ㅡ bagian 1

527 25 0
                                    

Because I know, your heart unable to win.

×÷×

Seungcheol baru saja akan pergi ke ruang meeting jika telepon di samping laptopnya tidak berdering. Ia mengangkatnya dengan setengah kesal.

"Ada apa?!"

"Nona Agatha Blendeonza Merssya sudah tiba di rumah, Tuan." Suara tua di seberang sana menjawab.

Wajah Seungcheol berubah menjadi senang. "Benarkah? Aku akan segera ke sana sekarang!"

×÷×

Agatha menjejakkan kakinya di rumah besar nan megah milik ayahnya itu. Ia berdecak kagum melihat pemandangan di hadapannya. Selama berada di China, ia belum pernah melihat hal menakjubkan seperti ini.

Agatha menengok ke arah Bi Yuljae. "Ini benar-benar rumah daddy Cheol?"

"Benar, Non. Senang bisa melihat Non Agatha kembali ke rumah." Bi Yuljae tersenyum. "Tuan Seungcheol pasti akan senang."

Agatha mendengar suara derum mesin mobil dari luar. Ia memperhatikan arah pintu dengan sabar. Sampai, akhirnya sesosok pria berjas hitam muncul dari sana. Raut wajah pria itu yang tadinya senang, berubah menjadi tegang. Dia berhenti tepat beberapa meter darinya.

"Bi Yuljae, pria ini siapa?" Agatha memperhatikan Seungcheol di hadapannya.

Seungcheol menelan salivanya.

"Ini Tuan Seungcheol. Daddy-nya Agatha."

Mata Agatha berbinar. "Daddy?"

Agatha berjalan pelan ke arah Seungcheol setelah sebelumnya meninggalkan kopernya bersama Bi Yuljae.

Fokus Seungcheol tidak bisa terlepas dari Agatha.

"Boleh aku memelukmu, daddy?"

Jantungnya terasa berhenti berdetak. Pikirannya buyar.

Tangannya hendak meraih tubuh Agatha dan membawanya ke dalam pelukannya dengan erat. Tapi, ia menahan dirinya dengan hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Agatha berhambur ke tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Tangannya ragu untuk membalasnya. Tapi, ia harus melakukannya.

Dan, ia membalas pelukan itu. Sangat erat. Ia menghirup aroma stroberi dari rambut Agatha dalam-dalam.

Ini bukan rindu biasa.

Agatha berbisik, "Aku sangat merindukanmu, daddy."

Darah di tubuh Seungcheol berdesir. Ia berharap, Agatha tidak mendengar detak jantungnya sekarang. "Aku juga."

Seungcheol menoleh sebentar ke arah Bi Yuljae yang menatapnya dengan tatapan tak percaya. Ketua asisten rumah tangganya itu menggelengkan kepalanya. Memohon.

Ia mengabaikannya. Ia terlanjur larut dalam pelukan itu. Pelukan yang ia tahu seharusnya tak ia lakukan.

×÷×

"Bi Yuljae, kunci cadangan kamar Agatha akan kupegang."

Bi Yuljae terhenyak kaget. "Tapi.. kenapa, Tuan?"

"Maksud Tuan-"

Seungcheol meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, menyuruh agar Bi Yuljae berhenti berbicara.

Ia memutar-mutar kunci kamar Agatha. "Kenapa kau tak bilang kepadaku jika Agatha sudah berusia 17 tahun?"

"Kau pikir, aku akan menikahinya? Ayolah, dia anakku." lanjutnya seraya tertawa kecil.

Ia lalu melengang pergi, keluar dari ruangan Bi Yuljae. Ia berjalan pelan, menuruni tangga sambil melepas jasnya dan menggulung lengan kemeja putihnya sampai sikut.

Saat ia hendak kembali ke kantor, ia melihat Agatha sedang sibuk menata makanan di atas meja makan. Kakinya tergerak untuk menghampiri gadis itu.

"Dinner?" Seungcheol lalu duduk di kursi makan. Ia bahkan langsung lupa dengan niat yang baru saja akan ia lakukan.

"Bi Heigi terlihat kelelahan, jadi aku saja yang memasak." Agatha lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Seungcheol. "Aku harap, daddy suka."

Seungcheol tertawa kecil. "Bagaimana bisa aku memiliki alasan tidak suka untuk semua makanan yang terlihat sangat enak ini?"

Agatha dengan refleks mendekatkan wajahnya ke Seungcheol. "Daddy seorang pujangga, ya?"

Mata Seungcheol menatap dalam mata jingga milik Agatha. Ia lalu mencubit pelan hidung gadis itu. "Aku lapar. Cepatlah siapkan makanan untukku."

Cepatlah, menyingkir. Jangan membuatku seperti iblis. Batin Seungcheol.

Agatha kembali duduk. "Aku dengar dari Bi Heigi, daddy jarang makan di rumah. Memang-"

"Ah, aku hampir lupa!" Agatha bangkit dari duduknya. "Aku akan memanggil yang lainnya untuk dinner juga."

Seungcheol menahan tangan Agatha. "Agatha, jangan."

"Memangnya kenapa, daddy?"

"Kau baru saja bertemu denganku. Aku hanya ingin kita dinner berdua. Quality time keluarga."

"Nanti, setelah selesai dinner, baru asisten rumah tangga makan. Itu aturannya." Seungcheol menambahkan.

Agatha mengangguk. Ia lalu menyiapkan makanan di atas piring Seungcheol. Selesainya, ia menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

"Aku dengar, kau siswi terpandai di Shanghai." Seungcheol menelan makanan yang baru saja dikunyahnya. "Kau akan melanjutkan sekolah sekarang?"

Agatha tersenyum kecil. "Tentu saja. Aku akan tetap sekolah di Shanghai."

Seungcheol menatap tajam ke arah Agatha. "Apa maksudmu?"

"Paman Mingyu mengatakan jika aku hanya berlibur selama musim panas di sini." Agatha menjawab dengan nada bingung.

Seungcheol menahan napas untuk beberapa saat. Ia lalu mengatakan, "Agatha, dengarkan aku. Kau akan tinggal bersamaku. Di sini." Ia berdiri, hendak pergi.

Agatha ikut berdiri. "Tapi, daddy. Bagaimana dengan sekolahku?"

"Kau akan homeschooling!"

×÷×

to be continued..

✛ daddy cheol | csc⏸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang