05 | My Carelessness

80 13 3
                                    

Jam tangan berwarna hijau army di lenganku menunjukkan pukul 12.30 PM. Cuaca siang ini cukup panas, tapi juga berangin. Seoul memang kota yang tidak pernah tidur. Bahkan di siang hari pun, toko-toko tetap ramai. Tak terkecuali toko fashion, toko yang kupikir hanya ramai di malam hari.

Sudah sekitar dua puluh menit kami berjalan. Taeyong belum menemukan apa yang ia cari. Bahkan dia sendiri belum tahu ingin beli baju yang seperti apa. Kulihat Taeyong sedang asyik mengamati beberapa toko yang kami lewati. Sesekali dia mengangkat topinya yang sedikit menghalangi pandangannya.

"Belum nemu juga?"

Taeyong menggeleng.

"Makanya lo coba masuk ke tokonya. Kalo ngeliat dari luar mah nggak bakal dapet," ujarku memberi saran. Selama dua puluh menit berkeliling, kami memang belum masuk ke toko manapun.

"Lo bantuin liat dong, kan mata lo jeli."

"Gue aja nggak tau lo mau beli yang kayak gimana, Ty." Sigh.

Taeyong masih berjalan. Sepertinya memang tidak mau masuk ke toko sebelum menemukan apa yang dia inginkan.

"Kenapa nggak masuk aja sih? Sekalian ngadem. Panas banget sumpah," kataku sambil menghalangi terik matahari di depan mata. Aku tidak sempat mengambil topi—karena memang aku tidak pulang ke rumah sebelum menemui Taeyong. Jadi aku masih mengenakan hoodie hitamku, berjalan di tengah cuaca panas, selama dua puluh menit.

Kalian bisa bayangkan betapa gerahnya aku siang ini.

"Yaudah, yaudah. Kasian temen gue kepanasan," ujarnya pasrah. Taeyong berhenti, lalu menyeberang. Kami memasuki sebuah toko fashion khusus laki-laki.

"Lagian kenapa nggak dibuka aja itu hoodie?"

"Oh iya lupa. Hehehehe."

Taeyong mendorong pintu toko, kemudian masuk. Aku membuntutinya di belakang. Pandangan pertamaku jatuh ke mannequin dengan setelan kasual yang berada tepat di depan pintu. Kami menuju dua bagian style yang berbeda. Taeyong pergi ke bagian seberang dari tempat yang kulihat—black on black style yang berada di samping mannequin.

"Ten!" Taeyong memanggil dan aku memutar badan. Ia lalu mengisyaratkan dengan tangannya agar aku menghampirinya yang sedang memegang setelan pakaian.

"Formal banget nggak?" Tanya Taeyong sambil menempelkan setelan yang dipilih ke badannya. Aku mengangguk. Setelannya memang terlalu formal untuk sekedar dinner bareng pacar.

"Mau dinner dimana sih?"

"Pengen tau aja deh kamu," jawabnya sambil nyengir. Aku memberi tatapan sinis ke Taeyong. Padahal aku bertanya agar lebih mudah memberinya saran.

"Mau ngerayain anniversary kan? Yang santai aja. Tapi jangan santai banget. Formal dikit lah, tapi jangan kedikitan. Bagi dua lah, setengah santai setengah formal. Santai tapi formal. Formal tapi santai. Asek."

"Ngomong apaan sih?" Taeyong menatapku bingung. Jangankan dia, aku juga bingung dengan ucapan sendiri.

Seperti mengerti situasi kami, salah satu karyawan wanita menghampiri. Ia bertanya apa ada sesuatu yang bisa ia bantu. Taeyong menjelaskan situasinya. Karyawan itu langsung mengangguk mengerti, lalu membawa kami ke lantai dua, tempat style yang lain.

Daebak. Dia perempuan, tapi sangat mengerti style pria.

Hanya sekali karyawan itu menyarankan dan Taeyong langsung setuju. Setelah ia mencoba di fitting room, kami menuju kasir. Ia sangat suka pakaian yang dibelinya. Tepat setelah keluar dari toko, Taeyong berteriak sambil bertepuk tangan bahagia seperti anak kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

New Hero | [Ten NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang