Pindah ke Bogor

77 10 4
                                    


"Kringgg" Telepon berbunyi. "Mah ada telfon tuh," Teriakku. "Iya Angga sebentar," Ujar Mama. Mama langsung menghentikan cuci piringnya dan langsung menuju telfonnya. "Assalamu'alaikum pah, ada apa?" Tanya Mama di telfonnya. Kemudian Mama menekan tombol speaker. "Mungkin, Mama ingin supaya Aku tau," Opiniku dalam hati. "Jadi gini Ma, Papa bakal dipindahkan tugasnya dari Jakarta ke Bogor. Gimana menurut Mama?" Tanya Papa dalam telfon. Aku kaget, langsung jawab pertanyaan Papa itu. "Enggak!" Aku berteriak. "Berarti aku bakal pindah sekolah dong? Engga ketemu teman-teman ku lagi," Ucapku dengan nada sedikit keras. "Pokoknya nggak," Sambungku. "Tapi nanti jika Papa dipindahkan, Papa akan mendapat gaji yang besar nak," Ujar Papa lembut. "Nanti Angga bisa pindah sekolah," Mama mengiyakan. "Baiklah Papa," Kataku lesu. Aku memang tidak suka pindah rumah. Bagaimanapun aku lebih suka di Jakarta. Aku kan tinggal di apartment yang cukup bagus. Sekolahku juga favorit. Aku juga punya banyak teman di Jakarta. Tapi, apa boleh buat? Aku hanya bisa mengiyakan.

Papa pulang larut sekali. Kata Papa, kami bakal pindah ke Bogor hari Ahad. Hari ini hari Jum'at, jadi kami bisa bersiap-siap 2 hari. "Pa, nanti kita tinggal dimana?" Ujarku saat Papa   saat Papa masuk ke rumah. "Kita tinggal di samping rumah Nenek, disana ada rumah yang sedikit besar," Jawab Papa. Aku mengiyakan. "Yasudah deh Pa."

Esoknya Aku dan Mama pergi ke sekolah untuk mengurus pindahanku. Mama pergi keruang kepala sekolah. Sementara , Aku pergi ke teman-temanku untuk mengatakan bahwa aku akan pindah. Aku tak peduli aku akan sekolah dimana. Semua sekolah itu sama. Itu opiniku.
Tepat tengah hari, Aku dan Mama pulang. Huh, sudah tengah hari, tapi Papa belum menjemputku. Dengan sabar Aku menunggu Papa dengan mobilnya. Papa datang, Aku langsung menghampiri Papa yang sedang menjentikkan jarinya. Itu adalah isyarat dari Papa kalau dia datang. Aku dan Mama langsung menghampiri kemudian naik mobil. Huh, hari yang sangat terik.

Saat sampai di rumah, Aku, Mama, dan Papa langsung mengemasi barang-barang kami yang akan dibawa ke Bogor. Sebenarnya, Aku senang ke Bogor. Aku bisa bertemu dengan Nenekku. Aku sangat rindu padanya. Namun, aku juga sedih pergi dari Jakarta. Karna, disinilah aku tumbuh, berteman, dan bersekolah dari TK sampai SMP seperti sekarang.

Sang surya mulai menunjukan dirinya. Burung-burung berkicauan merdu. Tanda bahwa hari sudah pagi. Aku langsung bangun. Dengan sedikit ngantuk, kakiku melangkah ke kamar mandi kamarku. Setelah itu, Aku memakai baju yang menurutku bagus untuk kupakai. Kemudian, Aku berlari ke meja makan. Berharap ada makanan enak yang dapat disantap. Namun hasilnya nihil. "Mama, mana sarapannya?" Tanyaku. "Mama nggak masak nak, Mama telat bangun tadi. Jam alarm Mama rusak," Jelas Mama. "Ah Mama. Taoi yasudalah," Ucapku kecewa. "Nanti di jalan, kita beli ayam goreng, ok?" Tawar Mama. Aku setuju. "Ayo cepat bawa barangmu ke lobby," Sambung Mama. "Siap Ma," Jawabku.

MUADZIN BISU BERSUARA MERDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang