II | Kesalahpahaman

1.6K 311 180
                                    

"Kehadiranmu di tengah-tengah kisah orang lain bisa saja menjadi bencana, jika itu terjadi di waktu yang salah"

...

"Lo beneran selingkuhin sahabat gue, siapa tadi namanya Alia?" Cengkraman pada kerah baju Keenan semakin kuat disusul dengan sebuah pukulan di pipinya.

"Gue bisa jelasin!" sentaknya. Keenan memang tak suka dengan perkelahian apalagi dengan sahabatnya sendiri. Sembari mengusap sudut bibirnya yang berdarah, ia berjalan tertatih-tatih ke arah seorang gadis.

"Nay ini gak seperti yang kamu bayangkan" ucapnya sambil menghapus air mata di pipi gadis itu. Ia merasa bersalah dengan gadis yang setahun belakangan ini mengisi hari-harinya.

"Alah bacot lo!"

"BIAN UDAH!" ucap Naya saat Fabian ingin memukul Keenan lagi. Ya, sosok laki-laki bermata tajam yang dimaksud Anna tadi adalah Fabian Bertrand Alexander. Kepalan tangan Fabian yang awalnya ingin menonjok wajah Keenan, akhirnya tidak jadi.

"Aku bisa jelasin" ucap Keenan lagi. Ia tak peduli Fabian akan memukulnya lagi atau tidak yang penting menurutnya sekarang adalah gadis dihadapannya ini.

"Kamu duduk disana dulu aku ambilin obat, luka kamu itu harus segera diobati"

"Tap__i" Keenan kembali menelan ucapannya ketika gadis itu pergi dari hadapannya. Ia segera duduk di salah satu sofa ruangan itu. Entah sejak kapan tinggal ada dirinya dan Naya di ruangan itu.

"Sekarang kamu diam aku obatin dulu. Penjelasannya nanti saja" Keenan menatap lekat-lekat wajah gadis di depannya ini. Gadis ini memang baik tapi masih susah bagi Keenan untuk membuka perasaannya walaupun pada kenyataannya ia memang merasa nyaman pada gadis yang bernama Naya itu.

Tangan Keenan memegang tangan Naya yang masih menekan-nekan luka di wajah Keenan. Sesekali ia meringis ketika merasakan perih diwajahnya akibat sentuhan alkohol.

"Aku tau dia kan yang ada di foto yang aku liat di kamarmu waktu itu?" Naya tersenyum kecil menyadari tubuh Keenan yang menegang setelah mendengar ucapannya.

"Nay itu dulu! Semuanya telah berubah, sekarang hanya ada kamu" terang Keenan sembari menggenggam kedua tangan Naya, matanya menatap lekat mata Naya yang kini juga menatapnya.

"Gak usah dipaksain Nan. Kalau kamu memang masih ada rasa sama dia perjuangin. Kamu jangan ke aku, kamu tau kan kalau dijadiin pelampiasan itu rasanya sakit banget" Naya menjeda sedikit ucapannya.

"Kamu pulang gih. Kayaknya kamu butuh istirahat" Keenan yang ingin menjelaskannya pun menelan kembali ucapannya. Ia rasa Naya memang butuh waktu untuk sendiri dulu.

"Kamu juga istirahat. Aku pulang dulu" pamit Keenan sembari mengecup singkat pelipis Naya.

Tubuh Naya meluruh ke lantai ketika Keenan sudah meninggalkan ruangan itu diiringi isakan pilu yang keluar dari bibirnya.

🌈🌈🌈

Anna kini berada dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Pikirannya masih melayang pada situasi yang terjadi beberapa menit lalu. Rasa bersalah menyelimuti perasaannya kali ini.

"Lo sebenarnya gak salah dalam hal ini jadi gak usah merasa bersalah. Lo hanya datang di situasi yang tidak tepat"

Sosok laki-laki yang sedari tadi diam memandang jalanan kota Jakarta yang sangat padat itu mulai membuka percakapan. Anna sama sekali tak berniat untuk menanggapi perkataan itu. Ia hanya diam sambil menyenderkan kepalanya di jendela mobil itu.

FABIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang