Can't Let Go

9.4K 1.2K 153
                                    

"Alzheimer."

Adalah jawaban singkat yang terucap dari bibir Dokter Kim Seokjin. Terdengar yakin, tetapi dengan nada teramat santai, seolah kata yang baru saja diucap bukan merupakan suatu hal yang patut dikhawatirkan.
Menjadikan pemuda Jeon yang duduk dihadapannya hanya mampu termenung. Menatap kearah sang dokter dengan perasaan kalut nyaris tidak percaya. Menganggap telinganya bermasalah, sehingga membuatnya memaksa dokter itu untuk mengulang kembali ucapannya. Berharap akan mendapat jawaban lain yang lebih masuk akal. Meski pada akhirnya sia-sia, sebab Dokter Kim hanya menjawab dengan kata yang sama. Kim Seokjin terlalu sempurna untuk lalai terhadap pekerjaan. Bahkan sejak beberapa hari sebelum Jungkook datang menemui, ia sudah lebih dulu mengecek hasil diagnosanya berulang kali. Memastikan bahwa semuanya benar-benar nyata, tidak ada kesalahan dalam hasil pemeriksaannya.

"Penyakit Alzheimer adalah kondisi kelainan yang ditandai dengan penurunan daya ingat, penurunan kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku pada penderita akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya progresif atau perlahan-lahan. Dan kau mengalami semua gejalanya, benar?"           Anggukan Jungkook menjadi balasan. Dokter Kim menghela napas kasar, menegakkan posisi duduk membawa punggungnya bersandar pada sandaran kursi putarnya dengan sorot mata yang menatap Jungkook nanar.

"Tapi aku masih muda."      Jeda, Jungkook bergerak tidak nyaman sembari menegakkan posisi duduknya.          "Tidak mungkin kan jika aku mengalami kepikunan dini?"

"Jungkook ah, alzheimer bukan melulu tentang usia tua dan muda. Tetapi bisa disebabkan keturunan atau seseorang yang pernah mengalami luka parah dibagian kepala."
Dokter Kim melepas kacamata beningnya, mengelap sebentar. Ibu jari dan telunjuknya lihai memijit pelipis, sebelum kemudian memasang kembali kacamata itu pada pangkal hidungnya.
"Pada fase awal, seseorang yang terkena penyakit Alzheimer biasanya akan terlihat mudah lupa, seperti lupa nama benda atau tempat, lupa tentang kejadian-kejadian yang belum lama dilalui, dan lupa mengenai isi percakapan yang belum lama dibicarakan bersama orang lain.
Seiring berjalannya waktu, gejala akan meningkat. Lama kelamaan kau akan kesulitan melakukan perencanaan, kesulitan bicara atau menuangkan sesuatu ke dalam bahasa. Kesulitan membuat keputusan, kerap terlihat bingung, tersesat di tempat yang tidak asing, mengalami gangguan kecemasan dan penurunan suasana hati, serta mengalami perubahan kepribadian, seperti mudah curiga, penuntut, dan agresif. Jika penyakitmu semakin parah, kau bisa mengalami delusi dan halusinasi, serta tidak mampu melakukan aktivitas atau bahkan tidak mampu bergerak tanpa dibantu orang lain."

Hening kemudian. Jungkook memilih diam mendengarkan. Kesepuluh jemarinya saling bertautan. Melawan gejolak rasa takut dan khawatir yang menaungi fikiran, seolah berusaha mendobrak akal warasnya supaya berlaku ceroboh dan tidak masuk akal.

"Kusarankan, hentikan studymu secepatnya. Nikmati harimu untuk melakukan semua yang ingin kau lakukan dimasa depan. Jangan lagi mengulur waktu, karena sebentar lagi..."        Jeda, dokter Kim menutup mata cukup lama. Kembali menghela napas lega sembari membuka mata dan menatap Jungkook intens.         "Sebentar lagi kau akan melupakan semua memorymu."

"S-semua?"

Dokter Kim mengangguk sebagai balasan.
"Melupakan orangtuamu, saudaramu, teman-temanmu, dan kekasihmu."       Jeda,      "Kau bahkan tidak tau lagi bagaimana cara menjawab panggilan telepon."








••







Sudah terlewat lebih dari satu minggu sejak mengetahui hasil diagnosanya, Jungkook masih melanjutkan kuliah seperti biasa. Tidak lagi tinggal di asrama seperti dulu, melainkan pulang pergi dengan Woonwo yang selalu tepat waktu mengantar maupun menjemputnya.
Semakin hari berjalan, Woonwo menjadi orang pertama yang menyadari adanya keanehan dalam diri adik semata wayangnya. Ikatan batin keduanya cukup erat, menjadikan Woonwo kerap kali bisa merasakan apa yang juga adiknya rasakan. Sedih, senang dan berbagai macam perasaan lain.

As If It's Your Last ㅡ v.k.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang