III.

6.3K 1.4K 212
                                    

Chapter III
That day I saw a winsome smile framed by a rosy ribbon

Arvin setengah mati berlari menuju gerbang sekolah saat melihat satpam hampir menutup penuh gerbang, setidaknya untuk hari ini ia enggan dihukum jemur di lapangan. Cuaca sedang terik-teriknya, baru membayangkan berdiri selama dua jam pelajaran di tengah muka lapangan saja sudah membuat laki-laki itu mengernyit masam.

"Pak! Tungguin, Pak!"

Jemarinya menyentuh pagar bersamaan dengan punggung tangan Pak Kamto, satpam sekolah yang dalam jalannya menutup pagar. Arvin dengan segera menyelipkan tubuhnya di antara dua pagar yang nyaris tertutup itu. Samar dapat ia dengar hela napas berat Pak Kamto di sampingnya.

Pria itu pukul tas yang dikenakan Arvin dengan tenaga sedang, lalu mengeluh kesakitan sebab rupanya Arvin bawa kotak bekal di dalam. "Setiap hari lho pasti dateng mepet terus! Rumahmu kan deket to, Le!"

Arvin hanya cengengesan saat mendengar kalimat tersebut. Laki-laki itu sedikit membungkuk hormat sebelum siap-siap berlari menuju kelas, "Makasih, Pak! Besok bukain pager lagi ya!"

Penuh langkah terburu-buru, Arvin berlari memasuki area sekolah. Ruang kelasnya terletak di lantai tiga gedung. Bina Prawira memang miliki total tiga lantai; lantai satu didominasi oleh ruang kelas milik kelas 12, lantai dua oleh kelas 11, dan lantai tiga milik para penghuni baru sekolah yaitu kelas 10. Sisi timur sekolah selalu diisi oleh kelas dengan jurusan MIPA dan sisi barat kelas dengan jurusan IPS.

Kaki Arvin bawa dirinya berlari menyusuri koridor lantai satu untuk mencapai tangga naik. Untuk sampai kesana, ia memang harus melewati kantor guru. Sebenarnya bisa saja Arvin memilih akses tangga lain yang letaknya ada di dekat kantin, memang sih ia tidak akan melewati koridor di depan ruang guru, tapi ia harus menyeberangi lapangan. Opsi kedua tersebut, lebih cari mati dibanding pertama.

Arvin sedikit membungkuk saat mulai melewati kawasan ruang guru, ruangan tersebut miliki jendela besar yang menghadap langsung ke koridor dan lapangan. Setidaknya, dengan upaya membungkuk, ia bisa tidak terlihat tengah melintas.

Sayangnya, nampaknya dewa keberuntungan Arvin sudah tuntas ia habiskan untuk menahan gerbang sekolah. Kala tengah membungkuk, ia malah melihat Bu Dani berjalan keluar ruang guru.

Pandangan beliau tentu langsung berfokus pada anak muridnya yang tengah membungkuk seperti maling yang bersiap-siap untuk kabur. Hela napas panjang beliau dapat Arvin dengar samar-samar. Tangannya bergerak, membuat gestur menyuruh Arvin mendekat.

Berdeham, Arvin berdiri tegak lalu berjalan dengan senyum dua jari ke arah wali kelasnya itu.

"Selamat pagi, Bu Dani."

"Kamu nyogok Pak Kamto pakai apalagi kali ini?"

"Eits," Arvin memasang tampang terluka, "Saya mana pernah melakukan hal kotor seperti itu, Bu. Saya kan salah satu bagian dari 10MIPA2 yang dikenal sebagai kelas teladan, tidak akan..."

Bu Dani mengedip tak sabar, "Kelas siapa kamu di jam pertama ini?"

Arvin menegakkan tubuhnya, "Siap! Pak Ilham, mata pelajaran matematika wajib!"

"Nanti tolong minta waktu Pak Ilham sekitar 10 menit untuk perkenalan," Bu Dani menjelaskan. Wanita itu memang nyaris tak pernah dilihat amarahnya, setidaknya oleh para kakak kelas. Beliau dikenal sebagai guru yang sangat sabar. Namun sepertinya kesabaran beliau perlahan mulai digerus semenjak mendapat murid didikan seperti Arvin.

"Siap! Teman-teman sudah kenal saya kok, Bu!"

"Bukan kamu!" Bu Dani sedikit menolehkan kepalanya ke dalam ruang guru, wanita itu menggerakkan tangannya untuk memanggil seseorang yang ternyata sedari tadi berdiri cukup jauh di belakangnya. Dari balik pintu, muncul seorang gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu tanpa logo di bagian kantong kemejanya. "Ini Wyneve, dia murid pindahan. Tadinya Ibu mau mengantarkan dia langsung ke kelas, tapi mumpung ada kamu, Ibu titip ya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To Be Loved by a WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang