PAGE 0. PROLOG

14.5K 1.5K 332
                                    

Riuh teriakkan menggema memenuhi seisi ruangan Sritex Arena. Derap kaki pemain yang sibuk berlari sembari mengontrol maupun berusaha merebut bola oranye yang menjadi objek utama hari ini pun teredam bisingnya suara suporter yang berada di bangku tribun.

Topik panas pembicaraan hari ini jatuh kepada laki-laki dengan nomor punggung 13 dan nama KALINGGA yang tercetak jelas di atas nomor tersebut. Selain orang dalam tim, tak semua pasang mata tahu kalau pemain yang menyandang posisi sebagai power forward tersebut belum sepenuhnya pulih dari insiden latihan yang menyebabkan lututnya sedikit terkilir.

Kembali pada rentetan kalimat terkait Si Nomor Punggung 13 yang gemar disuarakan suporter, sosok laki-laki tersebut sudah tidak asing lagi bagi para penggemar kompetisi basket Junior Basketball League dan Deteksi Basketball League. Selalu menyandang titel MVP sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, selalu dengan nomor punggung 13 yang acap kali ditembak sebagai angka sial oleh orang-orang.

Tak terkecuali bagi seorang perempuan yang tengah menaruh atensi sepenuhnya pada langkah kaki laki-laki tersebut, namun bukan seperti suporter lain yang tengah bersorak, ia memilih untuk memperhatikan dalam diam detail permainan yang berlangsung.

"Tadi malam aku mimpi langit mendung. Enggak turun hujan, langit gelap aja kayak mendung gitu."

Bayangan akan suara yang ia terima tadi pagi lewat telepon menggema jelas memenuhi seisi kepalanya. Sedari tadi para suporter juga mengeluhkan bunyi gemuruh dari luar yang terdengar sampai area dalam arena, mereka khawatir hujan deras akan turun dan sulit untung pulang nantinya sebab banyak yang tak membawa jas hujan. Sedari tadi pula, langit hanya mendung, namun hujan tak kunjung turun.

Kantong mata perempuan itu berkedut, pangkal lidahnya terasa kecut, pijakan kakinya pada tribun hampir merosot kala saksikan Si Nomor Punggung 13 nyaris terjatuh sebab harus merebut bola dari lawan.

Tidak. Sepertinya memang dirinya saja yang berlebihan. Lebay, seperti kata teman sekelasnya yang lain.

Tiada tempat untuk bertukar pendapat di atas kursi tribun yang keras dan dingin ini. Tidak ada teman berbincang yang duduk di dekatnya, hanya sendirian lah ia menyaksikan kompetisi sejak awal hingga akhir nanti. Indera pendengarnya menajam kala dengar nama Si Nomor Punggung 13 disebut dari belakang, tak ada keberanian untuk menoleh, ia putuskan untuk mendengarkan diam-diam sembari masih sibuk menaruh atensi pada pertandingan.

"Eh, kamu mau foto bareng dia habis match selesai? Ih, mau dong ikut."

"Ayo! Ada temen sekelasku di sana, si Chandra," hening sebentar, "Nanti kira pura-pura nyamperin Chandra dan ajak ngobrol dia, baru deh minta foto bareng habis itu. Gimana, ikut?"

"Iya, ma–"

Riuh suara suporter gempar penuhi area Sritex Arena saat lihat pelanggaran personal foul terjadi dalam lapangan. Bunyi debuk keras dapat didengar jelas oleh suporter yang duduk di bangku terdepan tribun. Beberapa suporter bahkan berdiri untuk meneriakkan protes ataupun sekadar berusaha untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi di lapangan saat ini. Terlampau berisik, rupanya sang tokoh utama yang tumbang.

Terdengar jeritan tertahan dari dekat, "Hah! Pelanggaran woy!"

Suasana serentak menjadi tak kondusif, apalagi dari bangku tribun para suporter dapat melihat sosok laki-laki dengan jersey bernomor punggung 13 dan nama KALINGGA itu memejam kesakitan, nampaknya tak lagi dapat kembali berdiri untuk mengikuti permainan.

Sial. Perpaduan angka tiga belas dengan langit yang menggelap siang ini benar-benar membawa sial.

 Perpaduan angka tiga belas dengan langit yang menggelap siang ini benar-benar membawa sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

This story is starring with

Gyuvin Kim as Andito Arvin Kalingga
Wonyoung Jang as Wyneve Ekajuwita

All the characters are adjustable with your own preferences. But I credit and thank them, because they are the muse in the back of my mind when I write this story.

Whenever you're ready to join Arvin exploring his past and future, please turn to the next page.

To Be Loved by a WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang