rebecca masih berharap orang lain.

Peter menggerakkan tangannya ke Rebecca. Menggenggamnya hangat, membawanya ke arah mulutnya. Menciumnya lembut. Rebecca terdiam, membiarkan Peter mencium tangannya mesra.

" Bagaimana ... Jika kita memulainya Rebecca... Memulai saling mencintai... "  Saran Peter.

" Enggak... Kita tidak di takdirkan gituh Pete...  "  Tolak Rebecca.

" Kita bisa mencobanyakan... ? "  Gigih Peter dengan pertanyaannya.

" Enggak... Pete... "  Tolak lembut Rebecca melepas tangannya dari genggaman Peter.
Setelah tangannya terlepas, Rebecca melangkahkan kakinya untuk keluar apartement Peter. Sebelum kakinya melangkah menuju pintu keluar, Peter menahannya. Menarik lengannya, membawa Rebecca ke dalam pelukan hangat Peter.

Rebecca kaget sebentar, lalu mulai membalas pelukan Peter. Meletakkan kepala di dada bidang Peter, menghirup aroma tubuh lelaki yang sudah Ia hafal ini. Peter memeluk gadisnya yang rapuh dengan lembut, mencium kepala Rebecca dan mengelus punggungnya lembut.

Tidak ada ucapan yang keluar dari keduanya. Mereka sama-sama nyaman dengan pelukan yang sedang berlangsung.
Peter melepaskan pelukannya, menyudahi. Ia meraup wajah gadisnya. Memberikan ciuman lama di dahi Rebecca. Melakukannya berkali-kali. Rebecca hanya diam. Setelah Peter selesai mencium dahinya, Ia memeluk Rebecca kembali dengan lebih erat seolah takut kehilangan.

Rebecca melepaskan pelukan Peter, merasa sesak. Setelah terlepas, Rebecca kaget dengan apa yang di lakukan Peter selanjutnya. Ia mencium Rebecca dengan cepat, mendorong tubuh Rebecca ke belakang pintu. Menciumnya dengan rakus, tidak membiarkan Rebecca bernafas.

" Pete ! "  Pekik Rebecca kaget.

Peter tetap mencium Rebecca, menghiraukan pekikan dan pukulan Rebecca di tubuhnya. Peter menghisap, menggigit, dan mengulanginya terus. Rebecca sesak nafas sekarang, kekurangan pasukan oksigen. Peter melepaskan ciumannya, membiarkan dirinnya dan Rebecca bernafas.

Bibir basah mengkilap milik Rebecca membuat Peter kalap. Ia kembali mencium Rebecca, mengarahkan tangan Rebecca ke belakang lehernya. Peter menciumnya dengan kasar. Memaksa Rebecca menerima dan membalasnya.

Isi otak Rebecca sekarang adalah kilatan malam panas dirinya dan Peter melintas. Wajah berkeringat Peter yang bernafsu, saat mereka bercinta. Ini salah ! Batin Rebecca. Otaknya sedang konslet sekarang. Rebecca membalas ciuman kasar Peter, menekan kepala lelaki itu untuk memperdalam ciuman mereka.

Peter tersenyum dalam ciumannya. Menyambut Rebecca dengan senang. Kaki gadisnya bahkan sudah melingkar kuat di pinggangnya. Tangan Peter berpindah, menyentuh bokong indah Rebecca. Meremasnya keras sambil menyanggah tubuh Rebecca agar tidak terjatuh.

Peter melangkahkan kakinya ke sofa, Menurunkan tubuh Rebecca pelan. Decap bibir ke duanya terdengar nyaring di apartement Peter yang memang sepi dan hanya di isi oleh mereka berdua. Peter melanjutkan ciumannya ke pipi, dan ke leher Rebecca. Berlama-lama di lehernya, memberikan tanda disana, menjilatnya.

Rebecca hanya dapat mendesah, nikmat. Di kepalanya Ia hanya berpikir ' Ia ingin bercinta dengan Peter ! '  Batin gila Rebecca.






~~~





TBC ...

Maaf Pendek 😣

Salam Hangat,

OA_177 ❤🐧

My PeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang