Apa?! Ini Rumah Baruku?

54 6 3
                                    

Kami menyusuri jalan yang bergedung tinggi. Sampai Papa mengarahkan mobil ke tenpat makan. Aku turun dan langsung membuka pinta restoran itu. Aku duduk di kursi meja makan yang tak jauh dari pintu dan jendela. Selagi menunggu, aku memainkan ponselku yang dari tadi bergetar. Ternyata, itu adalah pesan dari teman-temanku.

Disaat makan, mataku tertuju pada seorang nenek tua yang dituntun oleh seorang anak yang mungkin sepantaran ku. Mata nenek itu buta. Aku merasa Iba padanya. Sepertinya mereka ingin makan, tapi tak pujya uang untuk membayar. Itu opiniku. Karna, pakaian yang dipakai kotor dan kumuh. Tanpa berfikur panjang, aku langsung membeli makanan kemudian aku beri ke nenek tadi. "Sungguh mulia hatimu nak," Kata sang nenek. Aku tersenyum kenudian pergi. Aku sadar, bahwa untuk apa kita mempunyai harta tapi tidak diberi kepada yang lain. Malah dihambur-hamburkan.

Kami melanjutkan perjalanan. Tak lama, aku terridur dijalan. Selang beberapa jam, Mama membangunkanku. Aku langsung bangun. "Sudah sampai nak," Kata Mama. Aku keluar dari mobil. "Apa?!"kataku keras. " Ini rumah kita?"ujarku tak percaya. Ternyata rumahku sangat kecil dan kotor. Jauh daru perkiraanku. Aku langsung berlari menuju rumah nenek. Aku tau dimana letak rumah nenek. Aku kecewa tentunya. Tapi aku kemudian mengusap air mataku yang sudah berceceran. Aku berfikin kenapa aku menangis? Ini hanya soal rumah. Aku juga seorang lelaki dan sudah besar. Mungkin karna ekspetasi dari rumah itu yang sangat berbeda denagn realitanya. Tapi tak apa. Aku terima semua ini.

Aku masuk kedalam rumah nenek dengan bahafia. Sebenarnya aku memang kecewa. Tapi, kalau nenek tau, dia pasti juga akan kecewa. Aku tak mau dirinya kecewa. "Assalamu'alaikum Nek," Aku memberi salam. "Wa'alaikumussalam," Kata Nenek. "Eh Angga, sini nak," Sambung Nenek. "Iya nek,"kataku. Mama dan Papa kemudian menyusulku. Mereka sepertinya terkejut melihat aku yang sedang tertawa geli karna yang diceritakan Nenek. Pasalnya, tadi Aku menangis.

Kami kembali ke rumahku yang dekat dengan rumah Nenek. Aku membereskan kamar yang Papa unjuk sebagai kamarku. Ah yasudahlah, yang penting aku mempunyai rumah yang dekat dengan Nenek, ujarku dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yey gimana nih? Feelnya gadapet ya?😂 Tapi tenang, Author mau bikin yang sedih-sedih abus ini. Ok?

MUADZIN BISU BERSUARA MERDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang