1

127 11 0
                                    

Namanya Liona, sekretaris bos di sebuah perusahaan besar. Yang dimana perempuan muda dengan paras cantik tapi tidak dengan otaknya. Tidak pernah sekalipun ia berlaku layaknya seorang sekretaris. Bahkan menulis sebuah
laporan kegiatan rapat saja dia meminta adiknya yang masih berkuliah di rumah. Bagaimana caranya dia bisa di terima kerja di perusahaan besar? Sebuah ke
ajaiban.

“LIONA!” Teriak Gerry bos muda di sebuah perusahaan ternama di
Jakarta. Milianeer Group nama perusahaannya, perusahaan ini bergerak dibidang perikalanan. Liona masih saja memoles wajahnya dengan bedak, hingga wajahnya berlapis diamond dan kacang mede yang siap dijilat anak kecil.

“LIONA!” Teriak Gerry sekali lagi. Namun tak ada jawaban dari Liona.
Mungkin dia masih menikmati fasilitas bedak berlapis kacang mede di mejanya.

“LIONA DENGER GA KALAU SAYA PANGGIL!” Kata Gerry yang sudah ada di depan meja Liona. Liona kaget dan langsung berdiri, bahkan wajahnya masih setengah yang terkena bedak, padahal dia sudah menghabiskan waktu tiga puluh menit hanya untuk memoles wajahnya.

“SIAP PAK BOS.” Katanya dengan wajah setengah berbeda dengan wajah bagian lainnya, kalau di lihat seperti panu lah.

“Ini tuh kantor, bukan salon” Kata Gerry geram. “Ke ruangan saya sekarang” Kata Gerry masih kesal.

“Kapan Pak BOS?” Tanya Liona.

“Besok” Jawab Gerry.

“Siap” Kata Liona dan kembali duduk
dengan bedaknya.

“SEKARANG LIONA” Teriak Gerry dari dalam ruangan, dan Liona masuk dengan sepersekian detik.

Liona duduk di depan meja Gerry. Hampir setiap hari dia kena omel Gerry. Tetap saja tidak pernah taubat. Otak Liona terkenal dengan lambat, seperti jaringan 2G.

“Apa salah saya pak BOS?” Kata Liona dengan polos dan menatap langsung ke mata Gerry.

“Liat tuh laporan kamu” Gerry melempar kertas yang sudah tersusun rapi di hadapan Liona. “Dibaca!” Teriak Gerry lagi.

“Loh dibaca apa diliatin nih?” Tanya Liona masih dengan polosnya.

“DI-BA-GI-IN” Kata Gerry mengeja.

“Yaudah, fotocopy dulu berarti ya?” Tanya nya lagi.

“YA DI BACALAH” Gerry tampak semakin kesal.

Liona mulai membaca, setelah beberapa menit bahkan hampir tiga puluh menit.

“udah bacanya?” Tanya Gerry.

“Udah pak” Kata Liona sambal menutup laporannya.

“Apa?”Tanya Gerry.

“YA GA ADA-LAH” Kata Liona dengan bangga dan tersenyum bahagia. “Bapak kalau mau muji jangan gitu lah pak, kan saya jadi engga enak” Kata Liona.

“KAMU SAYA PECAT” Kata Gerry kencang. Wajah Liona memucat.
Walaupun dia lemot, tapi dia tahu apa itu ‘pecat’.

Saat itu dunia terasa terhenti
bagi Liona. Gerry tersenyum simpul karena akhirnya terlepas dari Liona, seharusnya dia bisa saja memecat Liona dari lama.

Sudah sebulan Liona menganggur, tidak ada yang bisa ia kerjakan. Saat itu ia berubah. Ia mencoba belajar dengan Lika adiknya.

Sebenarnya Liona sangat pintar, saat sekolah dulu dia tidak pernah keluar dari tiga besar. Tidak lah, apa dia yang pintar, atau teman sekelasnya yang bodoh. Liona mencoba mencari kerja setelah menganggur.

Dia mencoba melamar sebagai sekretaris lagi di sebuah perusahaan, yang lagi-lagi perusahaan iklan. Otaknya sudah meningkat, yang tadinya super lemot menjadi lemot. Yang tadinya 2G sudah menjadi H+ lah.

Dan betapa ajaibnya seminggu kemudia, ia diterima kerja sebagai
sekretaris manager di perusahaan iklan.

“Sebagai pekerjaan pertama, saya mau kamu bikin jadwal meeting saya, ini jadwalnya, kamu ketik yang rapi” Kata Vino sang manager.

Dia membuat jadwal itu serapi mungkin, Lika sudah mengajari Liona. Mungkin Liona pintar dalam pelajaran, tapi tidak dalam praktek. Setelah beberapa waktu dia menyerahkan hasil kerjanya kepada Vino.

“Permisi” Liona masuk ke ruang meeting saat meeting sedang berjalan.

“Pak ini jadwal meetingnya sudah jadi pak” Liona melanjutkan kata-katanya tanpa ada salah sedikitpun,dan para client pun ikut bingung melihat Liona.

“Permisi sebentar ya pak” Kata Vino dan menuntun Liona keluar ruangan.

Vino adalah orang yang santai, dia tidak marah pada Liona, dia malah terhibur dengan kelakuan gadis ini.

“Kenapa lo main masuk aja sih na? jangan bikin gua ngakak” Kata Vino
tertawa, tapi tidak dengan Liona.

“Ok maaf, garing ya? Mana sini gua lihat hasil kerja lo” Kata Vino dengan hasil print yang sudah di tangannya.

“Bagus juga kerja lo, ga sia-sia gua milih lo jadi sekretaris lo” Vino
tersenyum ramah pada Liona, itu juga membuat Liona tersenyum. Rasanya itu pertama kali pekerjaan Liona benar barangkali.

“Oke pak, saya mau makan dulu ya pak, saya lapar” Kata Liona sambal
mengelus perutnya.

“Jangan lama-lama, kerjaan kamu masih banyak” Kata Vino dan kembali masuk ke ruang meeting.

-------------------------
Haay, ini cerita pendek saya. Cuman ada 4 part + Extra Part. Vote ya kalau kalian suka. Dan waktu updatenya juga agak lama karena part ceritanya yang sedikit. Makasih😁

Sekretaris Lemot [3/4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang