02 | Jung Bakery

132 19 2
                                    

"Selamat datang di Jung Bakery," aku menyambut pelanggan dengan ramah. Memasang senyum setulus mungkin.

Kuikuti pelanggan itu dengan mataku. Memastikan kapan dia selesai dengan pesanannya agar pintu kubuka dengan tepat. Selain karena tuntutan pekerjaan, aku juga bosan hanya berdiri di samping pintu. Memerhatikan aktivitas di toko ini cukup menghilangkan bosan.

"Selamat pagi," Taeyong menyapa pelanggan dengan ramah.

"Oatmeal banana nut bread sama kopinya ya. Takeaway," pesan pelanggan yang berdiri di hadapan Taeyong. Nampaknya dia sedang terburu-buru.

Lelaki dengan apron hitam mengangguk sambil tersenyum, mengetik pesanan wanita di hadapannya. Taeyong bergeser beberapa langkah ke samping, meletakkan gelas kopi di bawah coffee maker. Kemudian mengambil roti dengan capit makanan berbahan stainless steel, lalu memasukkannya ke dalam bakery bag.

Wanita itu mengeluarkan uang sejumlah total pesanan, menerima struk, lalu membawa pesanannya pergi. Aku memasang senyum dan segera membukakan pintu untuknya. "Terima kasih. Selamat datang kembali."

Baru sepuluh langkah pelanggan menjauhi toko, aku langsung duduk. Mengambil kesempatan santai sebelum pelanggan lain datang.

"Ten, lo capek? Mau gantian?" Taeyong menawarkan diri. Mungkin menurutnya aku lelah setelah melakukan pekerjaanku.

Dalam mengurus toko ini, kami mempunyai tugas masing-masing. Walaupun tidak jarang bertukar posisi. Aku berjaga di pintu dan menyiapkan toko sebelum buka dan setelah tutup. Seperti membereskan dan membersihkan meja. Sementara Taeyong menjaga counter, memanggang roti, dan mengurus bagian dapur.

"Gapapa, Ty. Kalo gantian, bisa habis itu roti gue makanin."

Taeyong tertawa kecil. "Jangan lupa Zoe mau ke sini hari ini. Lo jangan keliatan males-malesan."

Aku reflek berdiri. Baru ingat akan ada kunjungan hari ini. Dari jauh aku melihat Zoe. Kali ini ia tidak sendiri, namun bersama pemilik bakery sekaligus suaminya, Jung Jaehyun.

Zoe selalu mengunjungi Jung Bakery seminggu sekali untuk meminta laporan sekaligus memantau pekerjaan kami. Dia sangat disiplin kalau urusan pekerjaan.

Aku membukakan pintu untuk mereka dan memasang senyum yang lebar. Terlalu lebar hingga aku tertawa.

"Selamat datang di Taeten Bakery!" Aku dan Taeyong kompak menyambut mereka. Reaksi keduanya berbeda. Jaehyun tertawa, sedangkan Zoe seperti ingin meledak nama bakery suaminya diganti.

Aku menghampiri Taeyong ke counter, membantu menyiapkan kopi dan roti. Lalu menyuguhkan ke mereka dengan santai, namun sopan.

"Tumben dateng pagi," celetuk Taeyong yang kini sudah berdiri di depan counter bersamaku. Mereka biasanya datang siang ketika kami istirahat.

"Siang nggak bisa, mau pacaran," jawab Jaehyun sambil merangkul istrinya. Aku menoleh ke Taeyong, lalu kami memberi mereka tatapan 'dasar tukang pamer'.

"Iri ya? Makanya cari istri," Zoe menimpali. Dia merekatkan rangkulan Jaehyun.

Aku tertawa kecil mendengar ucapan Zoe. Kami semua terlihat santai, sangat santai. Cara kami berbicara dan bercanda bukan seperti atasan dan karyawan. Mungkin karena umur kami yang tidak berbeda jauh.

Jaehyun pernah memberitahuku bagaimana cerita pertemuannya dengan Zoe dan mereka yang berakhir di pelaminan. Kalau aku tidak salah, mereka pernah satu divisi di organisasi kampus. Jaehyun suka dengan cara Zoe mengatur anggota yang lain. Galak namun tegas, katanya.

Dari ceritanya itu aku tau kalau umur kami tidak berbeda jauh.

Zoe bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri counter. Melihat bagaimana kerja Taeyong. Mungkin tentang kebersihan dan ketepatan barang-barang. Ia menunduk, membuka laci di bawah counter, dan mengecek persediaan barang di dalamnya. Zoe lalu tegak kembali.

"Hari ini kalian boleh libur," kata Zoe kepadaku dan Taeyong. "Gue kasih waktu buat cari istri."

"Dipikir gampang kali nyari istri." Aku memutar bola mataku, I'm so done.

"Makanya cari, jangan kerja mulu."

Jaehyun tertawa mendengar perkataan Zoe. Sementara aku dan Taeyong hanya mengangguk dan mengacungkan jari jempol. Memangnya kami kerja untuk siapa?

Zoe lalu pergi ke bagian dapur, tempat roti dipanggang. Taeyong duduk di kursi dekat Jaehyun, sementara aku masih berdiri di depan counter.

"Jae," panggil Taeyong. "Kok tiba-tiba libur?"

"Dibilang mau pacaran, gak percaya amat sih."

Pasangan ini... benar-benar. Aku bangkit dari tempat dudukku, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Aku tau mau melakukan apa setelah ini.

New Hero | [Ten NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang