Oversight || Sembilan

2K 386 58
                                    

21 Februari, mungkin bagi sebagaian orang tanggal ini hanyalah salah satu dari tanggal biasa di februari dan akan terlalui begitu saja.

Tidak bagi Yoongi yang saat ini sedang berdiri menggunakan jas hitam dengan buket bunga di tangan kirinya.

Sekalipun puluhan tahun berlalu, Min Yoongi tidak akan pernah lupa.

Sudah sepuluh menit lelaki itu berdiri dengan hanya menatap dua ukiran nama di atas batu yang baginya adalah nama terindah di dunia.

"Siang Ma, Pa." Dan akhirnya ia bersuara.

Yoongi berjongkok dengan bertumpu satu kaki, "Maaf Yoon jarang ngunjungin kalian, kayaknya Yoon cuman dateng setahun sekali."

Yoongi mengubah posisinya menjadi duduk bersila diantara makam kedua orang tuanya, "Ma, Pa, Yoon pengen rasanya nyusul kalian aja. Kadang Yoon capek bertahan di sini. Tanpa kalian. Tanpa seseorang yang bener-bener ngedukung Yoon dari hati."

Seketika Yoongi tertawa, "Kadang Yoongi juga gak tau alasan Yoongi masih disini. Kayaknya gak ada."

Yoongi memandang buket bunga yang ia pegang.

Kalian salah jika mengira Yoongi adalah seorang lelaki yang kuat. Tidak! Yoongi hanyalah seorang manusia seperti yang lainnya. Ia sangat mencintai dan merindukan orang tuanya, dan jika ia sudah benar-benar merindukan mereka, ia akan menangis.

Ingat, menangisi orang yang dicintai bukanlah ciri dari cowok lemah, namun itulah arti dari lelaki sejati.

Yoongi mungkin akan sangat malu jika ia harus menangis di depan teman-temannya atau siapapun itu. Tapi hanya di depan orang tuanya ia berani menangis tanpa malu.

"Yoongi gak punya alasan, Yoongi harus apa?"

🐋🐋🐋

"Iya sebentar!" Teriak Seungwan dari dalam kamar mandi, tak kala saat mendengar pintu kamarnya di ketuk.

Setelah benar-benar menyelesaikan urusannya, gadis itu bergegas membukan pintu kamar. Mendapati sosok Min Yoongi yang sudah dua hari tidak ia temui.

"Kak Yoongi? Ada apa?" Tanya Seungwan mendadak canggung.

Yoongi berjalan masuk tanpa diminta. Melepas sepatu dan berbaring di atas kasur sambil meregangkan tangan, "Gue mendadak kangen seprai doraemon lo."

Seungwan menutup pintu, berjalan ke arah kasur dan berkacak pinggang, "Kak Yoongi! Kebiasaan deh! Seenak jidat banget di kamar aku!"

"Abisan kamar lo wangi, gue betah. Berasa kamar sendiri jadinya."

"Ish! Bangun," Seungwan menarik paksa lengan Yoongi, "Lagian kakak kok bisa sih gampang banget naik ke kamarku." Ia masih menarik lengan Yoongi.

"Gue sogok ibu kost nya pake martabak. Selese."

Walaupun sudah mengerahkan segala tenaga yang Seungwan miliki, Yoongi tidak bergerak sedikitpun dari kasur. Menyerah, Seungwan membuang tangan Yoongi begitu saja, "Ngeselin!kesalnya sambil memanyunkan bibir.

Melihatnya Yoongi tertawa terbahak, ia bahkan harus memegangi perutnya karena sakit.

"Ih kok malah di ketawain? Jahat banget."

"Duh sorry, abisan lo gemesin banget sampe pengen gue rebus."

"Tuh kan ngeselin!" Seungwan mengambil bantal dan memukulkannya berulang kali kepada Yoongi. Membuat Yoongi tertawa sambil meringis.

"Iya-iya ampun. Stop Wan," Ampun Yoongi masih dengan selingan tawa.

Belum juga berhenti, Yoongi menarik bantal yang menjadi senjata Seungwan, membuat keseimbangan gadis itu goyah dan berakhir jatuh tertidur di sebelah Yoongi.

OversightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang