Jangan bergantung pada suatu hal, karna bisa saja hal itu pergi dan meninggalkan mu sendiri dalam harapan tak pasti.
-Vanya🌸
Devan melirik jam tangannya, hari sudah mulai menggelap. Dan dia baru saja selesai latihan futsal, persiapan untuk pertandingan minggu depan.
"Duluan, Bro!" seru Erik, teman satu timnya.
Ia hanya mengangguk, lalu menghidupkan motornya. Kemudian mulai membelah jalan dengan kecepatan rendah. Entah kenapa dia masih ingin berlama-lama di jalan.
Menikmati dinginnya udara saat senja mulai menyapa sambil menunggu detik-detik bumi menggelap dan diganti oleh lampu-lampu jalanan atau kendaraan yang selalu berlalu lalang.
Tiba-tiba Devan merasa lapar, ia melirik beberapa pedagang kaki lima mulai berjejer di pinggir jalan. Tapi ia sedang tidak ingin makan makanan berat. Jadilah ia berhenti di depan minimarket.
Membeli sebuah roti dan susu kotak. Tidak banyak yang tau Devan menyukai kedua makanan itu.
Saat sedang berada diantrian. Devan mengecek ponselnya yang sedari tadi mati. Banyak notifikasi yang muncul, namun ia tidak begitu perduli.
Tepat saat gilirannya. Ada seorang gadis bermasker hitam menyerobot. Devan menatap gadis itu, dia membeli tiga kotak tisu.
Untuk apa dia tisu sebanyak itu?
"Sorry, gue duluan."
Devan tidak merespon perkataan gadis itu, ia hanya menatap cuek. Lalu keluar minimarket saat telah membayar pesanannya.
Mata Devan tidak sengaja menatap punggung gadis yang tadi menyerobot antriannya. Sepertinya ia mengenali perempuan itu. Tapi hari ini ia cukup lelah untuk memikirkan banyak hal.
🌸
Mengurung diri di kamar seharian adalah ciri khas sekarang Vanya saat berada dalam masalah. Ia akan merenungi semua kesalahannya sambil menyurahkan semua keluh kesahnya pada kertas putih tak berdosa.
Vanya mencoret-coret kertas itu penuh emosi. Tidak perduli kalau sekarang dia masih memakai seragam sekolah. Untung Mama belum pulang. Kalau sudah, matilah Vanya.
Berada dalam posisi ini cukup lama membuat Vanya merasa lelah. Ia segera mandi dan mengganti bajunya. Kemudian memilih baju di lemari. Tapi hoddie berwarna abu-abu menarik perhatian Vanya. Sedikit menjinjit ia mengambil hoddie yang berada di lemari paling atas.
Itu milik Aditya.
Sejak kapan itu ada disana? Setau Vanya hoodie itu telah lama dikembalikannya pada Aditya.
Hoodie itu benar-benar mengganggu emosi Vanya yang sekarang sedang tidak stabil. Hal itu membuat ia kembali mengingat kejadian Aditya di beberapa moment bahagia Vanya.
Laki-laki yang mampu menguatkan Vanya untuk terus percaya diri, dan mengajarkan Vanya untuk menjadi seorang gadis mandiri.
Jujur, semenjak bersama Aditya banyak hal baik hadir dalam diri Vanya, terutama rasa sabar saat Aditya hilang entah kemana. Saat itu Vanya benar-benar menjadi lebih dewasa dengan mencoba berpikiran positif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanya
Teen FictionKarena otak tak bisa menebak kemana hati akan pergi dan hati tak bisa memastikan kemana cinta akan berlabuh. Semua terjadi dibalik kendali takdir, seperti cinta yang terkadang datang bukan untuk menetap tapi sekedar bersinggah dalam beberapa waktu. ...