"Seungcheol tahu kita di Jeju sekarang."
Agatha menghela napas. Rasa panik langsung menyelimutinya. "Pasti, gara-gara GPS ponselku menyala."
"Tak apa. Jika aku di posisimu juga, aku akan seperti itu." Seungkwan mengusap pelan rambut panjang Agatha. "Makanlah. Kami akan membawamu pergi lagi."
"Tidak sempat. Mereka sudah sampai di pelabuhan." Jisoo mulai memakai tas pink milik Agatha. "Tinggalkan ponselmu di sini. Kita harus pergi sekarang."
Baru saja Agatha hendak melangkah ke pintu, suara ketukan di sana sudah terlebih dahulu menyambutnya, juga menyambut Jisoo dan Seungkwan yang berdiri di belakangnya.
Seungkwan berseru pelan, "Ruang bawah tanah!"
Jisoo menggenggam erat tangan Agatha, dan membawanya ke ruang bawah tanah lewat lantai papan rumah Seungkwan yang memang berperan sebagai pintu utama. Setelah Seungkwan masuk, ia menutup pintunya serapi mungkin. Ia lalu beralih memeluk Agatha karena tangan gadis itu bergetar cukup hebat digenggamannya.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara derap langkah di atas mereka.
Diusapnya dengan penuh kelembutan rambut Agatha. Jisoo lalu berbisik, "Jangan takut. Aku ada di sini."
×÷×
"Seungkwan. Jisoo." Seungcheol masuk ke dalam rumah Seungkwan. "Tidakkah kalian menyambutku, juga kesepuluh sahabatmu?"
Tak ada suara yang menjawab.
Mata Seungcheol langsung tertarik dengan sebuah ponsel yang tergeletak diam di atas meja makan. Ia menghampirinya, lalu menekan tombol power.
Foto Agatha yang sedang tertawa dengan latar kapal langsung menyambutnya. Ia lalu menekan angka per angka untuk membuka kunci ponsel.
Ini bukan ponsel Agatha. Tapi, ini ponsel Jisoo.
Ia mengetahuinya dari bahasa ponsel yang dipakai. Ia tahu jika ponsel Agatha memakai bahasa China. Selain itu, Seungkwan tidak memakai ponsel dengan merk Apple, melainkan Samsung.
"Jisoo, kau mempermainkanku." Seungcheol dengan penuh amarah, langsung melemparkan ponsel tersebut sampai hancur berkeping-keping.
Jeonghan dan Jun yang memperhatikan dari tadi, menahan napas sebentar. Sepertinya, Seungcheol tak hanya akan menghajar habis-habisan Jisoo. Ia bisa saja membunuhnya.
"Tak ada siapa-siapa di rumah ini." Jihoon datang dari arah kamar.
Seungcheol menatap serpihan ponsel di pojok dapur itu. Pandangannya tak sengaja menangkap salah satu papan yang terlihat tidak sesuai dengan tempatnya. Sampai, akhirnya ia menyadari sesuatu.
Ia tersenyum miring. "Tentu saja tidak ada siapa-siapa di sini. Karena, mereka sudah lari." Ia lalu membuka papan itu.
Dugaannya benar.
Minghao menggelengkan kepalanya, tak percaya. "Ruang bawah tanah."
"Lima orang ikut denganku, sisanya berjaga di luar."
Setelah mengintruksikan, Seungcheol langsung terjun ke ruang bawah tanah dan menyalakan lampu. Jihoon, Chan, Wonwoo, Hansol, dan Mingyu dibiarkan terlebih dahulu berjalan di depannya. Saat ia hendak menyusul kelima sahabatnya, seseorang menendang punggungnya dari belakang dengan keras, namun untungnya dia bisa menahan tubuhnya agar dia tidak jatuh. Ia menoleh, dan melihat sosok Jisoo baru saja keluar dari ruangan ini.
Seungcheol segera menyusul sambil berteriak, "Tahan mereka!"
×÷×

KAMU SEDANG MEMBACA
✛ daddy cheol | csc⏸
Fanfiction[17+] What's if.. your daddy didn't love you as his daughter?