"Gangneung."
Agatha bergumam, lalu mencoba menghirup udara yang terasa sangat segar, yang cukup sulit ia dapatkan di Seoul. Ia memandang Seungcheol, Chan, Mingyu dan Febby yang telah lebih dahulu jalan di depannya.
Terdapat banyak perkebunan kubis dan anggur merah di sini.
"Kau menyukainya?" Agatha menoleh ke arah Seungcheol yang entah dari kapan sudah ada di sampingnya.
Ia mengangguk kecil. "Daddy terlihat sangat lelah."
"Ya, aku akan istirahat setelah sampai di rumah Febby. Kau juga. Kau harus istirahat."
"Of course, daddy!" Agatha mengangkat tangannya, kemudian hormat.
Seungcheol tertawa kecil lalu mengusap lembut kepala putrinya itu. "My cute baby girl."
×÷×
Agatha berjalan pelan, menjaga agar langkah kakinya tidak menimbulkan suara berisik saat ia menginjak lantai kayu tersebut. Sesekali ia menengok ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Setelah dirasa aman, ia lalu berlari menjauh dari rumah Febby dan memasuki perkebunan kubis milik teman barunya itu. Di sana, ia mulai berjalan dengan tenang dan santai.
Sebenarnya, ia ingin membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan Seungcheol. Bagaimanapun, gerak-gerik dan tingkah laku dari daddy-nya itu terasa sangat berbeda. Seprotektif apa pun seorang ayah, tidak akan terasa seperti yang dirasakannya.. saat ini.
Tatapan itu.. Terasa beda sekali. Bukan tatapan kasih sayang seorang ayah kepada anak perempuannya. Tetapi, tatapan seorang pria kepada wanita yang dicintainya.
Jika Seungcheol memang benar bukan daddy-nya.. apa yang akan ia lakukan? Ia.. terlanjur merasa aman dan nyamaan saat berada di dekat Seungcheol.
Tapi, bagaimana jika Seungcheol adalah orang yang jahat? Dan, sahabat-sahabatnya juga? Ia harus lari ke mana, sementara mereka adalah orang-orang yang berkuasa penuh di Asia? Mereka akan mudah mengerahkan orang lain untuk menangkapnya. Dan..
Pikiran-pikiran itu terus berputar di otaknya. Ia bahkan sampai tak sadar jika ia sudah berjalan terlalu jauh.
"Hei, kau! Ke sini!" Sebuah tangan menarik Agatha secara kuat ke arah sebuah pohon cengkih yang cukup besar. Ia yang masih kaget mencoba untuk melepaskan tangan kasar tersebut.
Namun, pria paruh baya tersebut malah mendorongnya ke batang pohon tersebut sampai ia terjatuh. Ia merasakan punggungnya berdenyut-denyut. Sakit.
"Kau! Sebaiknya, kau cepat melarikan diri dari pria keparat itu!"
Agatha mengernyit. "Siapa yang anda maksud..?"
"Tentu Seungcheol! Lari sebelum terlambat!"
"Mengapa saya harus mempercayai anda? Seungcheol adalah ayah saya. Jadi-"
"KARENA DIA TELAH MEMBUNUH ANAKKU!" Pria itu berteriak frustasi dengan disusul air mata yang mengalir di kedua pipi keriputnya. "Dia telah membunuh Bella.."
Pupil mata Agatha membulat sempurna. Ia menggelengkan kepalanya, tak percaya! "Tidak mungkin! Bella adalah ibu saya, dan beliau masih mengurus saya sampai usia saya 10 tahun! Anda jangan me-"
"Aku melihat dengan mataku sendiri jika Seungcheol-"
"ANDA HANYALAH ORANG YANG KEHILANGAN AKAL WARAS!" Agatha merasa kesal dengan pria paruh baya itu. Dadanya membuncah, matanya terasa panas.
Saat Agatha mencoba untuk pergi, pria itu malah membenturkan kembali tubuhnya ke batang pohon. Ia lalu mencekik leher Agatha dengan kencang dan mengambil pisau lipat dari saku celana dengan tangan kirinya.
Sementara itu, Agatha sendiri mencoba untuk melepaskan dirinya sebelum ia kehabisan napas. Pria itu berhasil menyayat pipi kanannya dan seketika ia langsung diserang dengan rasa perih dan aroma anyir darah. Kakinya perlahan terbebas, dan dengan kesempatan itu, ia menendang perut pria paruh baya tersebut menggunakan lututnya.
Ia kemudian berlari, sekuat yang kedua kakinya bisa lakukan.
×÷×
Agatha terbangun dari tidurnya di tengah malam, karena tenggorokannya terasa kering. Ia berjalan gontai ke arah pintu. Dengan setengah sadar dan tidak sadar, ia berjalan ke dapur. Digapainya gelas di lemari, lalu mengambil botol air es. Ia meneguk habis segelas besar dalam hitungan detik. Saking hausnya.
Saat ia hendak kembali ke kamarnya, ia melihat sosok Seungcheol di sofa yang baru disadarinya ada di sana. Namun.. bukan dengan pemandangan yang baik. Ada beberapa bekas rokok di asbak dan beberapa botol wine di atas meja. Dan, daddy-nya itu terlihat sedang mabuk berat. Buktinya, ia melihat tangan pria itu gemetar ketika akan menuangkan sisa wine dari botol ke dalam sebuah gelas kecil.
Apa ini.. disebabkan olehnya? Tadi sore, ia sepenuhnya mengabaikan Seungcheol bahkan tak menjawab pertanyaan dari daddy-nya itu sama sekali. Ia hanya menundukkan kepalanya lalu mengunci diri di kamar.
Tapi, mengapa harus seperti ini?
Entah didorong keberanian dari mana, Agatha malah berjalan mendekati Seungcheol. Ia duduk di samping pria itu, lalu menyentuh pundaknya dengan lembut. "Daddy.. Are you okay?"
Seungcheol perlahan menoleh dan menampakkan kedua mata sendunya kepada Agatha. Ia dapat melihat gadis itu. Sangat jelas. Tangannya ia tumpukan ke sofa. "I'm good.." Ia meneguk sisa wine yang berhasil ia tuangkan. "Since you here.."
"Daddy, stop it!" Agatha merebut gelas itu, menyingkirkannya sejauh mungkin dari Seungcheol. "Jika memang daddy butuh bantuan, aku akan coba bantu, sebisa mungkin. Tidak usah minum-minum seperti ini."
"Are you sure that.. you can help me?"
"Why not?"
"I miss your Mommy. And.. when it comes, I always need a warm-hug from her before I sleep. Can you do that for me?"
Agatha merasa tak tega. Ia lalu mengangguk kecil, tanda setuju. Seungcheol tersenyum tipis, lalu ia pergi ke kamarnya.
"He's so childish." Agatha bergumam sambil terkekeh pelan. Ia lalu berjalan ke arah kamarnya dan membaringkan diri. Dipakainya selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kepala.
Ia memejamkan matanya, sampai terdengar suara derit ranjang dan bisa ia tebak jika Seungcheol sudah tiduran di sampingnya.
"Come here." Seungcheol mengangkat kepala Agatha dengan penuh kelembutan. Ia lalu menggantikan bantal gadis itu dengan lengannya. "Is it okay?"
Agatha memeluk Seungcheol. "It's okay." Ia dapat mendengar dengan jelas helaan napas daddy-nya itu. Terasa sangat menenangkan.
"I'm sorry for today, daddy. Sorry for ignored you. I really-"
"Sshh. You should go back to sleep, okay?" Seungcheol mengecup pucuk kepala Agatha. "Strawberry shampoo? The smell is so good."
"Go to sleep, Dad."
Suara Seungcheol tak terdengar lagi. Agatha hanya dapat mendengarkan helaan napas daddy-nya. Seperti tadi. Ia perlahan membuka matanya dan menengadahkan wajahnya.
Wajah Seungcheol terlihat kelelahan sekali. Ia mengusap pelan pipi pria itu, kemudian mengecup bibirnya. Cukup lama.
"Have a good dream, Dad. I love you."
×÷×
Seungcheol menyentuh bibirnya. Ia masih ingat bagaimana lembutnya bibir mungil Agatha mengecup bibirnya dengan lama. Ia tertawa sendiri, merasa salah tingkah.
Ia langsung terdiam ketika menyadari bahwa Mingyu memperhatikannya. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Tadi kau menyapaku, hyung. Tidakkah kau menyadarinya?" Mingyu merasa heran.
"Oh ya? Yasudah." Seungcheol mengambil cangkir kopinya lalu melengang pergi.
Mingyu bergumam, "Dasar gak jelas."
"I CAN HEAR YOU!"
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
✛ daddy cheol | csc⏸
Fanfiction[17+] What's if.. your daddy didn't love you as his daughter?