ㅡ bagian 2

300 14 2
                                    

"WOY! MINGYU DI MANA?"

Chan langsung bangkit dari duduknya, begitupun dengan Wonwoo dan Hansol. Mereka langsung menahan tubuh Seungcheol yang seperti akan menerkam dan memakan Mingyu hidup-hidup.

Mingyu mundur beberapa langkah. "Woah, ada apa ini?"

Setelah merasa Seungcheol sedikit tenang, Chan mengintruksikan agar mereka kembali duduk.

Seungcheol menarik napas panjang. "Maksudmu apa membohongi Agatha?"

"Come on, dia hanya putrimu dengan usia 7 tahun, 'kan?" Mingyu dengan santainya duduk di samping Wonwoo.

Seungcheol duduk di hadapan Mingyu. Dia menatap salah satu sahabatnya itu dengan serius. "Dia gadis berusia 17 tahun."

Wonwoo tersedak dengan wine yang baru saja ditenggaknya. Hal yang sama terjadi juga pada Mingyu.

"Is it your fuckin joke, dude?" Hansol melempari Seungcheol dengan kulit kacang.

"Aku bahkan tidak tahu jika dia berumur 17 tahun! Kau tahu, saat aku seharusnya menjemputnya di bandara, aku tidak bisa. Jadi, aku memutuskan untuk meneleponnya." Mingyu berhenti sebentar untuk meminum wine yang baru saja dituangkannya ke dalam gelas. "Suara putrimu benar-benar lucu, jadi aku beranggapan usianya 7 tahun."

"Terdengar menggemaskan sekali saat mendengar gadis 17 tahun memiliki nada bicara yang lucu, bukan? Sepertinya, kau harus mengajak kami untuk bertemu putrimu." Jun duduk di samping Seungcheol. "I really can't imagine how freakin perfect she is."

Chan tertawa kecil. "Kita terkesan seperti seorang pedofilia, isn't?"

"Ayolah, yang benar saja." Wonwoo ikut tertawa kecil.

"Hei, aku serius! Apakah aku-"

"Dad?"

Seungcheol terdiam. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat Agatha sedang celingak-celinguk, sampai akhirnya gadis itu melihat ke arahnya dan melambaikan tangannya.

"God. I'm so speachless." Mingyu mengatakannya dengan pelan, namun Seungcheol masih bisa mendengarnya.

Maka dari itu, Seungcheol segera menghampiri Agatha. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Agatha langsung menutup hidungnya. "Daddy minum?"

Jun menggelengkan kepalanya. Tidak percaya. "Woah, kau benar-benar tidak berbohong."

"Paman-paman ini temannya daddy, ya?" Agatha hendak menghampiri Jun, Wonwoo, Mingyu, Hansol, dan Chan. Namun, saat melihat botol-botol wine di meja, ia mengurungkan niatnya.

Wonwoo yang mengerti langsung mengatakan, "Kita harus menghilangkan aroma wine dari tubuh kita. Baru, kita ngobrol dengan Agatha."

×÷×

"Jadi, kau murid Shanghai? Daddy-mu harusnya berbangga, apalagi dengan kepandaianmu itu."

Seungcheol mendengus pelan. "Ini saatnya aku mengurus Agatha. Putriku akan homeschooling. Aku mempercayai Wonwoo dan Chan untuk menjadi guru Agatha."

"Aku tidak merasa keberatan." Chan menelan sushi yang baru saja dikunyahnya.

Wonwoo mengangguk kecil. "Aku juga. Asalkan, Agatha juga tidak merasa terpaksa untuk homeschooling."

Agatha menyeruput es tehnya. "Jika menurut daddy itu keputusan yang terbaik, aku akan menjalaninya."

"Lalu, apakah kau punya pacar atau.. berpacaran?"

Pertanyaan Mingyu membuat Seungcheol menegang.

"Aku terlalu sibuk untuk belajar, jadi ya.. tidak pernah."

"Apakah kau sedang mengode, Mingyu?" Tanpa menoleh, Seungcheol meratakan bumbu BBQ di atas pastanya dengan sumpit.

"Siapa pun akan terpikat dengan mata oranye milik Agatha. Aku hanya mengingatkanmu untuk menjaga anakmu dengan baik. Don't you know what I mean?"

"But, don't worry. Sahabat-sahabatmu akan selalu mencoba untuk membantumu." Jun menambahkan. "Kita juga sudah lama tidak berkelahi."

"What?" Agatha yang menyimak akhirnya membuka suara lagi.

"They're just fooling around, baby. Don't take it seriously." Seungcheol melirik tajam ke arah sahabat-sahabatnya. "Am I right?"

"Yeah, of course." Mingyu mengangguk dengan cepat. "Agatha, kau masih lapar?"

Agatha tersenyum kecil. "Ya, aku ingin sushi semenjak melihat Paman Chan memakannya juga."

"Aku akan memesankannya untukmu."

×÷×

"Sahabat-sahabat daddy baik sekali."

"Jadi, kau jangan takut. Ya, meskipun mereka kadang menyebalkan, tapi mereka tahu batasan."

Agatha mengangguk kecil. "Bagaimana jika kita makan tteokbokki di kedai itu? Terlihat enak."

"Masih lapar?" Seungcheol tertawa kecil. "Baiklah. Daddy juga masih lapar."

Setelah memarkirkan mobilnya, Seungcheol turun terlebih dahulu untuk membukakan pintu mobil.

"Take my hand, baby." Seungcheol mengulurkan tangannya.

Agatha membalasnya. "Sure, daddy."

Seungcheol lalu merangkul Agatha, dan membawanya masuk ke dalam kedai tteokbokki. Mereka duduk, lalu memilih menu yang tersedia.

"Aku ingin Pedas level 2." Seungcheol menyerahkan buku menu kepada Agatha. "What do you want?"

"Aku ingin Ekstra Pedas level 3."

"Agatha-"

"Aku akan baik-baik saja. Trust me, please."

"Baiklah jika itu maumu."

15 menit kemudian, pesanan mereka datang. Agatha terlihat antusias, sedangkan Seungcheol.. dia menelan salivanya.

Dia pikir, Pedas level 2 tidak akan terlihat sepedas ini.

"Dad?"

Teguran Agatha membuat Seungcheol tersadar. "Ah, ya?"

"Kau harus memakan makananmu. Nanti dingin."

"Tentu saja." Seungcheol mengambil sumpitnya, lalu mulai memakan tteokbokki-nya. Satu per satu.

Tapi.. INI TERLALU PEDAS!

Ia sampai harus membuka jasnya. Itu karena saking gerahnya.

Agatha takjub ketika melihat Seungcheol yang begitu cepat menghabiskan makanannya.

"Daddy, kalau makan itu pelan-pelan."

Seungcheol terdiam ketika jempol Agatha menyeka mulutnya yang mungkin.. penuh dengan saus.

"Minum susu ini. Kau terlihat sangat kepedasan."

"Kapan kau memesannya?" Seungcheol lalu meneguk habis segelas susu tersebut.

"Kau terlalu sibuk makan. Jadi, kau tidak sadar."

"Kau tidak kepedasan? Padahal, kau memesan Ekstra Pedas level 3 dan itu terlihat.. merah sekali."

"Makan pedas terlalu terburu-terburu akan meninggalkan rasa sakit di telingaku. Jadi, aku memakannya dengan pelan."

Seungcheol tertawa kecil. "Itu cukup masuk di akalku."

"Hei, di mana letak lucunya?" Agatha memukul dada Seungcheol dengan kesal.

Seungcheol mencubit pipi Agatha dengan gemas. "Oh, God. You're so cute."

"Stop, please and let's go home!"

×÷×

to be continued..

✛ daddy cheol | csc⏸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang