03 | The Mission

75 14 0
                                    

Rasanya aneh sepagi ini sudah pulang. Bahkan belum ada tiga jam aku di luar rumah.

Aku membuka pintu, lalu masuk. Meletakkan tas punggung berwarna abu-abu di sofa ruang tamu. Lalu pergi menghampiri mama di dapur.

"Sini Ten bantu," kataku saat memasuki dapur. Aku mencuci tanganku di washbasin, kemudian mengambil pisau untuk memotong ayam mentah.

Kulirik mama yang tak jauh dari tempat aku berdiri. Dia sedang menarik-narik adonan yang ada di tangannya. Dia juga sesekali melirikku dengan ekspresi bingung.

"Kamu... dipecat?" Aku langsung menengok ke arahnya. Kami sama-sama bingung sekarang.

"Kok udah pulang? Baru jam 9..." tanya mama melanjutkan.

Mulutku otomatis membentuk senyum. Kini pandanganku beralih kembali ke ayam yang akan kupotong dadu. "Ten izin pulang mau bantu mama tercinta. Kan Ten anak baik."

Aku meliriknya lagi, ingin melihat seperti apa ekspresinya saat mendengar jawabanku. Mama mendekat dan memukul lenganku berkali-kali. Tentu dengan tangannya yang bertepung.

"Heh, kamu tuh! Mama serius nanya!"

"Ampun, Ma, ampun," aku menghindari pukulannya. "Jaehyun nyuruh pulang tiba-tiba. Tokonya mau dipake buat urusannya dia."

Kali ini aku tidak bercanda menjawab pertanyaan mama. Jaehyun tidak serius dengan perkataannya yang ingin nge-date bersama Zoe.

"Urusan apa? Kenapa kamu disuruh pulang? Kan bagus kalo ada yang bantu-bantu."

"Ten gak nanya urusan apa, mungkin bisnisnya."

Mama mengangguk dan mulutnya membentuk huruf O. Ia kembali lagi ke tempatnya tadi. Adonan yang dipegang, ia letakkan di atas wadah besar. Lalu tangannya yang kini kosong mengambil garpu. Menusuk-nusuk gurita yang sedang direbus.

Aku baru sadar kalau papa tidak ada dari pagi. Biasanya ia berangkat bersamaku. Mungkin ia sudah pergi ke warung mie-nya.

Orang tuaku memiliki warung mie yang lokasinya tidak jauh dari rumah, hanya berjarak sekitar 300 meter. Big Bowl Noodle, itulah nama warung mie orang tuaku. Sesuai namanya, mereka memang menyuguhkan mie dalam mangkuk yang besar dan porsi yang banyak.

Hidupku sederhana, tidak miskin dan tidak kaya juga. Kami serba berkecukupan jika kami bekerja keras. Aku membantu perekonomian keluarga dengan bekerja. Awalnya orang tuaku tidak setuju, lebih baik aku melanjutkan kuliah saja, kata mereka. Seorang lelaki harus berpendidikan tinggi agar bisa menuntun keluarganya kelak. Aku menolak, tentu dengan alasan ingin membantu mereka. Akan tetapi, alasan utamaku bukan itu. Menurutku kuliah akan mempersulit diriku dalam memenuhi misi yang diberikan.

Satu jam kemudian aku sudah selesai membantu mama dan sudah berada di dalam kamar. Tepatnya di kasur. Berbaring menghadap atap. Bingung mau melakukan apa. Tiba-tiba aku teringat mimpi semalam. Apa ini artinya mereka memberiku kesempatan untuk memenuhi misi?

Ya, misi. Tugasku. Tugas yang diberikan oleh Jang Dong-gun, ketua superheroes di kota Seoul.

Ah, superheroes.

Tanpa sadar aku tersenyum miring. Mengucap kata itu, walaupun di dalam hati, membuatku otomatis mengingat manusia biasa yang fanatik dengan superheroes. Tentu superheroes yang kumaksud adalah superheroes komik atau film dan superheroes karangan superheroes lainnya. Terlalu rumit ya?

Pahlawan super yang diharapkan sungguhan, memang sungguhan. Kami ada. Hanya saja tidak ada manusia biasa yang tahu, kecuali karena keadaan yang membuat mereka tahu. Atau karena ulah bodoh seorang superhero sehingga mereka tahu.

Layaknya superhero yang ada di komik, kami memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Penglihatan, kecepatan, kekuatan, invisible, hingga kemampuan untuk memerintah hewan. Kemampuanku adalah penglihatan dan kecepatan. Penglihatanku sangat tajam. Hanya dengan sedikit melirik, aku bisa tahu setiap gerakan kecil yang orang lakukan. Aku juga bisa melihat sesuatu dari balik dinding. Dan aku sangat cepat. Kecepatanku hampir setara dengan kecepatan cahaya.

Superheroes tak hanya ada di Seoul, tapi ada di setiap kota di Bumi. Superheroes tak hanya ada di Bumi, tapi ada di setiap planet. Kami memiliki perkumpulan dan setiap perkumpulan memiliki ketua yang mengatur pembagian dan penyampaian misi. Dan anak buah ketua yang mengurus superheroes di kota mereka.

Setiap superheroes yang ada di dunia ini diberikan misi yang harus dipenuhi. Misi dipenuhi untuk pengisian energi dan penambahan nyawa. Setiap superheroes diberikan misi yang berbeda, tergantung kemampuan yang dimiliki. Sama seperti superheroes komik, misi diberikan untuk menyelamatkan dunia. Baik dari orang-orang jahat maupun bencana yang sudah terjadi dan tidak seharusnya terjadi.

Aku menghela napas keras saat mengingat misiku. Bukan karena sulit, namun karena misiku tidak spesifik. Mungkin itu sebabnya aku diberi banyak waktu. Sesaat kemudian aku menyesal karena tidak menyempatkan diri untuk menyelesaikan misi.

Kurasa hari ini aku bisa menyelesaikannya. Selagi waktu masih menunjukkan pukul 10.05.

Dengan segera aku bangkit dari kasur. Mengambil hoodie dan masker hitamku yang ada di dalam lemari. Ini hanya pakaian yang biasa manusia pakai, bukan pakaian super. Aku menggunakan ini untuk menyamar.

Hanya butuh satu detik untukku sampai di luar rumah. Tidak ada siapapun di rumah, jadi aku berani menggunakan kemampuanku.

Aku berjalan ke rumah Mr. Adam, rumah WNA yang sangat besar. Aku memanjat pagar rumahnya yang tinggi, lalu melompat ke balkon kamarnya yang berada di lantai tiga. Memanjat lagi untuk mencapai teras atas di lantai empat. Setelah itu aku melompati atap-atap rumah hingga berada di atap gedung tertinggi yang ada di daerah rumahku.

Aku melakukan semua itu dengan sangat cepat. Sejauh ini tidak ada manusia yang melihat kemampuanku secara langsung. Selain karena sangat cepat, aku juga selalu menghindari rumah yang terlalu banyak orang. Selama aku cepat, aku selalu jeli. Memangnya bisa melompati bangunan dengan cepat dan tepat tanpa penglihatan jauh dan tajam?

Aku duduk di atap gedung. Kepalaku menoleh kiri-kanan dan mataku memindai seluruh tempat di ibukota. Aku memerhatikan setiap tempat, jalanan, dan aktivitas yang manusia lakukan.

Di sebuah stasiun kulihat seorang wanita tua sedang berjalan sambil mengeluarkan dompetnya dan mencari-cari sesuatu. Beberapa meter di belakangnya, kulihat dua wanita muda yang mencurigakan. Mereka berdua seperti mengikuti wanita tua itu. Berbicara sesuatu sambil menunjuk orang yang ada di depannya dengan dagu mereka.

Mataku memerhatikan beberapa meter ke depan, melihat tempat yang mungkin dikunjungi. Ah, ada ATM. Lalu mataku kembali ke wanita tua itu yang kini sudah memegang kartu debit di tangannya.

Aku berdiri. Siap menjalankan misiku.

New Hero | [Ten NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang