No Tears Left To Cry

9.6K 1.2K 207
                                    


Tiga hari sejak mengetahui penyakit yang diderita kekasihnya, Taehyung masih bersikap biasa. Setidaknya berusaha biasa saja, tidak ingin memperlihatkan seberapa sakitnya hati; dimata sang kekasih. Pemuda Kim hanya tidak ingin terlihat sedih sendiri, lantas menjadikan kesayangannya turut khawatir pada keadaannya. Tidak. Taehyung tidak selemah itu. Karenanya, ia tetap tertawa. Bersikap layaknya idiot yang tidak tau apa-apa. Membiarkan kekasihnya tetap nyaman berada dalam pelukannya.

Seharusnya, jika saja dirinya bisa mengontrol diri malam itu. Menahan sedikit saja air mata yang hendak mendobrak kelopaknya. Setidaknya menunggu sebentar hingga Jungkook terlelap, tanpa harus membuat adiknya terkejut dalam kekhawatiran.

"Hyung, kau menangis?"

Sayangnya, isakan dari bibirnya tidak lagi bisa disembunyikan. Air matapun semakin menganak sungai ketika Jungkook memergoki. Menjadikan pemuda manis itu bangkit dari posisi berbaring, lantas duduk bersila berhadapan diatas ranjang. Kedua telapak tangan menangkup pipi tirus Taehyung yang basah, penuh kecemasan. "Hyung, katakan. Ada apa? Siapa yang menyakitimu? Katakan, apa yang harus kulakukan? kau mau aku membunuhnya sekarang juga?"



Bahkan dalam keadaan yang sepayah itu, Taehyung masih tetap mengelak. Berusaha tersenyum ditengah isak tangis disertai gelengan kepala tipis. Bersikeras bahwa ia tidak menangis. "A—aku tidak menangis, sayang." Kedua tangannya menangkup punggung tangan Jungkook yang bertengger dirahangnya. Menggenggam, kemudian menarik perlahan untuk dibawa kedepan bibir. Lantas mencium punggung tangan kekasihnya lama, penuh afeksi. "Kau hanya mengigau."


"Sial, hyung. Jangan memperlakukanku seperti orang buta." Mendelik tidak terima, wajahnya memberengut seraya menarik kedua tangan dari genggaman Taehyung. Meski gagal, sebab pemuda itu menggenggamnya terlampau erat.


Taehyung menggeleng. Jemarinya semakin mengerat, menggenggam tangan Jungkook. Seolah jika melepas sedikit saja mampu menjadikan Jungkook lenyap untuk selamanya. Pemuda itu menarik Jungkook ke dalam dekapan hangatnya. Mengusalkan wajah pada puncak kepala sang kekasih untuk meluapkan tangis disana. Sekali lagi, Taehyung tidak lemah. Akan tetapi ketika kepedihan dalam hati itu ia coba tahan, yang didapat justru rasa yang semakin sakit hingga terasa seperti mengoyak dinding hatinya. Menjadikannya semakin tersengguk tanpa benar-benar mampu dikendalikan lagi. "Sssttㅡ sudah, cepat tidur lagi."


"Aku sama sekali belum tidur, hyung. Isakanmu yang seperti banci benar-benar menggangguku."



Lantas terbahak kencang sebagai balasan. Taehyung hanya meminta maaf dan merayu kekasihnya untuk kembali berbaring dalam pelukannya dan tidur. Melupakan segala apa yang barusan dilihatnya, meyakinkan bahwa semuanya tidak nyata. Hingga berjalan sampai hari ketujuh, keduanya akan selalu melewati malam dengan menangis bersama. Taehyung yang selalu menangisi keadaan Jungkook, dan Jungkook yang ikut terisak dan berurai air mata sebab melihat kekasihnya menangis. Lalu Taehyung akan memeluk Jungkook dipenghujung malam, membisik kata tidur dan jangan panik. Dan berakhir dengan Jungkook yang menjadi anak baik dikeesokan harinya. Tidak membahas apapun dipagi hari selanjutnya, karena sejatinya Jungkook benar-benar melupakan segala apa yang terjadi dimalam-malam sebelumnya.


Segalanya berjalan begitu sama. Taehyung yang akan selalu bangun lebih awal dipagi hari, membuat sarapan, mengerjakan pekerjaan rumah sebelum berangkat kuliah. Lalu menelepon Jungkook disiang harinya untuk bertanya sedang apa dan apakah sudah lapar, kemudian akan delivery makanan kerumah selagi dirinya masih dikampus.
Dan benar-benar tetap terasa sama dan selalu sama. Jungkook akan selalu menyambut kepulangannya dengan antusias diruang tamu. Lalu dirinya akan selalu menemukan kekacauan baru didalam rumah, dan Jungkook hanya akan menggeleng inosen seperti setiap harinya. Tetapi Taehyung tidak masalah. Benar-benar tidak masalah jika Jungkook mengacau diapartemennya setiap hari. Asalkan tetap menjadi anak baik yang selalu menjawab segala pertanyaan, setiap kali ia menelfon; bertanya keadaannya.


As If It's Your Last ㅡ v.k.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang