Sejatinya Lisa tahu kalau hati Vernon bukan untuk dirinya. Walau raga Vernon bersamanya, tapi tidak dengan pikiran dan juga perasaannya. Fokusnya selalu saja terbelah entah ada dimana. Seperti saat ini, Lisa sibuk bercerita tentang kegiatan nya di club dancenya. Tapi Vernon hanya diam dan kadang tersenyum karena Lisa tertawa.
"Kau tahu? Ka Hanbin dan Ka Sehun itu luarbiasa dalam menggerakkan badan nya. Heem Ka Jongin juga, tapi aku tak bisa berpaling padanya. Dia tak terlalu menarik perhatian ku."
Vernon tersenyum, lalu mengangguk sambil menyuap Chiken udon nya. Walau terabaikan, Lisa masih terus saja bercerita. Tak pernah protes.
Sudah enam bulan mereka bersama, tapi benih cinta tak juga muncul. Sejujurnya Lisa merasa jika harus mengakhiri semua ini, tapi selalu menahan nya. Beranggapan kalau Vernon akan bisa membuka hati untuknya.
Melihat Vernon yang hanya memberikan ekspresi dan tanggapan yang sama membuat Lisa tersenyum tipis, setelah itu berhenti bicara dan melanjutkan memakan ramen nya.
"Lis?"
"Heem?"
"Tidak ada, habiskan makan mu dan setelah itu akan kuantar kau pulang"
Lisa hanya mengangguk tanpa menyaut. Jika Vernon sudah bilang seperti itu, Lisa bisa apa? Merengek seperti pasangan yang lain untuk ketempat lain. Atau, meminta dibelikan ice cream untuk merayu agar tak merajuk? jangan berharap lebih.
...
Mata Lisa perih, detak jantungnya begitu menggebu. Tubuhnya reflek berbalik saat matanya bertemu dengan mata Vernon di seberang sana. Tanpa kata dirinya melangkah pergi sambil memegang dadanya yang terasa nyeri.
Kekasihmu memeluk mantan di depan mu, apa kau akan baikbaik saja? jawaban Lisa tentu tidak. Karena yang ada sekarang, Lisa berlari ke arah bilik toilet dan menahan suara tangisnya walau airmata sialan ini terus mengalir.
"Kau bodoh Lisa, kau bodoh" kesalnya
Niat Lisa yang ingin bertemu dengan Rose karena mau membeli kado untuk Vernon yang akan berulang tahun akhir minggu ini sirna.
"Ce, maaf seperti nya rencana kita tidak jadi. Mingyu mengajak ku untuk menemani nya berbelanja. Maafkan aku"
Lisa menghela nafas panjang setelah menutup sambungan sepihak melalui ponselnya. Mingyu, satu alasan jika Lisa sedang berbohong.
...
Mingyu duduk sambil membawa satu cangkir teh hijau dan sepiring red velvet kesukaan Lisa.
"Jadi? Kau ingin putus dengan nya?"
Lisa mengangguk, tangan nya mengenggam secangkir teh tangat tadi. Mencoba menenangkan diri dari aliran hangat yang di salurkan melalui cangkirnya.
"Kau yakin?" tanya Mingyu lagi
Lisa mengangguk pasrah, namun air mata sialan itu lolos lagi.
"ssttt sudahlah jangan menangis. Lepaskan apa yang memang tak bisa kau genggam" ucap Mingyu
Air mata Lisa semakin deras membasahi kemeja putih Mingyu yang sedang memeluk Lisa. Untunglah cafe Mingyu tidak begitu ramai sekarang.
Mingyu dan Lisa sudah sahabatan sejak junior high school hingga sekarang masa masa kuliah semester akhir.
Dan soal Vernon? Lisa juga mengenalnya dari Mingyu. Vernon adalah kating di kampusnya, satu tim basket dengan Mingyu.
Mingyu itu dewasa, beda dengan Lisa yang masih merengek jika hatinya benar benar tak mampu menampungnya. Salah satu buktinya adalah Mingyu selalu ada disamping Lisa jika dirinya sedang masa down nya. Dan Mingyu itu mandiri, buktinya dirinya mampu berbisnis cafe kecil di pusat kota. Beda dengan Lisa yang bergantung dengan Mingyu.